Agustusan (Virtual) Tanpa (Ritual) Pawai Jampana
Sekadar merawat ingatan kolektif suatu bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya, khazanah kearifan lokal perlu terus dihidupkan. Termasuk tradisi agustusan
Ibn Ghifarie
Pegiat kajian agama dan media di Institute for Religion and Future Analysis (IRFANI) Bandung.
16 Agustus 2021
BandungBergerak.id - Sebagai upaya mencegah penularan Covid-19, pemerintah melarang masyarakat menggelar perlombaan yang memicu kerumunan dalam rangka HUT ke-76 Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 2021. Larangan ini tertuang dalam Surat Edaran bernomor 0031/4297/SJ03 tentang Pedoman Teknis Peringatan Hari Ulang Tahun Ke-76 Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 2021.
Pokoknya, tidak mengadakan perlombaan yang berpotensi terjadinya kerumunan yang dapat menimbulkan penularan Covid-19. Walhasil, perayaan HUT Kemerdekaan dilakukan secara sederhana, dengan tetap memperhatikan 5 aturan:
Pertama, perayaan HUT Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 2021 agar dilaksanakan secara sederhana tanpa mengurangi kekhidmatan atas peringatan hari bersejarah bagi Negara Republik Indonesia; Kedua, Kegiatan seremonial dilaksanakan maksimal 30 (tiga puluh) orang dengan protokol kesehatan ketat.
Ketiga, Pelaksanaan kegiatan seremonial mengutamakan penggunaan teknologi informatika atau melalui media virtual; Keempat, Tidak mengadakan perlombaan yang berpotensi terjadinya kerumunan yang dapat menimbulkan penularan Covid-19.
Kelima, Pelaksanaan perlombaan dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi informatika atau melalui media virtual (Liputan6, 12/08/2021, 21:47 WIB).
Memang, untuk tahun kedua, pemerintah, termasuk Pemkot Bandung, melarang warganya menggelar pelbagai lomba dan karnaval merayakan HUT RI pada 17 Agustus di tengah pandemi Corona. Pasalnya, segala kegiatan lomba agustusan ini berpotensi menimbulkan kerumunan yang menjadi media penyebaran Covid-19.
Baca Juga: Menggugat Nasib Seniman Tradisi di Masa Pandemi
BUKU BANDUNG (1): Menyingkap Budaya Tionghoa Bandung melalui Sebuah Tragedi
Tentang Paradigma: Dari Proyek Merkuri NASA ke Budaya Lokal Indonesia
Tradisi Unik Pawai Jampana
Namun, sekadar merawat ingatan kolektif suatu bangsa yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai budaya, khazanah kearifan lokal perlu terus dihidupkan. Termasuk merawat tradisi agustusan.
Sebelum wabah pandemi menyerang Bumi Pertiwi, rakyat Indonesia acap kali menghadirkan tradisi unik dalam rangka merayakan hari kemerdekaan ini mulai dari barikan (syukuran) di Malang; obor estafet di Semarang; pawai jampanan di Bandung; peresean (lomba adu ketangkasan) di Lombok, sampai tirakatan yang berisi doa bersama, renungan jasa pahlawan, makan bersama di Yogyakarta (detikNews, 05/08/2021 12:05 WIB).
Dalam buku Kitab Traveling dan Wisata Indonesia Kita Bandung (Jilid 4) ditegaskan ihwal pawai jampana. Masyarakat penduduk Bandung adalah suku Sunda. Sebagian besar di antaranya masih menjaga, melestarikan, melaksanakan tradisi dari Tanah Pasundan. Salah satu tradisi unik yang masih berlangsung hingga sekarang, yakni pawai jampana. Acara ini diikuti oleh puluhan orang yang memikul tandu besar berisi hidangan dari hasil bumi.
Pawai jampana biasanya diselenggarakan untuk memperingati kemerdekaan Indonesia dan hari jadi Kabupaten Bandung. Nantinya, hidangan yang dibawa akan diperebutkan kerumunan penonton dan peserta, mirip acara Grebek Sura yang dilakukan suku Jawa.
Kedepannya tradisi masyarakat Sunda tersebut digunakan untuk menarik perhatian wisatawan agar mau berkunjung ke Bandung setiap tahun (Siti Nur Aidah dan Tim Penerbit KBM Indonesia, 2020:39-40).
Masyarakat peserta pawai jampana biasanya membawa tandu besar berisi hasil bumi, hidangan makanan, dan kerajinan masyarakat. Jampana sendiri berarti sebuah miniatur hasil produksi warga, terkadang dilengkapi dengan tumpeng yang nantinya dimakan oleh para peserta pawai.
Pawai jampana dilakukan oleh 4 orang peserta yang memikul tandu. Biasanya setiap kegiatan, jumlah tandu bisa mencapai 60 buah. Tradisi ini diharapkan bisa menjadi penarik wisatawan untuk datang ke Bandung.
Tak hanya untuk menyambut hari kemerdekaan, pawai jampana ini biasanya dilakukan untuk menyambut hari ulang tahun Kota Bandung. Tujuannya agar bisa menghidupkan lagi kemeriahan yang biasa dilakukan masyarakat Sunda zaman dulu.
Selain untuk memeriahkan acara, tradisi pawai jampana ini diharapkan bisa mempererat hubungan antar warga di Bandung, sekaligus memperkenalkan keunggulan daerah dari masing-masing lewat isi dari tandu yang dibawanya (Ayo Bandung 7/08/2020, Tempo 07/08/2021 20:36 WIB).
Dalam buku Sajak Sunda Indonesia Emas dijelaskan mengenai perbedaan antara pawai jampana saat hari kemerdekaan dan ulang tahun Bandung:
Guru SR kelas genep, dina karéta mesin, kuring, ngilikan rébuan beungeut jadi tarucing, “Naon bédana jampana agustusan jeung jampana panjang dadakan? "Bédana di lapang jeung di astana dina gorowok merdéka , dina gorowok ..."
Pada sajak lain, disebutkan bahwa jampana yang diusung warga biasanya berakhir di lapangan terbuka:
Jampana rumbe warna-warni ti Desa Rancapaku
ti Cisaruni, Ciawang, Cilampung Hilir
tumplek di lapang ngabetrak Kacamatan Leuwisari. (Abdullah Mustappa · 1995:160).
Di antara yang menarik dari acara agustusan itu adalah bongkar nasi tumpeng dari jampana yang dipikul masyarakat sepanjang pawai iring-iringan itu (Asep Saepulah Muhtadi · 2005:162).
Dalam buku Reception Through Selection-Modification: Antropologi Hukum Islam dirinci aktivitas pawai jampana masih dilakukan di Kampung Naga Tasikmalaya. Peserta pawai jampana berkumpul di Terminal Parkir Kampung Naga, yang kemudian berkumpul dengan rombongan dari beberapa dusun di Desa Neglasari. Perayaan dimulai dengan upacara bendera di Desa Neglasari, selanjutnya seluruh peserta pawai berjalan menyusuri desa hingga ke perbatasan.
Beberapa kampung juga membuat beraneka ragam miniatur seperti miniatur kujang, rumah adat, replika bebek yang berbaris, mobil-mobilan. Selanjutnya mereka pawai di jalan Desa Neglasari.
Setiap perayaan hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus, mereka selalu membuat jampana berisi berbagai hasil pertanian yang diserahkan kepada Kepala Desa, hingga ke Kabupaten Tasikmalaya (Abdurrahman Mison Bambang Prawiro, 2016: 252 dan 413).
Dalam buku Kreativitas dan Pembangunan Ekonomi Umat dijelaskan Bandung Creative City Forum (BCCF) pernah melakukan pawai jampana pada saat ulang tahun Bandung dengan memodifikasi bentuk dan pergelarannya yang disebut HelarFest.
HelarFest merupakan festival kendaraan hias no--BBM seperti delman, becak, sepeda, kuda yang melibatkan masyarakat umum. Heboh. Konvoi ini juga mengarak hasil bumi yang dikumpulkan dari berbagai komunitas warga Bandung menggunakan wadah jampana (Abd. Rahman Marasabessy, 2016:45).
Sejatinya, kehadiran tradisi-tradisi unik (barikan, obor estafet, pawai jampanan, peresean, tirakatan) pada saat perayaan Kemerdekaan Indonesia dan perayaan ulang tahun Bandung (pawai jampana) menjadi bukti nyata atas kuatnya kesadaran masyarakat, tokoh agama, pemerintah untuk terus menjaga, mengharmoniskan agama, kebudayaan.
Mengingat kebudayaan merupakan salah satu fondasi karakter bangsa. Tentunya sebagai bangsa yang besar tidak akan melupakan tradisi, budaya sendiri. Dengan demikian, kehadiran budaya suatu daerah harus menjadi pilar penyangga atas keberlangsungan dan keutuhan NKRI. Selamat Hari Kemerdekaan RI ke-76. Merdeka!