• Foto
  • Pabrik Genting Jatiwangi Bertahan dalam Ancaman Industrialisasi

Pabrik Genting Jatiwangi Bertahan dalam Ancaman Industrialisasi

Ratusan pabrik genting Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat, gulung tikar. Budaya tanah di Jatiwangi pun terancam dengan berdirinya banyak pabrik-pabrik manufaktur.

Fotografer Prima Mulia5 Desember 2021

BandungBergerak.idPara perempuan separuh baya sedang sibuk bekerja mencetak genting di pabrik genting rakyat "Dua Sudara" di Desa Burujul Kulon, Kecamatan Jatiwangi, Jawa Barat, Sabtu (11/11/2021). Usia mereka antara 50 sampai 60-an tahun.

Oom, salah satunya. Perempuan 56 tahun ini dengan cekatan menyusun genting-genting basah di rak bambu yang berjajar sepanjang 15 meter dengan tinggi 4 meter. Dia tak mau kalah dari Ade Rosada, pemuda 17 tahun yang belum lama ini mencoba peruntungannya jadi buruh pabrik genting yang disebut jebor.

Sekitar 4 kilometer ke arah utara, sedikitnya 5 orang pekerja perempuan yang juga berusia paruh baya hilir mudik menjemur genting basah di jebor "Adiputra" di Desa Bojong. Sebelumnya genting-genting tanah tersebut diangin-angin di rak terbuka. Saat musim hujan, genting hanya bisa dijemur beberapa jam saja.

Mereka bekerja di bawah awan hitam yang mulai menutupi terik matahari. Semilir angin beraroma pandan dari sawah-sawah yang menghijau menemani suasana pabrik tradisional yang terasa sunyi.

Suasana serupa juga berlangsung di jebor "Anugerah", masih di Desa Bojong. Kaum wanita membantu proses cetak manual genting, penjemuran, dan penyusunan di rak-rak terbuka.

Jatiwangi merupakan daerah penghasil genting. Jebor-jebor tersebar di tiap penjuru kecamatan yang menjadi bagian dari Kabupaten Majalengka ini. Namun sekarang, tak sedikit dari jebor-jebor itu bangkrut. Bangunannya dibiarkan terbengkalai dengan genting-genting menumpuk di halamannya. Tak laku dan dipenuhi lumut.

Mengalami masa keemasan pada tahun 1980-an sampai awal milenium, genting Jatiwangi jadi merek dagang terkenal yang memasok pasar di seluruh Indonesia, bahkan diekspor ke sejumlah negara di Asia dan Eropa. Jumlah pabrik genting Jatiwangi menjamur sampai angka 600-an jebor.

Zaman berubah. Majalengka pun berubah. Pembangunan bendungan Jatigede di perbatasan Sumedang Majalengka, Bandara internasional Kertajati, Tol Cileunyi Sumedang Dawuan yang terhubung dengan tol Cipali, menandai dimulainya era industri di kawasan tersebut. Jarak tempuh dan aksesibilitas semakin cepat dan bebas hambatan.

Bandung, Majalengka, Sumedang, Kuningan, bakal terintegrasi dengan Cirebon dan pelabuhan Patimban, Subang. Pemerintah tengah menyulap Majalengka jadi kota industri lewat pembangunan pabrik-pabrik manufaktur skala besar. Kecamatan Jatiwangi masuk dalam wilayah pembangunan tersebut.

Mereka yang sebagian telah berusia lanjut tetap setia dengan profesi buruh jebor, sementara anak atau cucu mereka memilih kerja di pabrik tekstil atau produk alas kaki.

Dari segi penghasilan, buruh jebor bisa mendapat upah tak jauh dari upah minimun Kabupaten Majalengka (UMK) yang pada tahun 2019-2020 ada di angka 1,7 juta rupiah. Bedanya, buruh jebor harus belepotan tanah, bau kerosin pelicin tanah, dan harus akrab dengan sengatan matahari. Sedangkan buruh manufaktur akan terbebas dari semua itu.

Jatiwangi ada di simpang jalan. Diperkirakan hanya tersisa sekitar 150-an pabrik genting yang masih berusaha tetap hidup. Generasi mudanya lebih suka kerja di pabrik manufaktur besar yang bersih dan terlihat lebih keren. Identitas Jatiwangi sebagai sentra genting berkualitas pun mulai pudar.

Apakah ini senja kala jebor di Jatiwangi? Semoga tidak. Agaknya masih ada generasi muda di Jatiwangi yang tak lupa dengan budaya tanah di daerahnya. Jatiwangi sedang menuju kawasan terakota yang mengupayakan jebor-jebor mampu menciptakan produk genting atau terakota yang adaptif dengan perkembangan desain arsitektur yang dinamis.

Mari berharap agar para pemangku kebijakan tak lupa dengan janjinya untuk melindungi kebudayaan tanah di Jatiwangi. Jangan sampai ia lenyap tergerus industrialisasi, walaupun lahan-lahan sawah di sana sudah banyak berubah menjadi rangka-rangka beton konstruksi pabrik.

Foto dan teks: Prima Mulia

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//