• Pemerintah
  • Data Sebaran Balita Keluarga Miskin di Kota Bandung 2019, Terbanyak di Kecamatan Babakan Ciparay

Data Sebaran Balita Keluarga Miskin di Kota Bandung 2019, Terbanyak di Kecamatan Babakan Ciparay

Jumlah balita keluarga miskin terbanyak ada di Kecamatan Babakan Ciparay, mencapai 1.452 balita. Menyusul Kecamatan Bojongloa Kaler dengan 1.101 balita

Penulis Sarah Ashilah4 Oktober 2021


BandungBergerak.idTidak semua anak terlahir di dalam keluarga yang berkecukupan. Daya beli makanan yang rendah dan ligkungan yang tidak terjaga pun akhirnya mempengaruhi tumbuh kembang si anak. Biaya pendidikan mahal turut menambah beban keluarga miskin untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya.

Dengan kata lain, anak-anak yang terlahir di dalam keluarga miskin tidak memiliki kesempatan yang sama dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga berkecukupan, baik itu dalam akses kesehatan, asupan gizi, maupun akses pendidikan.

Merujuk data yang termuat di situs aksen.bandung.go.id oleh Dinas Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kota Bandung, pada tahun 2019 tercatat ada sejumlah 14.138 orang balita yang berasal dari keluarga Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS). Mereka tersebar di seluruh kecamatan Kota Bandung.

Baca Juga: Data Kasus Balita Stunting di Kota Bandung 2014-2020, Prevalensi Melambung di Tahun Pandemi Covid-19
Data Persentase Status Gizi Balita di Kota Bandung 2013-2019, Waspadai Tren Kenaikan

Data menunjukkan, jumlah balita keluarga miskin terbanyak ada di Kecamatan Babakan Ciparay, mencapai 1.452 orang balita. Rinciannya, 341 anak di Kelurahan Babakan, 249 anak di Kelurahan Babakan Cipaay, 107 anak di Kelurahan Cirangrang, 218 anak di Kelurahan  Margahayu Utara, 180 anak di Kelurahan Margasuka, dan 357 anak di kelurahan Sukahaji.

Jumlah balita miskin terbanyak kedua ada di Kecamatan Bojongloa Kaler, sebanyak 1.101 orang balita. Sementara itu, jumlah balita keluarga miskin paling rendah ditemukan di Kecamatan Bandung Wetan.

Tanpa upaya penanganan serius, rantai kemiskinan bakal terus berputar tanpa putus. Anak-anak dari keluarga miskin, karena memiliki akses kesehatan dan pendidikan yang sangat terbatas, akan kesulitan memperbaiki nasib keluarga.  

Editor: Redaksi

COMMENTS

//