BandungBergerak.idPada tahun 2014 Pemerintah Kota Bandung, dengan sokongan dana sebuah perusahaan swasta, menyulap Alun-alun Bandung menjadi lapangan rumput sintetis. Peresmiannya, yang digelar di malam pergantian tahun, berlangsung begitu meriah.

Tidak banyak orang tahu bahwa proyek revitalisasi Alun-alun Bandung yang menghabiskan dana belasan miliar Rupiah itu mencakup juga pembangunan sebuah perpustakaan. Para pejabat Pemkot Bandung punya mimpi besar: dengan mendirikan perpustakaan di pusat aktivitas warga, membaca buku makin digemari.  

Seperti apa koleksi buku yang akan ditaruh di perpustakaan itu pun sudah banyak dibahas. Tema Bandung dan kesundaan akan jadi pilihan utama. Karena Alun-alun hasil revitalisasi menjadi salah satu destinasi wisata favorit, tak terkecuali bagi para pelancong mancanegara, akan disediakan juga buku-buku tematik itu dalam bahasa Inggris.

Gedung perpustakaan idaman itu, dengan desain artistik yang memanjakan mata, sudah sejak lama berdiri di bagian timur Alun-alun. Tempatnya sangat nyaman. Selain ruang membaca, gedung dilengkapi juga dengan ruang cukup luas untuk melakukan diskusi peluncuran atau bedah buku.

Namun, buku-buku tak kunjung datang ke perpustakaan Alun-alun Bandung. Rak-rak yang disediakan dibiarkan kosong selama bertahun-tahun. Warga, yang sebelum pandemi Covid-19 berduyun-duyun mengunjungi Alun-alun Bandung, tidak pernah bisa memanfaatkan fasilitas baru tersebut selain sebagai tempat berteduh dari terik matahari dan guyuran hujan.  

Apakah arti sebuah perpustakaan jika tiada satu pun buku di sana? 

Teks dan foto: Prima Mulia

Editor: Redaksi

COMMENTS

//