RISET UNPAR: Agar Tidak Tabu Membicarakan Pengelolaan Keuangan
Literasi keuangan dibutuhkan untuk mengambil keputusan. Disiplin dalam mengelola keuangan menjadi fondasinya.
Penulis Tim Penulis BandungBergerak.id1 Desember 2022
BandungBergerak.id—Belum semua orang mempunyai kesadaran untuk mengelola keuangan pribadinya dengan baik. Salah satunya karena membicarakan soal uang masih sering dianggap tabu. Minimnya literasi keuangan membuat masyarakat kerap mengambil keputusan keliru.
Literasi keuangan kerap disalahpahami sebagai ilmu yang hanya diperlukan oleh mereka yang secara finansial berkecukupan. Tidak berlaku bagi golongan menengah apalagi pas-pasan. Padahal, literasi keuangan merupakan pengetahuan dan kecakapan untuk memahami risiko agar dapat mengambil keputusan yang efektif dalam konteks finansial.
Secara umum, tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia memang masih rendah. Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2019 menunjukkan indeks literasi keuangan sebesar 38,03%. Sedangkan indeks inklusi keuangan sebesar 76,19%. Hasil tersebut menunjukkan, masyarakat Indonesia belum memahami dengan baik karakteristik berbagai produk dan layanan jasa keuangan yang ditawarkan lembaga jasa keuangan formal.
Literasi finansial ini menjadi perhatian para dosen di Universitas Katolik Parahyangan. Melalui kegiatan pengabdian masyarakat, tim yang beranggotakan Nina Septina, Hamfri Djajadikerta, Amelia Setiawan, Lilian Danil, Agustinus Susilo, dan Katlea Fitriani melaksanakan kegiatan literasi finansial untuk masyarakat yang diselenggarakan secara daring pada 16 Juli 2020.
Kegiatan ini berlangsung pada awal pandemi Covid-19 berkecamuk di Indonesia. Wabah memaksa masyarakat membatasi mobilitasnya. Sekolah tutup, siswa belajar dari rumah. Para pekerja tidak lagi berhamburan di jalan karena tak perlu ke kantor. Ekonomi terhenti, semua lini babak belur dipukul pandemi.
Meski pada mulanya kegiatan ini tidak dirancang khusus menghadapi pandemi, masyarakat butuh penguatan menghadapi situasi ekonomi yang berubah mendadak. Seminar berbasis web (webinar) bertajuk “Keterampilan Mengelola Keuangan Pribadi” tidak sekadar kegiatan literasi finansial, tetapi juga memberi alternatif solusi pengaturan keuangan di masa pandemi. Hadir sebagai pembicara Guru Besar Manajemen Unpar Prof. Marcellia Susan, dosen Unpar sekaligus pelatih bersertifikat YEP United State Agency for International Development Nina Septina, S.P, M.M., M.Phil dan Lilian Danil S.E., M.M.
Pada kesempatan itu, Marcellia memaparkan tentang dasar-dasar pengelolaan keuangan pribadi. Hal ini menjadi dasar yang harus dipegang oleh para pengelola BUMDes juga UMKM. Kedisiplinan diri mengelola keuangannya sendiri, menjadi fondasi kokoh mengelola keuangan bisnisnya.
Selanjutnya, Nina dan Lilian berbagi tentang ilmu praktis mencatat dan mengelola keuangan pribadi. Pencatatan itu dilakukan dengan metode sederhana tapi efektif untuk mengelola keuangan. Pada sesi ini, peserta bisa langsung mempraktekkan ilmu ini.
Pengetahuan tentang pengelolaan keuangan ini diharapkan bisa membantu masyarakat untuk membuat keputusan yang bijak. Tidak mengedepankan pertimbangan jangka pendek yang berdampak pada kondisi finansialnya dalam jangka panjang. Sering kali persoalan keuangan yang melilit seseorang terjadi karena kurangnya kedisiplinan mengelola keuangan pribadi.
Pada bagian akhir, peserta diajak untuk berdiskusi sambil membuat poin-poin pembelajaran yang penting dalam mengelola finansial pribadi ini. Webinar ini diharapkan menjadi awal bagi masyarakat untuk tidak lagi tabu membicarakan pengelolaan keuangan. Secara mandiri, masyarakat bisa memeriksa kesehatan finansialnya dan bisa melakukan langkah-langkah penyehatan.
Pengetahuan pengelolaan keuangan ini sangat penting karena turut menentukan tingkat kesejahteraan seseorang. Telah terbukti secara ilmiah, persoalan finansial dapat berdampak pada kesehatan fisik dan mental seseorang. Hal ini diamini oleh peserta webinar yang menyampaikan pandangannya saat webinar.
Baca Juga: RISET UNPAR: Bahaya Penyalahgunaan Praperadilan
RISET UNPAR: Menyiapkan UMKM Menghadang Resesi
RISET UNPAR: Seni Terpadu atau Integrated Arts sebagai Alternatif Pendidikan Kesenian
RISET UNPAR: Model Matematika untuk Mencegah Penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) pada Kelompok Usia Muda
Merangkul BUMDes
Webinar literasi digital ini pada khususnya ditujukan untuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) BUMDes dampingan Fakultas Ekonomi Unpar di Kabupaten Indramayu, yaitu BUMDes Maju Desa Ujunggebang Kecamatan Sukra, BUMDes Jiwa Ilir Desa Ilir Kecamatan Kandanghaur, dan BUMDes Bermuda Desa Kedokanagung Kecamatan Kedokan Bunder.
Pendirian BUMDes merupakan amanat Undang-Undang Desa. Melalui BUMDes diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk merintis usaha, membuka lapangan kerja, dan menjalin kerja sama dengan mitra bisnis. Pada intinya, BUMDes bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat desa. Melalui BUMDes, masyarakat perdesaan berkontribusi pada perekonomian nasional.
Pendampingan BUMDes di Indramayu ini merupakan bagian dari kerja sama antara Unpar dengan Astra International yang membuat program Kampung Berseri Astra. Program ini membangun kolaborasi antara masyarakat, akademisi, juga korporasi untuk meningkatkan kualitas hidup dengan bersandar pada empat pilar utama, yaitu pendidikan, kewirausahaan, lingkungan, dan kesehatan. Harapannya tercipta masyarakat yang produktif, cerdas, bersih, dan sehat.
Pada awal program, tim pengabdian masyarakat berkunjung terlebih dahulu ke masing-masing desa tempat BUMDes beroperasi. Tim kemudian melakukan traning need analysis. Hasilnya, para pengelola BUMDes memerlukan literasi keuangan untuk meningkatkan kapasitas BUMDes juga memotivasi warga setempat.
Warga belum mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang pengelolaan keuangan, akses lembaga keuangan, serta memeriksa kesehatan finansialnya. Soal keuangan ini relatif jarang dibicarakan, baik di keluarga maupun di sekolah. Pengelolaan keuangan dianggap sebagai wilayah privat yang tabu dibicarakan di ruang terbuka.
Dari sana, tim pengabdian masyarakat Unpar merancang sebuah workshop literasi finansial untuk pengelola BUMDes dan warga di tiga desa tersebut. Semula, kegiatan ini direncanakan dilakukan secara tatap muka di Indramayu.
Terpaksa Daring
Situasi pandemi yang penuh ketidakpastian membuat tim memutuskan untuk mengubah kegiatan tatap muka menjadi daring menggunakan aplikasi Zoom. Keputusan ini sebagai langkah taktis sehingga kegiatan tak perlu ditunda atau bahkan dibatalkan sebagaimana beberapa kegiatan pengabdian masyarakat lainnya. Cukup sulit membuat kegiatan tatap muka saat pandemi, terlebih ketika itu masih berlaku PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Belum lagi jika lokasi mitra berada di zona merah.
Pelaksanaan kegiatan secara daring menjadi solusi jitu. Masyarakat jelas sangat membutuhkan kegiatan ini untuk meningkatkan kapasitasnya mengelola keuangan di saat pandemi. Masyarakat butuh panduan bagaimana menyiasati kondisi ekonomi yang lesu, pendapatan yang berkurang, pemenuhan kebutuhan kesehatan yang semakin urgen.
Meski dilaksanakan secara daring, peserta antusias mengikuti pelatihan ini. Tercatat 270 peserta mengikuti webinar. Akan tetapi, jumlah peserta yang sesungguhnya diperkirakan lebih besar. Ada peserta yang mengikuti webinar ini secara berkelompok dengan berbagi gawai.
Target peserta yang semula hanya pengelola BUMDes binaan Unpar di Indramayu, meluas menjadi pelaku UMKM di Jawa Barat. Peserta juga aktif bertanya, baik secara langsung maupun disampaikan lewat kolom percakapan di aplikasi Zoom.
Webinar semacam ini juga memperluan jangkauan masyarakat. Tidak hanya menjangkau BUMDes binaan Unpar, tetapi juga pelaku UMKM dari berbagai daerah di Jawa Barat serta masyarakat umum. Semakin banyak masyarakat yang terpapar literasi finansial.
Di masa mendatang, kegiatan serupa bisa tetap dilakukan dengan menggabungkan pertemuan tatap muka dan daring. Apapun metodenya, melakui kegiatan ini, akademisi bisa berkontribusi dalam memberdayakan masyarakat.
Tim pengabdian masyarakat mengusulkan, pada pelaksanaan selanjutnya bisa membahas tema literasi finansial lainnya, yaitu teknologi finansial yang mempengaruhi inklusi keuangan. Perkembangan teknologi melahirkan berbagai jenis jasa layanan keuangan digital. Kini masyarakat mempunyai banyak alternatif layanan pembayaran sampai membuka akses pembiayaan. Pelatihan terkait financial technology ini menjadi salah satu fokus pendampingan BUMDes selanjutnya.
*Artikel RISET UNPAR terbit sebagai bagian dari kolaborasi antara BandungBergerak.id dan Unpar Bandung