Semangat Kartini: Menjahit di Balik Jendela Penjara
Di balik kungkungan teralis besi, semangat juang Kartini tampak lebih alami. Seperti yang bisa dilihat di Lapas Perempuan kelas IIA Bandung.
Di balik kungkungan teralis besi, semangat juang Kartini tampak lebih alami. Seperti yang bisa dilihat di Lapas Perempuan kelas IIA Bandung.
BandungBergerak.id - Peringatan Hari Kartini dalam perkembangannya identik dengan kebaya, bunga, dan gimik yang mencerminkan perempuan. Kadang dalam perayaan itu sulit menemukan nilai-nilai yang diperjuangkan Kartini sendiri, yakni pendidikan dan kesetaraan perempuan di tengah kultur feodal atau budaya kuasa kaum laki-laki.
Itu perayaan yang biasa di gelar di luar lembaga pemasyarakatan (lapas) saban Hari Kartini yang jatuh tiap 21 April. Tetapi di balik kungkungan berteralis besi, semangat juang Kartini tampak lebih alami. Seperti yang bisa dilihat di Lapas Perempuan kelas IIA Bandung, Kamis (15/4/2021).
Di lapas yang berdiri di kawasan Sukamiskin, Bandung, itu para perempuan yang menjadi warga binaan setiap harinya mengisi waktu hukuman dengan pelbagai macam pelatihan dan keterampilan. Mereka tekun mendalami keahlian sebagai bekal hidup jika bebas nanti.
Salah satu kegiatan mereka menjahit. Mereka serius membentuk pola di balik mesin jahit, dengan latar belakang jendela berteralis besi. Tak hanya menjahit busana untuk perempuan, mereka juga menjahit baju-baju untuk pria, taplak meja, tas, dan fesyen lainnya. Produk-produk buatan mereka selanjutnya akan dijual secara online.
Kegiatan lain yang mereka geluti adalah menyulam. Pada 5 April 2021, Bimker Lapas Perempuan kelas IIA Bandung bekerja sama dengan Pitapitaku melaksanakan kegiatan pelatihan kemandirian menyulam. Acara ini ikuti oleh 20 warga binaan.
Pelatihan 4 hari berturut-turut itu mengajarkan keahlian sulam pita yang diaplikasikan ke kerudung. Materi lainnya adalah sulam benang yang di kombinasikan dengan sulam pita, membuat box dari limbah, aplikasi dari kain perca, dan membuat hiasan dinding.
Dengan kegiatan itu, diharapkan para warga binaan dapat mengisi waktu selama menjalani hukuman di dalam lapas sekaligus menambah keterampilan berkreasi. “Saya benar-benar berharap mereka memanfaatkan waktu di dalam lapas ini untuk berkarya. Dan selepas dari lapas, mereka dapat berwirausaha dengan sulam pita,” ujar Ani, selaku penyelenggara kegiatan sulam dari Pitapitaku, dikutip di laman resmi Lapas Perempuan kelas IIA Bandung, Rabu (21/4/2021).
Di masa perjuangannya, Kartini selalu menekankan pentingnya keahlian bagi kaum hawa yang “terpenjara” feodalisme, yang menempatkan mereka pada kelas di bawah laki-laki. Dan para perempuan di dalam lapas, terlepas dari kesalahan yang perenah mereka lakukan di masa lalu, terus berjuang untuk bebas dari penjara yang sesungguhnya.
Teks dan Foto: Prima Mulia
COMMENTS