Cara Perhutana Membangun Hutan di Majalengka ala Kavling Properti
Masyarakat berkesempatan membeli lahan untuk membangun hutan. Fisik lahan untuk hutan konservasi, sertifikat hak miliknya dikonversi jadi NFT.
Penulis Ahmad Fikri3 Desember 2022
BandungBergerak.id—Masyarakat bisa melihat langsung rencana pengembangan hutan konservasi dengan cara yang tidak biasa dalam pameran Family Forest Design Exhibition di Aula Timur Gedung Sate Bandung. Konsep hutan kolektif Perusahaan Hutan Tanaraya (Perhutana) yang digagas oleh Jatiwangi Art Factory (JAF) adalah upaya untuk menumbuhkan dan merestorasi hutan yang diinisiasi warga secara inovatif di lahan seluas 8 hektare di Jatiwangi, Majalengka.
Pameran diselenggarakan Perhutana bersama pemerintah provinsi Jawa Barat, Jatiwangi art Factory, Yayasan Pilar Tunas Nusa Lestari, Hutan Itu Indonesia, dan Restor selama tiga hari (1-3 Desember 2022). Di sana ditampilkan enam karya terbaik peserta sayembara desain hutan yang digelar sepanjang bulan September hingga November dengan peserta kalangan arsitek lanskap, akademikus, dan masyarakat umum.
Pameran tersebut dibuka oleh Sekretaris Daerah Jawa Barat Setiawan Wangsaatmaja yang juga menyampaikan dukungannya atas inisiatif tesebut. “Inovasi hutan kolektif Perhutana menjadi upaya meningkatkan keberlanjutan kawasan Jatiwangi dan turut membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat di tiga desa yakni Jatisura, Sutasari, dan Mekarwangi,” kata dia, saat membuka pameran tersebut, Kamis, 1 Desember 2022.
Pemerintah juga mendukung upaya penambahan ruang terbuka hijau berupa hutan raya untuk menjaga kelestarian budaya dan penghidupan masyarakat serta ekosistem Majalengka yang harus menerima tekanan pembangunan infrastruktur dan industrialisasi secara besar-besaran sebagai konsekuensi dari tumbuhnya metropolitan Segitiga Rebana yang salah satunya melingkupi wilayah Majalengka.
Setiawan mengatakan, inovasi hutan kolektif tersebut menjadi salah satu praktik baik untuk meningkatkan luas tutupan hutan di Jawa Barat. “Adanya inovasi hutan kolektif Perhutana menjadi praktik baik di Jawa Barat untuk meningkatkan tutupan hutan secara gotong royong, dan berkontribusi pada pembangunan metropolitan Rebana secara berkelanjutan,” kata dia.
Baca Juga: Petani Kopi Gagal Panen karena Terdampak Perubahan IklimPTUN Bandung Membatalkan Izin Lingkungan PLTU Tanjung Jati A Cirebon, Walhi Jabar: Aktivitas Konstruksi Harus DihentikanMasyarakat Hukum Adat sebagai Penjaga Kelestarian Lingkungan Hidup, Belum Mendapat Payung Hukum
Gagasan Hutan Kolektif
Ginggi Syarif Hasan, perwakilan dari Perhutana mengatakan, pameran yang diselenggarakan di Gedung Sate tersebut merupakan bentuk apresiasi bagi peserta sayembara desain model hutan yang telah mengirimkan karyanya. “Acara pameran Family Forest Design Exhibition diadakan sebagai bentuk apresiasi bagi para peserta sayembara yang sudah membuat desain model hutan Perhutana, dan sekaligus sebagai ajang menyebarkan informasi mengenai hutan kolektif Perhutana di Jatiwangi kepada publik khususnya di Jawa Barat maupun nasional,” kata dia.
Perhutana sengaja menggelar sayembara untuk mencari desain hutan terbaik untuk selanjutnya menjadi rancangan pengembangan hutan kolektif di Jatiwangi, Majalengka. Inisiatif membangun hutan tersebut untuk mengimbangi pembangunan pesat industri di Majalengka yang berimbas pada tingginya alih fungsi lahan hijau.
Perhutana yang merupakan bagian dari gagas Kota Terakota dikembangkan untuk mereklamasi lahan seluas 8 hektare menjadi area hutan konservasi. Pengembangan hutan dilakukan dengan meniru model investasi properti.
Lahan untuk hutan dibagi dalam kavling bidang tanah berukuran 4x4 meter. Perhutana menawarkan kavling lahan tersebut untuk dimiliki masyarakat umum secara kolektif. Di pameran tersebut masyarakat berkesempatan untuk membeli kavling lahan tersebut. Fisik lahan yang terjual otomatis langsung disumbangkan untuk dikembangkan menjadi Hutan Suci (konservatori), pembeli akan mendapatkan sertifikat eksklusif yang terbuat dari batu bata tanah. Sertifikat eksklusif tersebut sekaligus dikonversi menjadi kepemilikan NFT yang juga bisa diperjualbelikan.
Pengembangan hutan dengan model kavling tersebut diklaim yang pertama di dunia. Proyek pengembangan hutan ala Perhutana tersebut mendapat dukungan penuh pemerintah. Dukungan tersebut misalnya dengan memasukkan inisiatif pengembangan hutan kolektif tersebut sebagai salah satu proyek strategis dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Jatiwangi oleh pemerintah kabupaten Majalengka.
Pemenang Sayembara Desain Hutan
Pameran Family Forest Design Exhibition di Aula Timur Gedung Sate Bandung menampilkan karya enam besar sayembara desain hutan yang dibuka sepanjang bulan September 2022 dan November 2022. Masyarakat umum bisa melihat langsung karya desain hutan terbaik dari peserta sayembara. Pameran tersebut juga dimeriahkan penampilan seni dan workshop.
Adapun enam karya desain terbaik yang dipamerkan yakni “Taman Wisata Jatiwangi” oleh I Putu Yoga Ananta dkk., “Hutan Tanaraya” oleh Rakhmi Fitriani dkk., “Mosaic Forest” oleh Francesco Grillo dkk., “Sundanese Sustainable” oleh Eduwin Eko Franjaya dkk., “In Wilderness, Abundance” oleh Kamil Muhammad dkk., serta “Jatiwangi ART-goforestry” oleh Dennis Octaviano dkk. Enam karya tersebut dipilih berdasarkan kriteria dan seleksi ketat dari dewan juri.
Dua desain tersebut dinilai yang terbaik. Yakni “In Wilderness, Abundance” oleh Kamil Muhammad dkk., sebagai juara pertama. Desain tersebut juga terpilih sebagai juara favorit publik melalui Instagram. Kemudian karya “Hutan Tanaraya” oleh Rakhmi Fitriani dkk., sebagai juara kedua. Masing-masing pemenang mendapat hadiah kavling hutan Perhutana.
Ramalis Sobandi, perwakilan dewan juri kompetisi desain hutan mengatakan, pemenang desain akan menjadi bahan studi dasar pengembangan hutan kolektif Perhutana. “Desain pemenang sayembara akan dijadikan sebagai studi dasar sekaligus diadaptasi sebagai langkah konkret dalam menumbuhkan hutan kolektif Perhutana di Jatiwangi yang akan bertahap dibangun mulai tahun 2023,” kata dia.