• Berita
  • Jangan Buru-buru Menyimpulkan Kasus Covid-19 Kota Bandung Turun

Jangan Buru-buru Menyimpulkan Kasus Covid-19 Kota Bandung Turun

Epidemolog mengingatkan penularan Covid-19 Kota Bandung masih perlu diwaspadai. Disinyalir ada kesenjangan data antara jumlah 3T dan kasus di lapangan.

Warga berpose di sela vaksinasi massal Astrazeneca di Bandung, Jumat (13/8/2021). Penurunan kasus Covid-19 di Bandung perlu disikapi dengan kewaspadaan ekstra. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana19 Agustus 2021


BandungBergerak.idPemerintah Kota Bandung melaporkan berkurangnya jumlah kasus Covid-19, meskipun belum ada pernyataan tegas bahwa pagebluk benar-benar terkendali. Turunnya jumlah kasus ditandai dengan berkurangnya jumlah pasien positif aktif (dirawat) dan berkurangnya tingkat keterisian ruang rawat inap rumah sakit.

Namun epidemolog mengingatkan agar tidak terburu-buru menyimpulkan data penurunan kasus Covid-19, apalagi disinyalir kesenjangan antara data resmi pemerintah dan realitas penularan di lapangan atau di masyarakat.

Hari ini, Kamis (19/8/2021), data pusat Covid-19 Kota Bandung memang terlihat menunjukkan penurunan yang signifikan. Kasus aktif tertinggi per 10 kecamatan kini di bawah 100 orang. Jumlah tersebut jauh di bawah penularan yang terjadi antara Juni – Juli yang sempat melampaui 500 kasus.

Penurunan kasus dinyatakan sebagai hasil dari PPKM Darurat yang dilanjutkan dengan PPKM Level 4 hingga kini. Menurut laporan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bandung yang diterima BandungBergerak.id, hingga hari ke-26 PPKM, 15 Agustus 2021, laju konfirmasi positif Covid-19 Kota Bandung adalah 158,7 orang per harinya.

Jumlah tersebut berkurang dibandingkan pada masa PPKM Darurat 20 Juli 2021, yakni 360,8 orang per hari. Berkurangnya jumlah kasus membuat Kota Bandung keluar dari zona merah atau risiko tinggi penularan Covid-19 menjadi zona oranye atau sedang.

Laporan tersebut juga mengungkap jumlah pelacakan kontak (testing, tracing, treatment atau 3T) yang dilakukan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bandung mencapai 343.474 sampel (13,74 persen penduduk) swab PCR.

Satgas menyimpulkan, tingkat penularan (positivity rate) Covid-19 di Kota Bandung 6,46 persen. Menghadapi penurunan kasus tersebut, Pemkot Bandung pun menyiapkan sejumlah pelonggaran-pelonggaran terhadap berbagai sektor ekonomi dan sosial yang semula ditutup demi mengerem laju penularan yang meledak dramatis sebulan pasca-lebaran kemarin, Juni – Juli.

Baca Juga: Tarif Tes PCR di Bandung masih Mahal
Pandemi Covid-19 Bandung Raya: Terjadi Penurunan Jumlah Kasus, Tetap Waspada dan Taat Prokes

Sabar dan tidak Boleh Buru-buru

Persentase positivity rate Covid-19 di Kota Bandung sebesar 6,46 persen tentunya kabar baik di tengah masa suram pandemi Covid-19 yang disebabkan varian delta di Kota Bandung. Meski demikian, angka 6 persen laju penularan tidak perlu disambut euforia. Sebab, faktanya penularan masih terjadi.

WHO sendiri telah mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 di suatu wilayah sudah terkendali jika positivity rate-nya di bawah 5 persen dalam beberapa pekan berturut-turut. Hal ini harus ditopang dengan tingginya 3T kepada individu di masyarakat. Sedangkan 3T dilakukan Satgas Covid-19 Kota Bandung masih berdasarkan sampel, bukan individu.

Epidemolog sains ITB, Nuning Nuraini menjelaskan bahwa banyaknya sampel yang diperiksa dengan banyaknya orang yang di tes bisa menghasilkan nilai positivity rate yang berbeda.

“Artinya satu orang bisa memiliki lebih dari satu specimen (sampel),” kata Nuning Nuraini, saat dihubungi BandungBergerak.id, Rabu (19/8/2021).

Menentukan positivity rate yang ideal harus berdasarkan jumlah banyaknya orang yang dites. Makin banyak orang yang dites, semakin akurat pula nilai tingkat penularan di masyarakat.

Secara nasional, tingkat penularan di Indonesia masih terbilang tinggi. Misalnya hingga 12 Agustus 2021, data Worldometer menunjukkan positivity rate nasional masih di atas 20 persen yang artinya laju penularan belum terkendali.

Worldometer juga merilis jumlah tes harian di Indonesia sebanyak 136.252 orang (bukan per sampel). Sehingga diduga kuat penularan di masyarakat masih tinggi dan Covid-19 masih perlu terus diwaspadai dan dikendalikan.

Nuning sendiri berharap data yang ada saat ini benar-benar menunjukkan situasi di lapangan yang semakin baik. Tetapi ia mengingatkan untuk terus waspada.

“Tetap waspada. Mending bersabar daripada terburu-buru senang,” ujarnya.

Tanpa kesabaran, pandemi Covid-19 akan semakin panjang dan sulit dikendalikan. Satgas Covid-19 Kota Bandung sendiri mengungkap temuan kasus konfirmasi positif, suspek, dan kontak erat banyak ditemukan pada usia muda antara 20 - 39 tahun (usia aktif), sedangkan kematian tinggi pada lansia dan penyakit penyerta.

Temuan tersebut menunjukkan bahwa penularan dari anak muda ke orang tua pada klaster keluarga sudah masif terjadi. Perlu diingat, sebelum lebaran Mei lalu, kasus Covid-19 di Indonesia sempat landai. Tetapi pasca-lebaran, gelombang ledakan kasus kemudian terjadi di mana-mana.

Di Bandung, ruang-ruang rawat inap rumah sakit sama kewalahannya dengan TPU khusus Covid-19 di Cikadut, Bandung.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//