• Berita
  • Mengenal Profesi Pengalih Bahasa Bersama Ivan Lanin

Mengenal Profesi Pengalih Bahasa Bersama Ivan Lanin

Di sela-sela festival buku Patjar Merah x Bandung Readers Festival, Ivan Lanin menguak bagaimana pekerjaan yang sepintas terkesan tidak populer tersebut.

Ivan Lanin (kanan) dalam diskusi di sela-sela festival buku Patjar Merah x Bandung Readers Festival, di Aula Gedung PPAG Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Sabtu (3/12/2022). (Foto: Dzoulfiqar Gani/BandungBergerak.id)

Penulis Dzoulfiqar Gani7 Desember 2022


BandungBergerak.idTidak mudah mengalihbahasakan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia. Apalagi jika hasil terjemahan ini kemudian dipakai publik secara luas. Pekerjaan inilah yang sehari-hari dilakukan Ivan Lanin, ahli bahasa Indonesia.

Di sela-sela festival buku Patjar Merah x Bandung Readers Festival, Ivan Lanin sedikit menguak bagaimana pekerjaan yang sepintas terkesan tidak populer tersebut. Ivan menuturkan bagaimana ia mulai berkecimpung dalam pemadanan kata pada tahun 2006.

Awalnya ia menulis di kanal Wikipedia sebagai penerjemah artikel berbahasa asing. Banyak artikel yang kemudian ia alih bahasakan ke bahasa Indonesia.

Proses alih bahasa asing membutuhkan kata-kata dalam bahasa Indonesia yang sesuai untuk merepresentasikan arti sebenarnya. Tetapi menurut Ivan, seorang yang berkecimpung dalam ranah pemadanan kata pada dasarnya tidak harus memiliki kompetensi khusus.

Ivan menyatakan, sejatinya semua orang dapat melakukan pemadanan kata. Pekerjaan ini dilakukan setiap orang dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam proses inilah akan muncul beragam istilah dan padanan katanya. Tentu ada kata-kata yang kemudian dipakai luas, tetapi ada juga kata-kata yang tidak dipakai sama sekali.

 “Yang saya perhatikan pemadan kata ini tidak boleh baper, artinya seorang pemadan kata tidak boleh bersikeras bahwa padanannya harus diterima oleh orang lain,” ujar Ivan Lanin, menjelaskan tentang profesi pemadan kata, di hadapan pengunjung pasar buku keliling nusantara yang berlangsung di Aula Gedung PPAG Universitas Parahyangan, Bandung, Sabtu (3/12/2022). 

Kata yang dipadankan sengaja diciptakan dengan tujuan untuk merepresentasikan kata dari bahasa asing.

Ya udah kita bikin (padanan kata), kita pakai sendiri kalau orang tertarik ya (silakan) ambil kalau nggak ya terserah,” tutur Ivan Lanin sembari tertawa.

Menurutnya, bahkan kata padanan yang saat ini tersebar di tengah masyarakat pun dapat tersebar secara luas melalui media sosial tanpa diketahui pencipta awalnya siapa. Terlebih adanya platform Twitter [media sosial] yang dapat menjadi media bagi masyarakat untuk mengeluarkan isi pikirannya dengan berbagai bahasa yang representatif bagi komunitasnya.

Baca Juga: Yang Terempas di Tegalluar
Berpulangnya Hati Nurani DPR dan Pemerintah atas Pengesahan RKUHP
AGENDA BANDUNG: Dari Pasar Buku Patjar Merah hingga Bedah Buku Gerakan Mahasiswa era 1990-an, 3-11 Desember 2022

Peran Pers

Selama mengarungi profesi pemadanan kata, Ivan Lanin tentu berjejaring dengan rekan-rekan sesama pegiat kebahasaan. Seorang pemadan kata juga harus memiliki hubungan yang kuat dengan rekan-rekan media atau pers dalam melakukan pekerjaannya.

Rekan-rekan media atau pers dinilai sangat berpengaruh dalam penyebarluasan kata-kata yang sudah dipadankan. Terlebih apabila seorang pemadan kata memiliki relasi langsung dengan pers maka bukan tidak mungkin padanan kata yang baru diciptakan dapat secara langsung dipublikasikan melalui berita.

Contohnya kata lockdown yang eksis di kala pandemi. Istilah ini tidak luput dari pemadanan kata ke dalam bahasa Indonesia. Ivan menyatakan, kata lockdown pernah dipadankan ke dalam bahasa Indonesia menjadi kuncitara yang memiliki arti kunci sementara.

Namun, kata kuncitara tidak terpublikasikan secara luas karena kemudian pemerintah memiliki padanan katanya sendiri, yaitu karantina wilayah yang memiliki arti yang sepadan dengan lockdown.

Ada juga padanan kata yang kemudian dipakai luas di masyarakat. Ivan Lanin merupakan salah satu penggagas pemadanan kata e-mail menjadi surel yang memiliki arti surat elektronik. Pemadanan kata tersebut diciptakan pada 2009.

Pembahasan Ivan Lanin perkara kebahasaan tentu menjadi topik yang sangat menarik bagi para audiens. Terlihat dari ekspresi para audiens yang sangat serius mendengarkan pemaparannya.

Bahkan antusiasme audiens pun turut menyelimuti panitia acara yang secara berbondong-bondong bergantian untuk bisa berfoto bersama Ivan Lanin. Salah satunya Adam, relawan acara Patjar Merah asal UPI yang turut antusias kala bertemu dengan Ivan Lanin.

“Iya seneng banget bisa ketemu sama Kak Ivan Lanin apalagi aku cukup ngikutin beliau pas masih jadi artis di tv,” ujar Adam berbinar-binar selepas berfoto bersama Ivan Lanin.

Selepas sesi seminar bersama Ivan Lanin, para audiens tidak langsung meninggalkan ruangan tersebut. Banyak dari mereka melanjutkan kesibukannya dalam mencari buku incarannya. Mengingat banyaknya koleksi buku yang ada di event tersebut membuat para pengunjung betah untuk berlama-lama di dalamnya.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//