• Berita
  • Kota Bandung Krisis Oksigen Medis

Kota Bandung Krisis Oksigen Medis

Krisis oksigen medis di Kota Bandung terjadi sejak lonjakan kasus Covid-19 pada Juni hingga kini. Pemkot perlu koordinasi dengan Pemprov Jabar mengatasi krisis ini.

Pengisian oksigen medis di PT Aneka Gas, Bandung, 7 Juli 2021. Operator sibu mengisi tabung-tabung suplai udara bagi pasien-pasien Covid-19 yang tersebar di seluruh rumah sakit di Bandung Raya. (Foto: Prima Mulia)

Penulis Bani Hakiki27 Juli 2021


BandungBergerak.idKrisis oksigen medis masih menghantui fasilitas-fasilitas kesehatan di Kota Bandung yang kebanjiran pasien Covid-19 sejak Juni hingga kini. Bahkan di rumah sakit besar sekelas Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, persediaan oksigen medisnya diperkirakan tinggal menghitung hari.

Plt Direktur Utama RSHS, Irayanti menyebut rumah sakit pusat rujukan Covid-19 se-Jawa Barat ini mendapat pasokan hanya untuk 4-5 hari saja. Bahkan pengiriman oksigen dari pemasok cenderung tak menentu.

“Keadaannya sekarang seperti ini, kita masih ketar-ketir ya, soal persediaan tabung oksigen (medis). Karena sekarang, pasokan stok kami (RSHS) juga berukurang, hanya dua per tiga dari biasanya,” ungkap Irayanti, saat dihubungi BandungBergerak, Selasa (26/7/2021).

Setiap pemasok oksigen medis ke RSHS menghadapi kendala yang sama: kewalahan menerima pesanan. Dengan kata lain, sejak awal ledakan kasus pada Juni hingga kini, masalah kebutuhan oksigen medis Kota Bandung belum terpecahkan.

RSHS sendiri terpaksa harus menghemat oksigen medis yang jumlahnya memang menipis. Irayanti bilang, permasalahan oksigen medis tak hanya terjadi di RSHS, melainkan di sejumlah fasilitas kesehatan di Kota Bandung. Belum lagi, masih banyak pasien isolasi mandiri (isoman) yang kebingungan dalam mencari kebutuhan oksigen medis.

Irayanti mengaku RSHS belum bisa menyediakan dan mendistribusikan oksigen medis untuk para pasien isoman di rumah. Oksigen medis yang ada di RSHS lebih difokuskan untuk kebutuhan para pasien Covid-19 yang rawat inap.

Ditambah lagi, pasien yang membutuhkan oksigen medis bukan pasien Covid-19 saja. Walaupun kebutuhan oksigen medis memang didominasi oleh pasien Covid-19.

Jika rumah sakit pelat merah sekaliber RSHS sudah ketar-ketir menghadapi krisis oksigen medis, tentunya masalah serupa dihadapi fasilitas-fasilitas kesehatan yang lebih kecil, seperti Puskesmas. Rini, seorang staf pelayanan puskesmas Griya Antapani, mengatakan persediaan oksigen di puskesmasnya terbatas dan tidak pasti. Begitu juga dengan puskesmas lainnya di kecamatan tersebut.

“Ada, tapi terbatas. Untuk sekarang belum bisa kasih data fix­-nya, soalnya jumlah per harinya gak nentu,” kata Rini, ketika dihubungi melalui telepon pada Selasa (27/7/2021) siang.

Kesulitan serupa dihadapi para pasien isoman yang tak kebagian fasilitas rawat inap dan terpaksa memilih isolasi di rumah masing-masing maupun di ruang isolasi yang disediakan aparat kewilayahan.

Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandung yang aktif mendata sejumlah laporan dari warga dan keluarga pasien isoman, mengungkap sulitnya mendapatkan oksigen medis di Kota Bandung selama tiga pekan terakhir.

Tim Divisi Riset dan Kampanye LBH Bandung, Heri Pramono mengatakan kelangkaan tidak hanya terjadi pada oksigen medis, melainkan merembet ke regulator dan tabung oksigen.

“Belum dapat (oksigen medis), sampai sekarang belum dapat tabungnyanya juga,” ungkapnya ketika dihubungi melalui aplikasi pesan singkat.

Krisis oksigen medis juga terlihat di salah satu agen isi ulang oksigen medis di Arcamanik, Restu Fadhil Gas. Meski agen oksigen eceran ini bisa melayani permintaan pelanggan, namun stok barangnya masih sangat terbatas.  

Pihak agen saat dikonfirmasi, Selasa (27/7/2021), menjelaskan persediaan oksigen medisnya belum stabil karena pasokannya masih terbatas, yakni sekitar 5 sampai 10 tabung. Itu pun tidak setiap hari. Pada hari normal, mereka biasa menerima pasokan rutin setiap hari.

Baca Juga: Perwal PPKM Level 4 Kota Bandung, Beberapa Sektor Ekonomi Dilonggarkan
Pandemi Covid-19 Bandung Raya: Belum Menunjukkan Tanda-tanda Reda

Bandung Membutuhkan 80 Ribu Meter Kubik Oksigen Medis per Hari

Sekretaris Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung, Dedi Priadi menjelaskan krisis oksigen medis di Kota Bandung terjadi karena kebanyakan rumah sakit di Ibu Kota Jawa Barat ini jadi rujukan pasien Covid-19 se-Jawa Barat.

Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, kata Dedi, terus berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat dalam mengatasi kurangnya persediaan oksigen medis. Ia menyebut, dibentuknya Posko Oksigen Jabar (Poskibar) merupakan salah satu upaya dalam mengatasi krisis oksigen medis.

Posko ini baru berjalan sejak 21 Juli 2021. Poskobar bisa diaksis secara online melalui aplikasi Pikobar Jabar.

Dedi berharap warga tidak panik dalam situasi yang sedang dihadapi pada pagebluk saat ini. Poskibar tidak hanya menyediakan pelayanan isi ulang oksigen, tapi juga menerima sekaligus menyewakan kebutuhan tabung yang sama langkanya.

“Masyarakat tolong jangan ikut panik. Untuk yang memiliki persediaan kami mohon utamakan untuk mereka yang membutuhkan. Koordinasikan ke posko,” imbaunya dalam Bandung Menjawab virtual, Selasa (27/7/2021) pagi.

Dari data Dinas Perdagangan dan Industri (Disdagin) Kota Bandung per Senin (26/7/2021) terungkap, kebutuhan oksigen medis di Kota Bandung mencapai lebih dari 80 ribu kubik per hari, dengan rincian:

Sebanyuk 28 rumah sakit rujukan Covid-19 Kota Bandung setidaknya membutuhkan 40.483 meter kubik oksigen medis per hari. Sedangkan jumlah persediaan 37.816 meter kubik. Puskesmas membutuhkan 183 meter kubik per hari; kebutuhan pasien isoman 40.428 kubik.   

Data tersebut menunjukkan kenaikan jumlah kebutuhan oksigen medis di Kota Bandung meningkat sekitar 10.000 meter kubik sejak pekan pertama Juli 2021. Selain itu, jumlah persediaan juga menunjukkan kenaikan meskipun belum bisa mencukupi kebutuhan.

Terkendala Bahan Baku

Disdagin dan Pemkot saat ini, terus menggenjot jumlah produksi dan distribusi oksigen medis dengan menggaet tujuh produsen atau perusahaan oksigen medis yang berada di Bandung dan Jawa Barat, salah satunya PT. Samator Gas Industri yang berlokasi di Jalan Rumah Sakit No.129, Ujung Berung.

Total kapasitas produksi dari seluruh produsen dapat mencapai sekitar 88 ribu kubik. Seharusnya kapasitas tersebut mencukupi jumlah kebutuhan warga Kota Bandung untuk saat ini.

Namun, seluruh produsen belum bisa mendorong jumlah produksinya sampai batas maksimal. Kepala Bidang (Kabid) Distribusi dan Perdagangan Disdagin, Meiwan Kartiwa, mengatakan hambatan produksi muncul dari kurangnya bahan baku (liquid).

“Kapasitas distribusi tabung ini tergantung sama produksi luquidnya. Kadang tabungnya ada, tapi liquid-nya belum siap,” ujar Meiwan Kartiwa.

Pasokan oksigen medis untuk Kota Bandung juga didapat dari Pemptov Jabar sejak awal Juli 2021. Pemprov mengirim setiap satu kali dalam sepekan. Hingga kini, jumlahnya sudah mencapai sekitar 165 tabung oksigen medis berbagai ukuran.

Dedi Priadi menjelaskan, saat ini pihaknya belum bisa menjamin oksigen medis untuk pasien isoman dan agen-agen isi ulang eceran. Namun Disdagin bersedia memberikan bantuan bagi warga yang membutuhkan oksigen medis.

“Walaupun agen ini sudah ada kerja sama dengan rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya. Kalau ada sifatnya urgent (darurat) kita bisa upayakan," ujar Dedi.

Disdagin bisa dihubungi di nomor 022-87303993 atau dengan menyambangi langsung kantornya di Cipamokolan, Rancasari, Bandung City, West Java 40292.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//