SUARA PINGGIRAN: Ratimaya Mendongeng untuk Semua Usia
Dongeng mengajarkan kita untuk berimajinasi. Semua orang membutuhkan dongeng. Sayang, dongeng hanya dianggap pengantar tidur untuk anak-anak.
BandungBergerak.id - Masyarakat sudah terlanjut menganggap dongeng identik dengan dunia anak-anak. Dongeng diceritakan ketika anak-anak akan tidur. Praktik ini sudah terjadi sejak zaman baheula. Sebaliknya, Ratimaya yakin bahwa dongeng bukan untuk anak-anak saja, tetapi semua kalangan membutuhkan dongeng.
“Berceritalah karena kehidupan kita beriringan dengan cerita-cerita atau seni tutur itu sendiri,” ucap Ratimaya, dikutip dari Podcast Suara Pinggiran BandungBergerak.id, diakses Jumat, 9 Februari 2024.
Perempuan kelahiran Kota Kembang ini sejak kecil memang sudah mengenal dongeng khususnya wayang. Di sanalah daya imajinasinya mulai terstimulus untuk membuat dongeng karangan sendiri. Ia mulai terjun di dunia dongeng sejak 2017, lalu mulai mendongeng ke orang segala usia pada tahun 2020. Anak-anak, remaja, dewasa sampai lansia ia kasih dongeng.
Tilik Bantala Hawa, buku dongeng pertama Ratimaya tentang tanah dan udara diperuntukkan pada kalangan remaja ke atas (cetakan pertama Januari 2023). Masih ada seri-seri lain dari buku dongeng Ratimaya yang akan dicetak secara bergantina, mulai dari Tilik Banyu, Tilik Sagara dan Tilik Jenggala.
Awal-awal mendongeng ia praktikan karena merasa jenuh dengan masa akhir kuliah di Unpad. Ratimaya mencoba berinteraksi dengan anak-anak yang bermain di selasar kampus dengan cara mendongeng. Sedangkan pengalaman pertama mendongeng pada kalangan ia lakukan di panti jompo pada tahun 2021.
Ratimaya terkadang menerima respons dari orang dewasa bahwa dongengnya dianggap terlalu berat dicerna anak-anak. Di sinilah masalahnya, mendongeng bukan pekerjaan mudah terlebih jika dilakukan pada anak-anak. Kemampuan anak-anak untuk fokus mendengar hanya terjadi pada menit-menit pertama sampai menit keempat. Anak-anak sering kali terganggu dengan hal-hal yang ada di sekelilingnya.
[baca_juga]
Kesulitan mendongeng pada orang-orang dewasa lain lagi. Sering kali orang dewasa membuat forum diskusi sendiri di tengah acara dongeng.
Suatu waktu Ratimaya mendongeng di wilayah penggusuran. Ia merasakan antusias yang lebih dari anak-anak korban penggusuran. Saking antusiasnya mereka terus meminta Ratimaya untuk mendongeng lagi. Ratimaya akhirnya meminta anak-anak sendiri mendongeng dan ternyata mereka mau mengekpresikan imajinasinya melalui dongeng. Fenomena ini berbeda dengan anak-anak di wilayah lain yang kerap malu ketika diminta untuk mendongeng.
Setelah berkecimpung di dunia dongeng, Ratimaya mengadakan tour ke 23 kota, dua pulau, dan 12 titik. Tur yang memakan waktu tiga bulan ini menggunakan dana pribadi dari hasil jualan merchandise. Di tour keduanya ia mendapatkan sponsor sehingga waktu yang dihabiskan hanya 14 hari saja.
Bagaimana kelanjutan dongeng Ratimaya? Apa saja tantangan yang dihadapi selama mendongeng? Silakan simak di Podcast Suara Pinggiran Youtube BandungBergerak.id. Podcast Suara Pinggiran merupakan upaya BandungBergerak.id untuk memberikan wadah untuk suara kelompok minoritas dan kaum marginal. Bergerak!
*Kawan-kawan dapat membaca lebih lanjut tulisan Repi M Rizki atau artikel lain tentang Podcast Suara Pinggiran