• Kampus
  • ITB Hibahkan 20 Unit Respirator, Unpad Terima Hibah 30 Mesin PCR dari Korea Selatan

ITB Hibahkan 20 Unit Respirator, Unpad Terima Hibah 30 Mesin PCR dari Korea Selatan

Pandemi Covid-19 masih belum berakhir. Penanganan pasien di fasilitas-fasilitas kesehatan terus berlangsung.

Masker medis VitaFlo buatan Intitut Teknologi Bandung (ITB) dihibahkan ke rumah sakit. (Dok. ITB, 2021)

Penulis Iman Herdiana18 September 2021


BandungBergerak.idPandemi Covid-19 masih belum berakhir. Penanganan pasien di fasilitas-fasilitas kesehatan terus berlangsung, walaupun jumlah pasien Covid-19 relatif berkurang dibandungkan puncak pandemi selama dua bulan ke belakang. Belum berakhirnya pandemi membuat fasilitas-fasilitan memerlukan peralatan-peralatan penunjang, seperti masker medis sampai alat laboratorium untuk tes Polymerase Chain Reaction (PCR).

Menghadapi kondisi ini, Institut Teknologi Bandung (ITB) menyumbangkan inovasinya berupa 20 unit Powered Air-Purifying Respirator (PAPR). PAPR merupakan masker medis multifungsi khusus untuk tenaga kesehatan yang bertugas di garda depan pagebluk. Sementara di bidang pelacakan kontak, Universitas Padjadjaran (Unpad) menerima hibah 30 unit mesin PCR dari Mico Biomed, Korea Selatan. PCR menjadi komponen penting dalam perang melawan pandemi, khususnya di bidang pemeriksaan sampel swab PCR.

Masker medis multifungsi PAPR buatan ITB dengan nama VitaFlo sendiri dibuat di Laboratorium Energi Terbarukan, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB dengan ketua tim penelitinya Yuli Setyo Indartono. Alat pencegah virus ini akan diberikan ke rumah sakit di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, dan Kalimantan (masih konfirmasi).

Yuli Setyo Indartono mengatakan, ada dua komponen utama di alat tersebut yaitu box blower dan filter untuk mengalirkan dan memfilter udara, serta penutup wajah atau full-face protector. Udaranya disalurkan melalui selang (grade medis) dari blower ke full-face protector.

"Aliran udara yang masuk ke dalam full-face mask menyebabkan tekanan udara lebih tinggi di dalam face mask dibandingkan yang di luar. Sehingga mencegah kontaminasi bakteri/virus dari luar," ujarnya, mengutip laman resmi ITB, Sabtu (18/9/2021).

Untuk penggunaannya, VitaFlo sudah menggunakan baterai dan mampu bertahan 5 jam 30 menit. Dengan menggunakan VitaFlo, tenaga kesehatan tidak perlu lagi memakai masker, goggle, dan face shield, namun APD lain tetap digunakan.

"Setelah ada alat ini, nakes tidak perlu lagi memakai APD di bagian wajah. InsyaAllah cukup dengan VitaFlo," jelasnya.

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Bandung Raya: Kasus Aktif 1.225 Orang
Saung Angklung Udjo Menanti Perhatian Pemerintah Pusat

Mampu Filtrasi Virus Sekitar 97 Persen

VitaFlo merupakan alat pelindung diri jenis PAPR (Powered-Air Purifying Respirator) yang mengintegrasikan fungsi masker, pelindung wajah, dan kacamata pelindung. Fungsi alat VitaFlo sudah melalui beberapa pengujian. Pertama, telah dilakukan pengujian di laboratorium di SITH untuk dilihat bagaimana kemampuan alat dalam memfilter bakteri dan virus.

"Hasilnya sangat baik," ujarnya.

Efektivitas filtrasi bakteri sebesar 99,9 persen untuk ukuran bakteri 0.5-2 um (ukuran virus), dan 97 persen untuk partikel <0.1 um="" berdasar="" pengujian="" di="" laboratorium="" di="" sith="" itb="" p="">

Pengujian lainnya dilakukan di Lab Energi Terbarukan FTMD untuk pengecekan laju aliran fluida masuk ke dalam full-face mask. Hasil pengujian sudah memenuhi standar.

Yuli bercerita, ide awal pembuatan alat ini berawal dari keprihatinan saat menyaksikan tenaga kesehatan memakai APD berlapis-lapis di bagian wajah. Hal itu terlihat tidak praktis, pengap, dan tidak nyaman. Dari situlah muncul ide membuat VitaFlo yang lebih mudah digunakan dan sederhana.

"Saya terinspirasi membuat facemask, namun apabila tidak dilengkapi blower akan terjadi kebocoran dari samping karena tekanan udaranya tidak positif. Makanya kami buat suplai udara menggunakan blower & filter," jelasnya.

Ke depan, alat ini tidak hanya berguna untuk tenaga kesehatan saja, tetapi juga bisa dipakai oleh para pekerja industri yang sering terpapar debu dan partikel berbahaya. VitaFlo bisa menyaring partikel-partikel berukuran kecil dengan baik.

"Filternya kita pilih yang versi industri, sehingga tidak mengalami kelangkaan saat banyak kebutuhan tenaga medis. Kemampuan filtrasinya sama, hanya versinya saja yang industri supaya ketersediaannya lebih terjamin. Pembeliannya mudah karena ada di toko-toko online," ucapnya.

Hibah 30 Mesin PCR

Masih di bidang pencegahan Covid-19, Unpad menerima hibah 30 unit mesin PCR dari Mico Biomed, Korea Selatan. Penyerahan hibah dilakukan Direktur Operasional PT. Langit Pandu Anugerah selaku perusahaan prinsipel Mico Biomed di Indonesia Agus C. Wirawan kepada Rektor Unpad Rina Indiastuti di ruang tamu Rektor Gedung Rektorat Unpad, Jatinangor, Jumat (17/9/2021).

Agus mengatakan, hibah ini merupakan salah satu wujud dari komitmen Mico Biomed untuk membantu menangani pandemi Covid-19 di Indonesia. “Waktu itu, mereka berkomitmen menyiapkan 200 mesin untuk Indonesia, boleh dipakai di mana saja, asalkan bisa membuat manfaat bagi masyarakat,” kata Agus.

Mesin PCR tersebut dinilai cocok digunakan di Indonesia yang membutuhkan kecepatan distribusi maupun pemeriksaan. Memiliki ukuran yang relatif kecil, mesin ini telah disebar ke sejumlah daerah di Indonesia.

“Memang mesin PCR itu ada yang besar ada yang kecil. Kita pilih yang kecil, karena kita maunya cepat,” imbuh Agus.

Kemampuan mesin dinilai sangat baik. Waktu yang diperlukan hanya sekira dua jam saja. Mesin tersebut mampu membaca 16 sampel dalam sekali kerja. Di satu sisi, mesin yang ringkas dan kecil akan menurunkan biaya pemeriksaan swab.

Agus menambahkan, mesin PCR tersebut tidak hanya digunakan untuk pemeriksaan sampel Covid-19. Ke depan, mesin bisa digunakan untuk pemeriksaan sampel HIV, kanker, bahkan untuk penelitian mengenai virus. “Untuk riset, ini sangat cocok. Alatnya tidak terlalu besar dan bisa cepat,” kata Agus.

Selain mesin PCR, Mico Biomed juga memberikan sampel reagen serta jarum suntik untuk vaksinasi Covid-19. Namun, kata Agus, untuk dua produk ini, pihaknya memerlukan bantuan dari Unpad untuk meneliti sejauh mana efektivitasnya.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//