• Cerita
  • Akhir Perjalanan Tobucil & Klabs di Ruang Luring

Akhir Perjalanan Tobucil & Klabs di Ruang Luring

Setelah 21 tahun 7 bulan, Tobucil & Klabs berhenti beraktivitas di ruang fisik atau luring. Konsisten merawat kerja-kerja literasi dan craftivism di Bandung.

Suasana markas keempat Tobucil di Jalan Panaitan Nomor 18 Bandung. Toko buku berbasis komunitas ini pertama kali dibuka di gedung Trimatra Center, Jalan Dago pada 2 Mei 2001. (Sumber foto: akun instagram Tarlen Handayani)

Penulis Tri Joko Her Riadi31 Desember 2022


BandungBergerak.id - BandungBergerak.id – Melalui akun instagramnya, Sabtu (31/12/2022) pagi, Toko Buku Kecil (Tobucil & Klabs) mengumumkan hari terakhir di tahun 2022 ini sebagai hari terakhir perjalanannya di ruang luring (luar jaringan). Selama 21 tahun 7 bulan, toko buku tak biasa ini telah menjadi ruang terbuka bagi berbagai komunitas, organisasi, dan individu di Bandung untuk bertemu dalam kerja literasi dan craftivism.

Dimulai dari sebuah ruang kecil kolektif di Jalan Dago, Tobucil & Klabs memungkasi perjalanan luringnya di bangunan yang disewa selama tiga tahun terakhir di Jalan Panaitan. Per 1 Januari 2023, semua aktivitas toko buku ini dialihkan ke wadah daring.

“Pandemi membuat pemaknaan kita pada ruang berubah. Sangat berubah. Inilah waktunya bagi Tobucil,” kata Terlen Handayani, pendiri Tobucil & Klabs, lewat saluran telepon dari Yogyakarta, kota yang dia pilih sebagai tempat baru untuk tinggal dan berkarya.

Pengelolaan Tobucil & Klabs secara daring diserahkan ke sang adik, Palupi Kinkin. Tarlen sendiri akan melanjutkan perjalanannya di seni book binding (penjilidan buku) yang saat ini mengantarnya ke persinggungan dengan dunia arsip. Dia bercerita tentang tumbuhnya minat yang besar pada konservasi arsip Islam, khususnya di pesantren-pesantren. Juga keinginan kuat untuk belajar arkeologi.

Suasana Tobucil & Klabs di Jalan Panaitan, Bandung, masih di tengah pandemi Covid-19, pada Rabu (28/4/2021). (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak.id)
Suasana Tobucil & Klabs di Jalan Panaitan, Bandung, masih di tengah pandemi Covid-19, pada Rabu (28/4/2021). (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak.id)

Lebih dari Toko Buku, Lebih dari Ruang Fisik

Tobucil & Klabs bukan sekadar toko buku. Sejak awal kemunculannya, ia menjelma ruang publik yang independen, yang memungkinkan banyak pelaku gerakan di Bandung bertaut. Tidak terkecuali para jurnalis muda yang sedang menemukan momentum pascareformasi.

“Nuhun telah menjadi fondasi banyak gerakan di Bandung,” tulis Nursyawal, salah satu pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandung, di kolom komentar unggahan perpisahan di akun Instagram Tobucil & Klabs.

Sejak awal Tobucl & Klabs tidak hanya menjual buku. Toko buku ini menginisiasi banyak pelatihan dan diskusi. Sebuah konsep yang baru ketika itu. Rana Akbari, jurnalis senior lain, memberikan kesaksiannya.

“Sepulang dari Trimarta (markas Tobucil di Jalan Dago), anak muda Bandung tidak hanya bawa buku, tapi juga asupan bergizi hasil menghadiri diskusi-diskusi,” ujar Rana yang terus mengikuti beragam aktivitas Tobucil & Klabs ketika markasnya pindah ke Jalan Kyai Gede dan lalu Jalan Aceh.  

Reita Ariyanti menemukan Tobucil & Klabs di Jalan Aceh pada tahun 2011. Bersama suami dan anak semata wayangnya, dia nyemplung ke beragam aktivitas yang melibatkan orang dengan beragam latar belakang. Salah satunya kelas foto "Kami Punya Cerita". 

"Anak saya yang waktu itu berusia empat tahun ikut membantu saya mempresentasikan karya foto saya, lengkap dengan menampilkan nyanyiannya," kenang Reita, seorang editor dan penerjemah buku.

Demikianlah Tobucil & Klabs menjadi bagian dari pertumbuhan keluarga kecil Reita. Kepindahan toko buku ini dari Jalan Aceh ke Jalan Panaitan membuat keterlibatan keluarga ini semakin dalam. Mereka "berbagi ruang berkarya di rumah putih cantik" itu.   

"Saya sedih, tentu saja, karena Tobucil sebagai ruang nyata kini akan tidak ada lagi," tutur Reita. "Tapi saya juga gembira, semua berjalan sesuai dengan yang diimpikan Tarlen (Handayani)."

Setelah lebih dari dua dasawarsa, sejak dari Jalan Dago sampai Jalan Panaitan, ruang fisik yang disediakan secara leluasa oleh Tobucil & Klabs bagi komunitas-komunitas di Bandung, berakhir. Seribu satu cerita sudah lahir darinya. Seribu satu manfaat didapat.

“Banyak sekali bekal yang kudapat dari ruang yang kubangun dengan semangat ‘semua hal besar berawal dari hal kecil’ ini,” tulis Tarlen Handayani dalam unggahan di Instagram.

Kini, sepenuhnya di jagat daring, Tobucil & Klabs akan memulai sebuah perjalanan baru. Dan seperti 21 tahun lalu: "berawal dari hal kecil".

Editor: Redaksi

COMMENTS

//