• Berita
  • Saung Angklung Udjo Menanti Perhatian Pemerintah Pusat

Saung Angklung Udjo Menanti Perhatian Pemerintah Pusat

Saung Angklung Udjo nyaris runtuh karena pagebluk. Butuh kebijakan konkret dari pemerintah pusat.

Pertunjukan di ampiteater Saung Angklung Udjo (SAU), Bandung, Minggu (12/9/2021). Kolaps dihajar pandemi sejak awal tahun hingga Agustus 2021, kini SAU mulai bergeliat kembali. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Putra Wahyu Purnomo15 September 2021


BandungBergerak.idEnam orang bule dari Prancis tiba di sebuah saung sempit dengan halaman bersumur, di Jalan Padasuka, Bandung, yang menjadi lokasi berdirinya Saung Angklung Udjo. Mereka adalah turis asing pertama yang menginjakkan kakinya di Saung Angklung Udjo yang kondisinya masih benar-benar saung alias gubuk, bangunan sederhana yang mayoritas komponennya terbuat dari bambu.

Peristiwa itu berlangsung pada 1968, diriwayatkan kembali Sulhan Syafeii dalam bukunya, "Udjo: Diplomasi Angklung" yang ditulis Sulhan Syafeii (Grasindo, 2009). Peristiwa lampau itu terjadi di masa Udjo Ngalagena, seniman pendiri Saung Angklung Udjo, masih hidup dan konsisten dengan kesederhanaannya merawat seni musik tradisional warisan leluhur.

Dalam perkembangan selanjutnya, seni angklung tak hanya dikenal 6 turis Prancis tadi, melainkan sudah melanglangbuana ke berbagai penjuru dunia. Bahkan pada 2010, Badan Pendidikan dan Kebudayaan PBB, Unesco, menetapkan angklung sebagai warisan dunia. Nama Indonesia pun turut menggema berkat alat musik dari bambu tersebut.

Namun kini, pamor angklung terancam pudar akibat pagebluk Covid-19 berkepanjangan. Sejak awal pagebluk, pertunjukan di Saung Angklung Udjo praktis tidak ada, jangankan turis asing, turis lokal pun disetop demi menghindari penularan Covid-19.

Tak hanya itu, Taufik Udjo, putra maestro angklung Udjo Ngalagena, mengatakan program-program pentas ke luar negeri yang disusun Saung Angklung Udjo dibatalkan karena pagebluk.

Jika biasanya dalam satu bulan Saung Angklung Udjo bisa dua kali melawat ke luar negeri, saat ini kegiatan lawatan tersebut nol. Bahkan di dalam negeri pun pentas mereka terpaksa beralih ke pentas-pentas virtual.

Sementara perhatian dari pemerintah, terutama pemerintah pusat, masih samar-samar meskipun betapa parahnya pagebluk menghantam seni angklung.  

"Nampaknya pemerintah juga masih berjuang. Itu ajalah ya bahasa diplomatisnya mah ya," kata Taufik Udjo, saat disinggung mengenai bantuan pemerintah terhadap pengelolaan Saung Angklung Udjo, kepada BandungBergerak.id, Kamis (15/9/2021).

Dia menambahkan, mungkin untuk saat ini ada perhatian yang ditunjukkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Namun, Taufik juga berharap akan adanya perhatian lebih dari pemerintah pusat, terutama dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif diharapkan mau duduk bersama untuk membahas masalah yang dihadapi Saung Angklung Udjo. Taufik mengaku pihaknya sudah pernah mencoba melakukan audiensi dengan pemerintah pusat terkait pengelolaan Saung Angklung Udjo.

"Ya, sempat ya, tapi belum mendapat perhatian yang bagus ya. Terutama di pusat ya, mestinya ada perhatian khususlah yang kita bisa diskusi bareng, jadi bukan hanya selewat saja," kata Taufik Udjo.

Baca Juga: Penghapusan Mural dan Persekusi Penciptanya di Mata Seniman dan Aktivis Bandung: Berlebihan dan Lucu
Menggugat Nasib Seniman Tradisi di Masa Pandemi
Festival Monolog se-Jawa Barat: Ketika Seniman harus Akrab dengan Youtube

Wisatawan ikut bermain  di ampiteater Saung Angklung Udjo (SAU), Bandung, Minggu (12/9/2021).  (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Wisatawan ikut bermain di ampiteater Saung Angklung Udjo (SAU), Bandung, Minggu (12/9/2021). (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Terpaksa Dirumahkan

Selama pandemi berlangsung, program-program atau kegiatan Saung Angklung Udjo dapat dikatakan berhenti. Pertunjukkan berpindah secara daring yang tidak menghasilkan secara finansial. Imbasnya, banyak pegawai Saung Angklung Udjo yang harus dirumahkan untuk menutup biaya operasional yang semakin membengkak.

"Ya banyaklah, lebih dari seratus-an orang ya (yang dirumahkan), dan yang lainnya bergantian masuknya bergulir," terang Taufik.

Taufik telah menghitung kerugian yang dialami Saung Angklung Udjo selama pagebluk mencapai lebih dari dua miliar Rupiah per bulan.

Bisa Buka Kembali

Sejak PPKM Kota Bandung diturunkan statusnya menjadi level 3, Saung Angklung Udjo kembali membuka aktivitas kunjungan bagi para turis, dengan protokol kesehatan ketat. Artinya, jumlah pengunjung masih dibatasi.

Pemkot Bandung telah mengeluarkan Peraturan Wali Kota (Perwal) Bandung Nomor 94 tahun 2021 yang mengizinkan beroperasinya tempat-tempat wisata di Kota Bandung, salah satunya, Saung Angklung Udjo. Taufik mengakui bahwa pagebluk adalah ujian besar bukan hanya bagi Saung Angklung Udjo.

"Kita sedang membuat program, bahwa pandemi ini adalah pelajaran yang sangat berharga bagi kita. Hal-hal lama yang dulu jadi andalan kita pada pandemi ini tidak bisa dilakukan," katanya.

Banyak program-program yang dijalankan Saung Angklung Udjo sebelum pandemi ternyata tidak mampu bertahan dalam sapuan pagebluk. Untuk itu, Saung Angklung Udjo kini sedang ancang-ancang membuat program-program baru yang dihadapkan bisa menyesuaikan dengan kondisi pandemi.

Salah satu program yang tengah dirintis ialah pendirian museum angklung di komplek Saung Angklung Udjo. Museum ini nantinya sebagai sarana edukasi akan kesenian tradisional khas Sunda tersebut.

"Sebetulnya inovasi ini sifatnya masih surprise ya, tapi adalah," ungkap Taufik.

Sejak dirintis Udjo Ngalagena, seni angklung terus berkibar hingga mancanegara. Namun nyaris runtuh karena pagebluk. Kini, Saung Angklung Udjo menanti uluran tangan konkret dari pemerintah pusat. Pemerintah tentu tidak lupa bahwa angklung menjadi alat diplomasi ampuh dalam mengibarkan nama Indonesia di dunia internasional.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//