Aksi-aksi Solidaritas Warga Bandung Ringankan Beban Pemerintah
Razia Lapar, solidaritas yang dimotori kedai Two Wheels Gone, Aria Krisna; ada pula program Berbagi Nasi Jumat Berkah yang digerakkan Agung Pecunk.
Penulis Bani Hakiki9 Agustus 2021
BandungBergerak.id - Aksi gotong royong warga untuk warga terdampak pandemi Covid-19 terus tumbuh di Kota Bandung. Aksi-aksi ini “mengambil” peran yang mestinya dilakukan pemerintah.
Nama-nama aksi solidaritas warga Bandung beragam. Ada yang terdengar satir seperti Razia Lapar yang dimotori pemilik bengkel dan kedai Two Wheels Gone, Aria Krisna; dan ada pula yang terdengar religius, seperti program seperti program Berbagi Nasi Jumat Berkah, yang digerakkan pentolan band underground Cherry Bombshell, Agung Pramudya Wijaya alias Agung Pecunk.
Di luar aksi-aksi tersebut, masih banyak kegiatan masyarakat lainnya yang tulus menolong sesama warga yang terdampak pagebluk Covid-19, tanpa gembar-gembor, apalagi berniat pencitraan. Gerakan-gerakan ini umumnya berlangsung tanpa ba-bi-bu maupun seremonial. Mereka punya ide dan langsung melaksanakan ide tersebut.
Agung Pecunk memulai gotong royong ini sejak awal pagebluk 2020. Tadinya, Berbagi Nasi Jumat Berkah merupakan inisiatif pribadi ia dengan istrinya. Mereka masak sendiri baik di rumah maupun di kedai Tarik Ulur yang mereka kelola di Jalan Tuabgus Ismail, Bandung. Tiga karyawan kedai juga turut menyisihkan penghasilan mereka sebagai donasi.
Mertua Agung kemudian turut menyumbang. Agung lantas bekerja sama dengan perusahaan katering yang juga menjalankan program berbagi, Dahan Catering. Sejak itu, ia mengumumkan penggalangan dana melalui akun Instagram pribadinya, @pecunk_cherbomb.
“Tahunya benar banyak yang miluan. Sekarang hampir setahun terus berjalan,” kata Agung Pecunk, kepada BadungBergerak.id, Senin (9/8/2021).
Pengumuman penggalangan dana dilakukan lewat poster digital setiap Rabu di Instagramnya, dengan target Kamis malam donasi sudah terkumpul. Besaran donasi yang menyumbang beragam, ada partai besar, tidak sedikit partai kecil. Rata-rata dalam satu Jumat, Agung dan donaturnya menyumbang lebih dari 100 paket nasi kotak yang dibagikan ke warga terdampak Covid-19, termasuk kepada pasien yang menjalani isolasi mandiri.
Dalam perkembangan selanjutnya, donatur yang berpartisipasi dalam program Berbagi Nasi Jumat Berkah tak hanya datang dari warga Bandung saja, melainkan dari Bali, Sumatera, Jakarta, Banten, dan lain-lain. Donatur bersifat multietnis dan agama.
“Program ini jadi tidak ada batasan kelas sosial, ekonomi, ras dan agamaBanyak non-muslim yang ikut menyumbang,” kata dosen Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung ini.
Kemanusian memang melintasi batas-batas primordial. Sebagaimana virus yang menyebar tanpa mengenal kelas. Agung mengakui, program bantuan di masa sulit karena bencana Covid-19 sebenarnya kewajiban pemerintah. Tetapi kenyataannya masyarakat tak bisa mengandalkan sepenuhnya pada bantuan pemerintah.
Baca Juga: Gotong Royong Warga sebagai Protes atas Kelambanan Pemerintah Tangani Covid-19
Wakca Balaka Desak Pemerintah Sediakan Informasi Layanan Kesehatan untuk Semua Kalangan
Razia Lapar
Gerakan solidaritas warga terus bermunculan di tengah kondisi sulit pagebluk. Gerakan lainnya, misalnya, Razia Lapar yang diinisiasi pecinta motor klasik Kota Bandung. Para pegiat Razia Lapar memiliki latar belakang beragam, mulai pelaku usaha bengkel, kedai, dan sejumlah komunitas. Brand yang terlibat antara lain Two Wheels Gone, Bar-Kelana, Choppers Nation, Joki Darat, dan lain-lain.
Aria Krisna, pemilik bengkel dan kedai Two Wheels Gone, mengungkapkap, gerakan ini sebagai bentuk kesadaran akan situasi tanpa iming-iming pencitraan apa pun. Selain itu, arga tidak bisa hanya mengadalkan pemerintah selama pagebluk.
“Kita kurang tahu apa yang udah pemerintah lakuin ngeliat masih banyak orang kesusahan gara-gara PPKM. Jangankan pas PPKM deh, dari waktu PSBB juga sama. Daripada nunggu kebijakan, mendingan inisiatif sendiri,” ungkapnya melalui telepon, Minggu (8/8/2021).
Tidak semua orang bisa bertahan dari pembatasan kegiatan masyarakat yang diterapkan pemerintah. Sifat gotong-royong dinilai menjadi hal yang berharga saat ini. Aria dan kawan-kawan setuju bahwa kesadaran solidaritas adalah nilai paling mendasar untuk kemanusiaan.
Razia Lapar dilakukan secara rutin setiap hari Jumat. Kegiatannya berupa urunan antarpegiat dan mengumpulkan donasi dari masyarakat umum. Dana yang terkumpul dikonversi menjadi bermacam kebutuhan pokok berupa makanan berat dan ringan yang kemudian dibagikan langsung ke sejumlah pasien isoman dan siapa pun yang terdampak pagebluk.
Tujuan gerakan ini mengurangi angka kelaparan terutama di masyarakat miskin kota. Nama Razia Lapar diambil dari praktik razia Satgas Covid-19 yang dianggap tidak merata dan merugikan pelaku usaha.
“Kedai saya kan sempet tuh kena razia, KTP yang lagi kerja ditahan Polsek dan harus ditebus. Padahal kita gak ada dine in. Ini gak tahu dasarnya apa, dirazia karena apa jadi kita bikin razia yang lebih jelas dan bermanfaat,” tuturnya.
Kejadian serupa juga banyak dikeluhkan para pedagang kaki lima (PKL) dan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan sektor informal lainnya. Kebijakan PPKM memang sangat berdampak pada sektor ini. Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bandung mencatat ada sebanyak 22.003 PKL yang pendapatan rata-ratanya diketahui taklebih dari 1 juta rupiah per bulan. Mereka otomatis sangat terpukul pagebluk.
Razia Lapar kini, sudah memasuki pekan ke lima dan masih akan berlanjut selama masih ada warga yang membutuhkan. Untuk itu, mereka mengajak dan menerima sebanyak-banyaknya donasi dari warga yang mau ikut membantu. Informasi lebih lanjut bisa ditengok di akun media sosial instagram @twowheelsgone atau menghubungi nomor 082120833381 atas nama Aria.
Keliling Bandung di Malam Hari
Kota Kembang merupakan salah satu destinasi pariwisata terbesar di Jawa Barat sebelum pagebluk menerjang. Nilai jualnya banyak, mulai dari segi keindahan bangunan dan keasrian alam yang mengitari Bandung.
Namun, pemandangan indah itu dianggap hanya muncul pada saat siang hari hingga petang. Kondisinya seringkali berbeda ketika malam menjelang. Masih banyak masyarakat yang berjibaku mencari nafkah di malam hari. Kebanyak dari mereka adalah warga miskin kota yang mana seringkali tidak tercatat dalam daftar Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Sebagian besar bahkan tidak memiliki tempat tinggal dan harus tidur di emperan jalan.
Kondisi seperti itulah yang dilihat oleh Aria dan kawan-kawan, sebuah pemandangan yang sudah tak asing bagi mereka yang biasa beraktivitas hingga larut malam. Maka dari itu, Razia Lapar beroperasi pada malam hari, berusaha meringankan rasa lapar warga miskin kota di malam hari.
“Sebelum pandemi mah kabanyak dari kita ya nongkrong sampai malam. Biasanya juga kita suka motoran (berkeliling) malam setiap malam Minggu. Kayaknya kita sering lihat deh warga yang gak punya rumah, pekerjaannya juga gak menentu mereun (mungkin),” ujarnya.
Razia Lapar meyusuri kawasan-kawasan yang terindikasi kumuh di tengah maupun pinggiran Kota Bandung. Masing-masing pegiat menggunakan motornya dan berpencar ke tempat-tempat yang sudah ditentukan sebelumnya. Mereka juga tidak lupa menggunakan protokol kesehatan (prokes) seperti menggunakan masker ganda dan membawa hand sanitizer demi keamanan.
Warga yang mereka temui mendapatkan bungkusan berisi makanan pokok. Sasaran razia terutama warga-warga yang tidur di sudut-sudut kota. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung 2021 menunjukkan, angka pengangguran dan penduduk miskin tahun 2020 mengalami tren kenaikan dari tahun sebelumnya. Dari sekitar 2,4 juta warga Kota Bandung, tercatat sebanyak 105.076 (11,19 persen) pengangguran. Sementara itu, ada sebanyak 100.020 warga miskin yang tercatat.