Rubin Kolektif Fest 2021: Jumlah Pasien Covid-19 Menurun bukan berarti Solidaritas Mengendur
Hasil penggalangan dana lewat Rubin Kolektif Fest 2021 akan disumbangkan kepada warga terdampak krisis pangan akibat pagebluk Covid-19.
Penulis Boy Firmansyah Fadzri21 Agustus 2021
BandungBergerak.id - Rumah Bintang bersama Solidaritas Sosial Bandung menggelar festival virtual bertajuk Rubin Kolektif Fest 2021 sejak Jumat 20 Agustus hingga Minggu 22 Agustus 2021. Festival ini sebagai respons terhadap krisis pangan yang terjadi selama pandemi Covid-19.
Rubin Kolektif Fest 2021 menampilkan pertunjukkan musik dari Samamesna dan Dimas Wijaksana. Ada juga pertunjukkan pantomim dari seniman Wanggi Hoed dan pembacaan dongeng oleh Ratimaya.
Selain itu, serangkaian acara turut memeriahkan festival ini, seperti talkshow dan workshop komunitas. Pada sesi talkshow, komunitas berusaha membedah wacana solidaritas dan krisis pangan melalui kacamata antropologi.
Tak hanya itu, turut hadir pula pameran jual dan lelang produk dari tiga puluh tiga merek dagang baik perorangan maupun formal yang terdiri dari produk fesyen hingga pangan. Sebagian dari keuntungan akan dialokasikan untuk mendukung kegiatan Rumah Bintang dan Solidaritas Sosial Bandung.
Rumah Bintang atau Rubin merupakan komunitas nirlaba yang aktif bergerak memberikan bantuan kepada warga miskin kota, khususnya anak-anak di Bandung. Sementara Solidaritas Sosial Bandung dibentuk untuk membantu warga Bandung yang terdampak Covid-19, baik terdampak secara ekonomi maupun kesehatan karena menjadi pasien isolasi mandiri (isoman).
Niki Suryaman menjelaskan, Rubin Kolektif Fest 2021 digelar sebagai apresiasi kepada para rekan yang selama ini mendukung Rubin maupun Solidaritas Sosial Bandung.
“Jadi ruang silahturahmi. Khususnya bagi usaha temen-temen yang punya usaha mayoritas memang industri kreatif,” terang Niki Suryaman, kepada BandungBergerak.id pada Jumat (20/8/21).
Diakui Niki, selama pandemi berkepanjangan melalap Indonesia dan Bandung khususnya, persoalan krisis pangan kembali mencuat. Dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung, sejak tahun 2020 dan penyebaran wabah Covid-19 semakin menggila, Kota Bandung mengalami defisit pertumbuhan ekonomi hingga menginjak angka minus 2,28 persen. Kondisi tersebut memicu krisis nyaris di seluruh bidang ekonomi.
Krisis ekonomi itu membuat ribuan buruh Kota Bandung mengalami PHK. Sebagai catatan, jumlah buruh Kota Bandung berkurang drastis, sebanyak 92.160 orang berhenti menyandang status perkerja Kota Bandung pada tahun 2020.
View this post on Instagram
Baca Juga: Kelonggaran PPKM Kota Bandung Perlu Dibarengi Pengawasan Penerapan Protokol Kesehatan
Penghapusan Mural dan Persekusi Penciptanya di Mata Seniman dan Aktivis Bandung: Berlebihan dan Lucu
Niki mengatakan,meskipun jumlah warga isoman belakangan ini relatif menurun, tetapi kondisi yang ditimbulkan pagebluk di lapangan menunjukkan belum membaik. Masih banyak warga yang membutuhkan bantuan. Mereka terutama yang terdampak pagebluk secara ekonomi.
“Jadi sekarang bukan hanya warga isoman tetapi juga akan menyasar warga yang membutuhkan yang jadi perhatian kami, terutama di lingkaran terdekat,” ujar Niki.
Melalui acara tersebut, harapan Niki bisa memantik solidaritas yang lebih luas di masyarakat luas, terutama dalam rangka melawan krisis pangan yang terjadi. Ia yakin, solidaritas adalah jawaban dari segala tantangan dan kesulitan yang dihadapi saat ini sekaligus merawat kewarasan dan mengawal isu krisis pangan.
“Kami ingin menyampaikan pesan kepada siapa pun, khususnya terdekat yang mengelola simpul-simpul solidaritas dan dapur umum. Sesulit apa pun kalau bareng-bareng kita pasti bisa melewati situasi. Juga merawat kewarasan dengan menggalang solidaritas sekaligus mengawal wacana isu krisis pangan ini tentunya,” tutupnya.
Niki Suryaman dan kawan-kawan di lingkarannya terbilang aktif dalam beragam kegiatan sosial. Rumah Bintang pernah menggelar acara serupa sejak 2017. Pada 2019, Rubin juga menggalang solidaritas untuk korban penggusuran rumah deret Tamansari.