• Berita
  • BOR Rumah Sakit Kota Bandung Turun Bukan Berarti Penularan Covid-19 Terkendali

BOR Rumah Sakit Kota Bandung Turun Bukan Berarti Penularan Covid-19 Terkendali

Kabar gembira tentang turunnya BOR rumah sakit Kota Bandung di tengah muramnya pandemi berkepanjangan ini tentunya tak perlu disambut euforia.

Suasana permakaman korban Covid-19 di TPU khusus Covid-19, Cikadut, Bandung, 1 Agustus 2021. (Foto: Prima Mulia)

Penulis Iman Herdiana3 Agustus 2021


BandungBergerak.idPemerintah Kota Bandung mengabarkan turunnya tingkat keterisian rumah sakit (BOR) rujukan pasien Covid-19. Kabar gembira di tengah muramnya pandemi berkepanjangan ini tentunya tak perlu disambut euforia. Data di lapangan, penularan Covid-19 masih terjadi setiap harinya.

Penurunan BOR rumah sakit Kota Bandung disampaikan Wali Kota Bandung Oded M Danial maupun Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bandung, Ema Sumarna, dalam siaran pers, Senin (2/8/2021). Pemkot pun berencana melakukan pelonggaran-pelonggaran pada sektor ekonomi yang sudah lama terpuruk.

Walaupun rencana pelonggaran tersebut terbilang rentan mengingat Pemkot Bandung belum menyampaikan tingkat penularan (positivity rates) Covid-19 Kota Bandung termutakhir. Perlu diketahui, kasus Covid-19 di sebuah daerah baru dinyatakan terkendali ketika tingkat penularannya di bawah 5 persen dalam 3 minggu terakhir, menurut WHO.

Sehingga terlalu buru-buru jika pelonggaran di Kota Bandung dilakukan hanya berpatokan pada penurunan BOR atau berkurangnya jumlah pasien di rumah sakit rujukan. Menurut Pemkot Bandung, per 1 Agustus 2021, dari 2.275 tempat tidur Covid-19 di 30 rumah sakit Kota Bandung, sebanyak 1.376 tempat tidur di antaranya terisi oleh pasien Covid-19.

Sehingga tingkat BOR menjadi 60,48 persen (899 tempat tidur kosong) dari seluruh tempat tidur yang ada. Tingkat BOR ini tentu menurun drastis dibandingkan Juni - Juli sebelumnya yang hampir menyentuh 100 persen. Sejumlah rumah sakit bahkan pernah menutup layanan UGD-nya karena tak tahan menghadapi ledakan kasus baru, selain kesulitan oksigen medis.

Hal serupa terjadi pada keterisian tempat isolasi untuk kasus konfirmasi tanpa gejala di 3 hotel Kota Bandung yang berkapasitas 135 kamar. Disebutkan bahwa dari 3 hotel ini, sebanyak 56 kamar di antaranya terisi.

Baca Juga: Di Tengah Pandemi, Pemkot Bandung Siapkan 43 Miliar Rupiah untuk Melanjutkan Proyek Rumah Deret Tamansari
Pandemi Covid-19 Bandung Raya: Jumlah Korban Tewas masih Bertambah

Untuk diketahui, data Covid-19 bersifat sangat dinamis. Hingga hari ini saja masih terjadi penularan Covid-19 di masyarakat. Per 2 Agustus 2021, pasien positif aktif Covid-19 Kota Bandung sebanyak 7.296 orang.

Belum lagi masih ada ribuan suspek dan kontak erat. Pemkot juga mencatat, terdapat 10.687 pasien yang menjalani isolasi mandiri di rumah-rumah. Sementara total kasus meninggal sejak awal pagebluk hingga kini mencapai 1.268 orang.

Keberadaan kasus positif aktif hari ini di Kota Bandung akan terlihat jauh lebih besar jika dibandingkan awal-awal terjadi lonjakan pasca-libur lebaran Mei lalu. Misalnya, pada Kamis 27 Mei 2021, jumlah kasus kasus positif aktif terdapat 554 pasien. Waktu itu jumlah pasien meninggal karena Covid-19 total sebanyak 342 orang.

Statistik tersebut menunjukkan betapa tingginya ledakan kasus yang terjadi sepanjang Juni-Juli di Kota Bandung. Jumlah kasus kematian itu belum termasuk dengan kasus probable yang datanya tidak masuk ke dalam pusat data Covid-19 Kota Bandung. TPU Cikadut menjadi saksi bagaimana antrean jasad korban Covid-19 siang malam. Perlu diingat bahwa lonjakan kasus kematian tak lepas dari pelonggaran-pelonggaran yang berlaku pada Mei, pra dan pasca-libur panjang lebaran atau tiga bulan sejak hari ini.

Untuk itu, Pemkot Bandung perlu ekstra hati-hati dalam menjalankan kebijakan pelonggaran di tengah jumlah penularan yang masih terjadi. Rumah sakit Kota Bandung yang menjadi tujuan pasien-pasien dari Jawa Barat sudah sangat terpukul pada gelombang Covid-19 tahun kedua ini. Sudah sangat banyak pasien meninggal, tak terkecuali tenaga kesehatan yang turut menjadi korban.

Bergugurannya tenaga kesehatan juga direkam gerakan LaporC0vid-19 di mana hingga data termutakhir 3 Agustus 2021 sudah ada 1.636 tenaga kesehatan di Indonesia yang gugur melawan Covid-19. Mereka terdiri dari berbagai profesi, paling banyak dokter sebanyak 598 orang, perawat 503 orang, bidan 299 orang, dan nakes lainnya.

Kematian nakes tertinggi terjadi pada Juli sebanyak 378 kasus. Sementara Jawa Barat sebagai provinsi penyumbang kematian para nakes terbesar ketiga, yakni 184 kasus. Provinsi yang masuk empat besar lainnya adalah Jawa Timur 545 nakes, DKI Jakarta 167 nakes, dan Jawa Tengah 148 nakes.

LaporCovid-19 juga mencatat ada 252 tenaga kesehatan yang wafat namun tidak diketahui lokasinya sehingga tidak termuat dalam grafik.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//