• Berita
  • Dari Bandung Menyusuri Kampung-kampung Pinggiran di Cianjur yang Terdampak Gempa

Dari Bandung Menyusuri Kampung-kampung Pinggiran di Cianjur yang Terdampak Gempa

Korban terdampak gempa Cianjur masih memerlukan bantuan. Distribusi bantuan agar merata masih jadi kendala.

Warga korban gempa Cianjur mendirikan tenda di halaman rumahnya. (Foto: Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)

Penulis Reza Khoerul Iman29 November 2022


BandungBergerak.id – Sudah terhitung sepekan lamanya gempa M5,6 yang terjadi Senin 21 November 2022 meluluhlantakkan Cianjur, namun para warga masih belum bisa merasakan empuk kasur dan menemukan rasa aman di dalam rumahnya sendiri. Kekhawatiran mereka masih mencuat terhadap pergerakan tanah yang setiap harinya masih terus berlangsung, baik dalam skala kecil dan terkadang berskala besar. Termasuk bagi warga yang terdapat di kampung-kampung pinggiran, di sekitar titik lokasi gempa.

Hari Sabtu, 26 November 2022 pagi, saya bersama tiga rekan lainnya berkesempatan untuk menengok beberapa kampung “pinggiran” yang terdampak gempa dan yang terhitung masih kekurangan mendapat bantuan.

Sejak pagi, terutama ketika memasuki wilayah Padalarang, lalu-lalang mobil ambulans dari arah Kota Bandung dan arah sebaliknya tidak henti-hentinya terus berseliweran. Rombongan motor dan mobil para relawan yang membawa logistik bantuan untuk para warga Cianjur pun tidak kalah memadati jalanan. Pada hari itu, semua yang menuju ke Cianjur merasa penting dan mesti didahulukan.

Memasuki Wilayah Cianjur, saya dan tiga rekan lainnya mengambil arah ke Jalan Lingkar Selatan dan keluar di Terminal Pasir Hayam. Sepanjang ruas jalan tersebut, kita sudah mulai menemukan rumah warga yang roboh dan sejumlah tenda pengungsian yang berdiri di pinggir jalan serta di tengah tanah sawah yang sudah mengering.

Jalanan menjadi semakin padat dan semrawut saat memasuki bundaran Tugu Selamat Cianjur. Mobil ambulans dan kendaraan yang membawa logistik saling bersilangan berebut jalan. Imbasnya, jalanan menjadi macet karena beberapa kali mobil ambulans dan kendaraan yang membawa logistik saling bertemu di tengah jalan. Pemandangan tersebut terus terlihat di sepanjang jalan hingga perbatasan Cianjur-Sukabumi.

Beberapa warga Cianjur sudah tidak lagi terkejut dengan kondisi yang telah berlangsung kurang lebih selama sepekan tersebut. Namun ada juga beberapa warga yang masih tak tahan mendengar suara sirene ambulans yang terus terdengar setiap saat dalam ini yang masih saja terus berseliweran membantu para warga yang menjadi korban gempa.

Baca Juga: Aksi Guru Honorer Lulus Passing Grade Minta Kejelasan Nasib
Luluh Lantak Diguncang Lindu

Tiba di Kampung Songgom

Kami tiba di Songgom, kampung kecil di wilayah Cianjur letaknya berdekatan dengan perbatasan Sukabumi. Letaknya cukup berdekatan dengan lokasi titik gempa. Kampung tersebut beruntung tidak mengalami dampak gempa yang cukup serius. Menurut penuturan warga ada beberapa rumah di Kampung Songgom yang retak dan roboh dindingnya, ada juga yang roboh bagian dapurnya.

Hingga kini warga Songgom masih belum berani berlama-lama tinggal di dalam rumah. Warga mendirikan terpal dan tenda sebagai tempat tinggal sementara di beberapa tempat. Satu terpal berukuran 5x7 meter ada yang dihuni hingga 20 orang banyaknya.

Sempat pada hari pertama gempa, semua warga Songgom tidur di teras halaman tetangganya yang luas. Tanpa terpal ataupun tenda. Begitu pun dengan beberapa kampung-kampung kecil lainnya. Sebab waktu itu bantuan masih terfokus di lokasi yang mengalami dampak gempa yang parah. Mereka bersyukur hari-hari berikutnya bantuan sudah mulai berdatangan. Diantaranya berasal dari kerabat penghuni kampung yang tinggal di Bandung yang menggalang bantuan untuk kebutuhan tenda, terpal, hingga logistik warga di Songgom.

Yang malang, meskipun mereka terdampak bencana dan berada di tengah situasi bencana, beberapa warga yang menjadi pegawai pabrik di Sukabumi tidak mendapat jatah libur. Alasannya, daerah yang terdampak bencana hanya di Cianjur bukan di Sukabumi. Padahal pada hari-hari pertama, gempa masih cukup sering terjadi dan getarannya terasa sampai Sukabumi. Setiap kali gempa terasa para pegawai pabrik berhamburan berlarian ke luar pabrik mencari tempat aman dan membuat kerja mereka jadi tidak nyaman, sementara target kerja tidak mendapat keringanan sama sekali.

Mereka berharap bencana ini dapat segera berlalu dan situasi dapat kembali aman.

Suasana kampung yang terdampak gempa Cianjur. (Foto: Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)
Suasana kampung yang terdampak gempa Cianjur. (Foto: Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)

Di Citamiang dan Cibeleng Hilir

Sore itu, kami meneruskan beranjak menuju ke kampung-kampung lainnya untuk mendistribusikan bantuan, di antaranya Citamiang dan Cibeleng Hilir. Kami diantar oleh Mang Deden menuju Citamiang. Sepanjang perjalanan, kami melewati banyak kampung kecil seperti Kampung Cibodas, Demah Luhur, hingga Citamiang yang juga terdampak gempa.

Sama halnya dengan yang kampung lain, mereka mendirikan posko-posko yang juga menjadi tempat tinggal sementara warga. Pada siang hari, posko-posko biasanya sepi karena sejumlah warga ada yang mesti berangkat bekerja atau bertani.

Di Citamiang, selain beberapa rumah rubuh akibat gempa, di sana juga terjadi longsor yang cukup besar. Untungnya longsor tersebut tidak terjadi di dekat pemukiman warga sehingga tidak ada korban jiwa, kecuali kebun-kebun warga yang tertimbun.

Dari Citamiang kami beranjak menuju Cibeleng Hilir. Satu kampung yang cukup jauh dengan lokasi gempa tapi mengalami dampak yang sangat serius. Hampir seluruh rumah di kampung tersebut roboh akibat gempa. Sementara kampung-kampung lainnya yang masih berdekatan tidak mengalami dampak separah itu.

Kini, Cibeleng Hilir sudah mendapat pasokan bantuan yang cukup banyak dari berbagai wilayah. Namun sebagian warga kampung sekitar ada yang masih mengeluhkan bantuan masih terus berfokus dan menumpuk di sana, sementara kampung-kampung lainnya menjadi dihiraukan atau sedikit bantuannya, padahal mereka juga terdampak dan masih serba kekurangan.

Berakhir di Kampung Mandu

Sudah beberapa hari terakhir Cianjur terus diguyur hujan. Ada daerah yang malah terdampak banjir dan kekurangan pakaian kering. Meski demikian, di tengah kondisi tersebut tidak ada yang bisa dilakukan oleh para warga selain saling menguatkan dan saling membantu sama lain.

Di kampung terakhir yang kami kunjungi, Kampung Mandu, dampak gempa terlihat cukup parah. Nampaknya bantuan belum menyentuh merata di sana. Sepanjang jalan banyak posko warga yang memajang tulisan membutuhkan bantuan. Hal ini menguatkan bukti meski bantuan terus diselonjorkan ke berbagai wilayah di Cianjur, tapi kebanyakan menumpuk di beberapa lokasi yang sudah lebih dari cukup untuk menerima bantuan.

Sebagian warga ada yang mengadukan pendistribusian bantuan yang tidak merata. Ada warga yang mengadukan penimbunan bantuan, ada yang mengadukan pencegatan kiriman bantuan kiriman dari sejumlah daerah.

“Kami tahu dalam kondisi seperti ini semua orang itu membutuhkan bantuan. Tapi kami harap bantuan itu dapat dilakukan secara merata. Kejadian-kejadian seperti pencegatan para relawan dan penimbunan bantuan sangat kami sesalkan, karena itu berdampak juga pada kami yang masih serba kurang bantuannya,” tutur Dikdik salah satu warga korban gempa yang kami temui.

Bandung Masih Menggalang Bantuan untuk Korban Gempa Cianjur

Sejumlah komunitas di Bandung menggalang bantuan bagi korban bencana gempa Cianjur. Komunitas Solidaritas Sosial Bandung misalnya sudah sepekan ini menggalang bantuan untuk korban gempa. Komunitas tersebut menerima sumbangan berupa uang tunai, obat-obatan, hingga makanan anak dan pempers bagi bayi.

Jejaring kelompok tersebut juga ikut berkolaborasi untuk menggalang bantuan bagi korban gempa Cianjur. Misalnya memproduksi kaos yang uangnya digunakan untuk membantu korban gempa, melelang pakaian dan sepatu yang uang perolehannya untuk dana bantuan, hingga menggelar pertunjukkan musik untuk menggalang donasi.

Masih banyak lagi  komunitas dan kelompok pegiat sosial yang terus menggalang bantuan. Sungguh senang melihat solidaritas kemanusiaan itu terus bertumbuh.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//