GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA (2): Gunung Geulis Manggahang, Puncak Tertinggi Bukit Barisan Baleendah di Pantai Danau Bandung Purba
Dari puncak Gunung Geulis Manggahang di Baleendah, kita bisa menikmati pemandangan elok cekungan Bandung. Sayang, kondisi kawasan ini kian memprihatinkan.
Gan Gan Jatnika
Pegiat Komunitas Pendaki Gunung Bandung (KPGB), bisa dihubungi via Fb Gan-Gan Jatnika R dan instagram @Gan_gan_jatnika
18 September 2021
BandungBergerak.id - “Bandung dilingkung gunung”, atau Bandung dikelilingi oleh gunung, sebuah istilah yg sudah sangat populer sejak dahulu. Ratusan gunung di sebelah utara, timur, barat, dan selatan laksana benteng alam yg menjaga kawasan Bandung Raya. Di utara ada Gunung Tangkuban Parahu, di timur ada Gunung Manglayang dan Gunung Mandalawangi, di selatan ada Gunung Malabar dan Gunung Patuha, di barat ada gugus Pegunungan Soreang, Cililin, serta Karst Padalarang yang membentang dan membenteng .
Timbul pertanyaan, jika ingin melihat dan menikmati bentang alam pegunungan Bandung Raya, ke mana sebaiknya kita pergi? Apakah ada sebuah gunung yang dari puncaknya kita bisa melihat gunung-gunung di Bandung Raya dengan jangakauan pandang 360 derajat?
Gunung Geulis yang Menjulang
Dalam peta lama Hoogvlakte van Bandoeng, terbitan Hovic tahun 1920, tertulis sebanyak 37 gunung. Terlihat ada satu pegunungan yang berada di bagian dalam formasi gunung-gunung tersebut yang diberi tanda lingkaran merah dan tanda panah ke berbagai arah. Pegunungan yang dimaksud sebagian besar berada di wilayah kecamatan Baleendah sehingga oleh para ahli geologi disebut kompleks pegunungan Baleendah Vulcanology (BV), yang memiliki panjang garis lurus horizontal lebih dari 6 kilometer.
Jika para ahli geologi menyebutnya Baleendah Vulcanology, lain lagi dengan para pegiat kegiatan luar ruangan, atau kita sebut para pendaki gunung. Di kalangan pendaki gunung, pegunungan ini lebih dikenal dengan nama Bukit Barisan Baleendah (BBB).
Jika diukur secara garis lurus horizontal, jarak bentang alam Bukit Barisan Baleendah ini diketahui sepanjang lebih dari 6 kilometer. Namun akan berbeda jarak yang didapat kalau kita menyusurinya dengan berjalan kaki, dimulai dari Gunung Karikil di sebelah barat sampai Gunung Bukitcula di sebelah timur. Perjalanan dengan mendaki dan menuruni puncak-puncaknya, seraya belok kanan, belok kiri, menyusur alur lereng dan punggungan pegunungannya, bakal menempuh jarak lebih dari 20 kilometer.
Di antara gunung-gunung itu, Gunung Geulis mempunyai puncak tertinggi, yakni 1.154 Meter di atas permukaan laut (Mdpl) menurut menurut peta RBI (Rupa Bumi Indonesia) skala 1:25.000 yang dikeluarkan oleh BIG (Badan Informasi Geospasial).
Dengan demikian, Gunung Geulis pantas menjadi salah satu tempat untuk melakukan pengamatan pemandangan pegunungan yang mengelilingi Bandung Raya. Selain itu, puncak gunung ini cocok juga untuk mengamati dan menikmati kawasan cekungan Bandung yang dahulunya merupakan sebuah danau purba.
Saat kawasan Bandung Raya masih berupa danau, Pegunungan Baleendah ini menjadi salah satu batas bagian selatannya. Kaki-kaki gunungnya dahulu merupakan tepian danau, atau semacam pantai bagi Danau Bandung Purba yg saat itu masih luas terbentang.
Asal Mula Nama Gunung Geulis .
Secara administratif, Gunung Geulis terletak di perbatasan Kecamatan Arjasari dan Kecamatan Baleendah. Kaki-kakinya berada di kecamatan Arjasari (Desa Wargaluyu, Desa Pinggirsari, Desa Patrolsari) dan Kecamatan Baleendah (Desa Manggahang, Desa Jelekong). Kawasan puncaknya berada di Desa Manggahang. Itulah kenapa gunung ini sering disebut juga dengan nama Gunung Geulis Manggahang atau Gunung Geulis Baleendah. Nama Gunung Geulis di kawasan Bandung Raya memang tidak hanya satu. Ada juga di kawasan Jatinangor, Ciwidey, dan lainnya .
Nama Gunung Geulis Manggahang berasal dari beberapa versi, tapi versi-versi tersebut hampir semuanya sama, yaitu kisah tentang seorang putri yang “geulis” (cantik) dan seorang pemuda yang tertarik dan ingin melamarnya. Sayangnya, lamaran pemuda ini ditolak oleh sang putri, meski si pemuda pemuda tersebut sudah membawa berbagai barang sebagai hadiah lamaran. Mulai dari alat masak, bahan makanan, sampai seekor gajah.
Versi paling tua tentang asal mula nama Gunung Geulis berupa cerita tahun 1970-an, seperti yang disampaikan oleh seorang guru penca (silat) yang tinggal di Desa Pamucatan Arjasari, yaitu almarhum Abah Ratmaja Beliau pernah menceritakan bahwa dahulu ada pemuda dari Kerajaan Daha (entah kerajaan di mana) yang ingin meminang seorang putri cantik. Putri ini tinggal di Desa Lebakwangi, masih wilayah Arjasari. Singkat cerita, lamarannya ditolak dan barang-barang lamaran ditinggal begitu saja. Selanjutnya, barang yang banyak ini menjelma menjadi gunung di daerah tersebut. Ada gunung Pabeasan, Gunung Parabot, Pasir Jampana, Pasir Salam, Pasir Wilis, Kancahnangkub, Batumunding, dan lain-lain. Sedangkan sang putri berubah menjadi sebuah gunung, yang kemudian diberi nama Gunung Geulis.
Versi lain datang dari warga sekitar Desa Manggahang. Dikisahkan, dahulu ada pemuda yang mau melamar putri cantik. Pemuda ini bernama Bakit Culah, sedangkan sang putri dikenal dengan nama Si Geulis. Karena takut keduluan pemuda lain, serta merasa yakin akan diterima, Bakit Culah nekat langsung melamar. Dia datang dengan membawa berbagai barang sebagai hadiah lamaran, termasuk seekor gajah.
Karena lamarannya ditolak, semua bawaan ditendangi oleh Bakit Culah. Barang-barang kemudian tersebut menjadi gunung-gunung, termasuk Gunung Gajahngambung yang merupakan penjelmaan seekor gajah yang turut dibawa saat lamaran. Sang pemuda juga menjadi gunung dengan nama Gunung Bukitcula, sementara sang putri menjadi Gunung Geulis.
Versi lain lagi menceritakan bahwa Gunung Geulis adalah jelmaan seorang putri cantik, kesayangan sepasang kakek-nenek. Pada akhirnya sang putri menjadi Gunung Geulis, sedangkan neneknya menjadi Gunung Nini dan kakeknya menjadi Gunung Pipisan. Kedua gunung ini lokasinya tidak berjauhan, berada di sebelah timur Gunung Geulis.
Tujuan Wisata Petualangan.
Seiring berkembangnya kegiatan wisata petualangan atau kegiatan luar ruangan (outdoor activity) dewasa ini, Gunung Geulis pun menjadi salah satu tujuan pendakian yg digemari. Jarak jelajah yang tidak jauh dan relatif mudah dijangkau dari mana-mana, ditambah pemandangan di puncaknya yg menawan, membuat gunung ini semakin terkenal.
Ada tiga jalur yang bisa tempuh para penjelajah dan pendaki. Jalur pertama di sisi selatan bisa ditempuh dari Gunung Pabeasan, Arjasari. Jalur kedua di sisi timur bisa ditempuh dari Gunung Pipisan atau dari Kampung Pacet, Pinggirsari. Jalur ketiga di sisi barat bisa ditempuh dari Desa Manggahang atau dengan mengambil jalur yang cukup jauh, yaitu dari Gunung Koromong .
Waktu tempuh pendakian tidak lama, yakni sekitar 1-2 jam saja, meski terdapat tanjakan yang cukup menguras tenaga. Tantangan lain adalah terik matahari. Apalagi kalau pendakian berlangsung pada siang hari. Sepanjang perjalanan, kita tidak akan menemui hutan lebat. Paling-paling barisan rumpun bambu dan pohon kaliandra dengan bunga khasnya yg berwarna merah yang berjejer di sisi jalur pendakian, menyambut para penjelajah.
Setibanya di puncak, kita akan disuguhi pemandangan yang menawan. Jika kita memilih mendaki untuk menikmati momen matahari terbit atau tenggelam, maka gunung ini menjadi pilihan yang tepat.
Di puncak Gunung Geulis, terdapat dua buah makam dengan bangunan dari tembok yang tinggal puing-puingnya. Informasi tentang makam atau petilasan ini belum begitu jelas karena ada beragam versinya.
Kondisi Memprihatinkan
Bukit Barisan Baleendah terbentuk sudah lama, sekitar 3,5 juta tahun yag lalu. Menurut para ahli geologi, pegunungan awal yang muncul di kawasan Bandung Raya adalah pegunungan di Soreang dan Lagadar, kemudian menyusul pegunungan Baleendah, dan pegunungan Malabar. Baru setelah itu muncul pegunungan di Bandung utara.
Batuan yang ada di pegunungan Baleendah ini adalah jenis batuan intrusi, yakni batuan yang terbentuk karena pembekuan magma di dalam tanah, kemudian muncul ke permukaan. Akibatnya, kawasan ini menjadi sangat potensial untuk ditambang.
Sejujurnya, kondisi kelestarian kawasan di Baleendah ini cukup memprihatinkan. Habitat bagi kerimbunan hutan dengan jenis tumbuhan pegunungan tersisa sedikit sekali. Penambangan pasir dan batu, serta semakin padatnya permukiman, memunculkan masalah yang cukup pelik.
Bahkan, satu per satu gunung kecil mulai hilang. Kepemilikan lahan di kawasan pegunungan yang ada di tangan perorangan membuat perubahan fungsi hutan dan gunung sulit dicegah. Memang tidak semua pemilik lahan kurang peduli akan kelestarian lingkungan, masih ada yang berupaya menjaganya agar generasi masa depan bisa menikmati keindahan Bukit Barisan Baleendah ini.
*Tulisan kolom Gunung-gunung di Bandung Raya merupakan bagian dari kolaborasi www.bandungbergerak.id dan Komunitas Pendaki Gunung Bandung (KPGB)