SUARA PINGGIRAN: Mendengarkan Cerita Perempuan Penyuluh
Para penghayat Aliran Kebatinan Perjalanan (AKP) di Bandung Raya sejak lama mengalami diskriminasi. Anak-anak muda mengambil peran penting merawat komunitas mereka.
BandungBergerak.id - Di Bandung, kebijakan dan tindakan diskriminatif terhadap kelompok minoritas masih sering terjadi. Tidak terkecuali kelompok minoritas agama dan kepercayaan.
Para penghayat Aliran Kebatinan Perjalanan (AKP) di Bandung Raya, yang jumlah keseluruhannya sekitar seribu orang, memiliki kisah yang amat panjang tentang kebijakan dan tindakan diskrminatif yang mereka alami. Mulai dari urusan administratif hingga layanan dasar pendidikan dan kesehatan.
Ada masa ketika warga penghayat AKP kesulitan mengurus berbagai layanan pemerintah hanya gegara masalah Kartu Tanda Penduduk (KTP). Mereka kesulitan mengakses peluang dan pekerjaan.
Ada masa ketika anak-anak AKP tidak diberi akses menerima pelajaran kepercayaan di sekolah-sekolah mereka. Tidak ada 'guru agama' tersedia untuk mereka.
Dalam beberapa tahun terakhir, suasana sedikit berubah. Lima anak muda saat ini tampil sebagai penyuluh yang mendampingi dan mengajar adik-adik mereka di kawasan Bandung Raya. Salah satunya Sintia Soniawati.
Seperti apa kisah mereka? Apa saja tantangan yang mereka hadapi selama ini, termasuk di masa-masa sulit pandemi Covid-19?
Pekan lalu BandungBergerak.id berkunjung ke Pasewakan Kerta Tatanng Hirup Linuwih di Ciparay, Kabupaten Bandung, dan berbincang dengan Sintia. Silakan kawan-kawan menengok ulang obrolan ini di kanal Youtube BandungBergerak.id.
Podcast Suara Pinggiran merupakan upaya BandungBergerak.id untuk memberikan wadah untuk suara kelompok minoritas dan kaum marginal. Bergerak!