• Opini
  • Menjaga Ketersediaan Air dengan Biopori

Menjaga Ketersediaan Air dengan Biopori

Bahkan 80 persen tubuh manusia terdiri dari air. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia juga banyak menggunakan air.

Reigina Keicy Purnama

Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (Unpar).

Seekor katak pohon berlindung di balik daun teratai di sebuah kolam di wilayah perkotaan di Kawasan Bandung Utara, Jawa Barat (8/1/2021). Kehadiran satwa liar di sumber-sumber air alami menjadi salah satu indikator kualitas air yang bebas pencemaran. (Foto: Prima Mulia)

21 September 2021


BandungBergerak.idSudah tak bisa diperdebatkan lagi bahwa air berperan penting bagi kehidupan. Bahkan 80 persen tubuh manusia terdiri dari air. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia juga banyak menggunakan air: minum, masak, mandi, mencuci, hingga pembangkit listrik, dan lin-lain. Sehingga kebutuhan air sangat penting untuk terpenuhi.

Bumi juga ditutupi sebagian besar oleh air. Menurut Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat, sekitar 71 persen permukaan bumi tertutup oleh air tetapi 96,5 persen air tersebut adalah air laut yang tidak baik untuk diminum. Sehingga manusia harus berusaha untuk menjaga ketersediaan air bersih yang layak konsumsi.

Air layak konsumsi adalah air yang terbebas dari bakteri dan virus. Air yang baik idealnya tidak berbau dan tidak berasa. Bau pada air dapat berasal dari pembusukan zat organik, seperti bakteri. Sedangkan rasa asin pada air berasal dari garam yang terlarut. Kemudian rasa asam pada air disebabkan asam organik maupun asam anorganik.

Untuk menentukan kelayakan air terdapat salah satu faktor yang sangat penting dan menentukan, yaitu dilihat dari kandungan Total Dissolved Solid (TDS) atau kandungan unsur mineral dalam air. Menurut standar Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), air layak konsumsi memiliki kadar TDS <100 ppm="" parts="" per="" million="" span="">

Pemeriksaan TDS pada air dapat dilakukan dengan mengambil sampel air dan memeriksa parameter fisiknya. Titik pengambilan sampel air dapat dilakukan pada permukaan air dan air tanah. Air tanah dibagi menjadi dua, yaitu air tanah bebas dan air tanah tertekan (artesis). Air tanah bebas misalnya pada sumur gali dan sumur bor. Air tanah tertekan ada pada sumur bor eksplorasi, sumur observasi, sumur produksi.

Baca Juga: Spesies Liar: Kampanye Lingkungan di Tengah Maraknya Eksploitasi Hewan Dilindungi di Media Sosial
Akar Masalah DAS Citepus Bukanlah Sampah melainkan Tata Ruang

Sampah Organik untuk Biopori

Perlu upaya serius agar kelestarian air terjaga. Salah satu upaya menjaga kelestarian air adalah dengan memperbanyak titik-titik resapan air, contohnya dengan biopori. Biopori adalah pori atau lubang sinambung yang dapat mempercepat peresapan air ke dalam tanah.

Biopori memerlukan unsur organik agar kinerjanya maksimal. Unsur organik membuat akar-akaran pada tanah dapat mudah berkembang dan menembus tanah. Fauna tanah juga dapat berkembang biak dan beraktivitas menembus liang di dalam tanah. Unsur organik tersebut dapat memudahkan air meresap.

Biopori cocok untuk kawasan permukiman padat penduduk yang umumnya memiliki permukaan resapan air yang terbatas. Kawasan permukiman ini memerlukan ruang-ruang biopori yang diameter yang kecil sehingga bisa diterapkan di atas permukaan lahan yang sempit. Lubang biopori ini kemudian diisi sampah-sampah organik rumah tangga.

Pemanfaatan sampah organik ke dalam lubang resapan biopori akan mengurangi sampah yang diproduksi skala rumah tangga. Sehingga sampah tidak perlu dikumpulkan di tempat pembuangan sementara (TPS). Misalnya, sampah organik dari hasil dapur dimasukkan ke dalam lubang resapan biopori sebagai penyubur tanah. Sementara sampah bukan organik dapat disumbangkan kepada pemulung.

Menurut Badan Pusat Statistik, pada tahun 2017 persentase rumah tangga menurut  provinsi dan keberadaan area resapan air di Indonesia hanya memiliki 4,93 persen sumur resapan, 2,10 persen lubang resapan biopori, dan 23,97 persen taman/tanah berumput. Maka dengan adanya area resapan air berupa biopori akan mampu menambah pasokan air sekaligus menunjang keberadaan air bersih dan potensi banjir.

Sudah sering diberitakan bahwa sejumlah daerah di Indonesia mengalami kesulitan air di kala musim kemarau, tetapi kebanjiran di kala musim hujan. Maka memperbanyak daerah resapan air akan menambah daya tampung air hujan sebagai tabungan air. Daerah resapan air memegang peranan penting dalam mengatasi kekeringan dan kurangnya air bersih saat musim kemarau, juga sebagai pengendalian banjir di musim hujan.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//