• Cerita
  • Membawa Pulang Kenangan Jiwa Lewat Pameran Motifs di Fakultas Filsafat Unpar

Membawa Pulang Kenangan Jiwa Lewat Pameran Motifs di Fakultas Filsafat Unpar

Pameran Motifs kembali hadir untuk yang ketiga kalinya. Kali ini, para mahasiswa mencoba membawa pulang kenangan-kenangan jiwa dari pengunjung.

Kevin, mahasiswa Studio 1 dari jurusan Integrated Arts, menampilkan gerak sambil membacakan puisi yang dipasang di lorong Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) di Jalan Nias No. 2, Kota Bandung, Senin (30/1/2023) siang. (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak.id)

Penulis Tofan Aditya2 Februari 2023


BandungBergerak.idJay, dengan kain hitam yang menutup wajah dan tubuhnya, membiarkan pengunjung mencorat-coret kotak kaca yang terpasang di kepalanya. Tak hanya mencorat-coret, pengunjung juga diperbolehkan menempelkan stiker ke bagian tubuh Jay.

Mulanya, pegunjung ragu melakukan hal tersebut. Namun, setelah ada satu orang yang memberanikan diri maka yang lain tak mau ketinggalan.

Melalui booklet, mengunjung dapat mengetahui bahwa Jay sedang mencoba merepresentasikan bagaimana label orang-orang yang sering ditempelkan kepada seorang manusia. Erik, sebagai pemandu, mengatakan bahwa terlepas label tersebut baik atau buruk, disadari atau tidak disadari, itu akan mempengaruhi kehidupan seorang manusia.

Performance Art Face Our Changes yang ditampilkan oleh Jay adalah satu dari banyak karya yang dapat dinikmati dalam Pameran Studio Motifs. Pameran ini digelar rutin setiap akhir semester di jurusan Integrated Arts, Fakultas Filsafat, Universitas Parahyangan. Tidak kurang dari 40 orang pengunjung hadir dalam pameran yang berlangsung pada Senin (30/1/2023) ini.

“Para pelaku seni jurusan Integrated Arts tidak semata-mata hanya memantik getaran dan gelitik psikologis para penikmat karya saja, melainkan merakit jembatan filosofis di dalamnya,” tulis Benedict Erick Musis, kurator perwakilan filsafat budaya, dikutip dari booklet pameran.

Sejak pukul 13.00 WIB, pengunjung dari beragam usia dan latar belakang berdiri di lorong lantai satu Fakultas Filsafat Unversitas Parahyangan, Jalan Nias. Tanpa membuat pengunjung menunggu lama, pada pukul 13.05 pembawa acara menyapa pengunjung yang telah menanti.

Kegiatan diawali dengan sambutan dari Muhammad Fathan selaku Project Manager Motifs, kemudian dilanjut sambutan oleh Elaine Vashti Bestari Kustedja sekalu Koordinator Dosen Integrated Arts, dan ditutup oleh Guru Besar Fakultas Filsafat, Bambang Sugiharto.

Setelah sambutan, pengunjung disuguhkan pementasan drama berjudul “Pelabuhan” yang ditulis oleh Demas Aryasatya Darmawan. Benang melilit seluruh area taman, dekorasi barang juga menghiasi sudut-sudut panggung. Sambil diiringi oleh alunan violin, empat orang aktor mencoba menggugah kenangan-kenangan yang kerap dialami oleh seorang manusia.

Selepas pertunjukan, pengunjung diantarkan oleh pemandu untuk tur ke studio-studio yang telah dipersiapkan. Studio pertama yang dikunjungi adalah Studio 1.

Studio 1 bersikan karya-karya yang dibuat oleh mahasiswa semester satu jurusan Integrated Arts. Tema ruangan ini adalah memori: sebuah kenangan, sebuah rasa ingin kembali ke rumah. Melalui tema tersebut, para mahasiswa diminta untuk memaknai suatu barang.

“Walaupun kami semua memiliki jalur berbeda dalam berseni, namun kami harus bisa beradaptasi di lingkungan yang berisi calon seniman yang sekaligus menyukai ilmu filosofis,” tulis Mohammad Kevin Fadlan, Kurator Perwakilan Studio 1 dalam pamflet yang terpajang di tembok.

Selepas Studio 1 disinggahi, pengunjung diantarkan ke Studio 3. Di Studio 3, karya-karya yang ditampilkan merupakan kolaborasi antarmahasiswa. Dengan mengusung tema keseharian, berbagai medium coba dipadupadankan. Misalnya, Fathan dan Jennifer yang mencoba menggabungkan seni rupa dengan manajemen kuratorial.

"Suatu hal yang repetitif, membosankan, dan biasa saja, namun sebenarnya begitu kaya ditelaah secara lebih reflektif dan mendalam,” jelas Indira Tamaya, Kurator Perwakilan Studio 3, ketika menjelaskan tema yang diangkat oleh Studio 3.

Studio 5 menjadi persinggahan terakhir dari seluruh rangkaian tur pameran Motifs. Masing-masing mahasiswa di studio ini mencoba mengeksplorasi tema kemanusiaan: perihal menjadi manusia. Pada studio ini, mahasiswa angkatan 2020 mencoba mengintegrasikan berbagai media.

“Karya-karya yang ditampilkan di sini belum sepenuhnya selesai. Dan mungkin tidak akan pernah betul-betul selesai,” ujar Kasih Karunia Indah, Kurator Perwakilan Studio 5, melalui booklet.

Baca Juga: Ketidakadilan Pembagian Waktu pada Lampu Merah di Kota Bandung
Imunisasi Perlu Digencarkan di Kota Bandung agar Terhindar dari Wabah Campak
Memanfaatkan Omnichannel untuk Keberlangsungan Bisnis di Era Digital

Siswi sekolah menengah atas menikmati instalasi karya pameran Motifs Reminiscence di Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) di Jalan Nias No. 2, Kota Bandung, Senin (30/1/2023). (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak.id)
Siswi sekolah menengah atas menikmati instalasi karya pameran Motifs Reminiscence di Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) di Jalan Nias No. 2, Kota Bandung, Senin (30/1/2023). (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak.id)

Sekilas Tentang Motifs

Motifs, yang diambil dari bahasa Prancis Monde Creatifs, adalah sebuah pameran seni yang diselenggarakan mahasiswa Integrated Arts sebagai pemenuhan tugas akhir semester. Selain itu, Motifs juga bertujuan untuk mengenalkan kolaborasi suatu karya seni kepada pengunjung yang hadir.

Reminiscence of Soul adalah tema yang diangkat oleh Motifs kali ini, setelah Commencier pada Januari 2022 dan Nawung Kridha pada Juli 2022. Selain berbeda dalam segi tema, Motifs kali ini juga mencoba berkolaborasi dengan jurusan lain, salah satunya jurusan Filsafat Budaya, dan ditampilkan dalam format open studio.

Karena di bawah naungan Fakultas Filsafat, pameran ini lebih menekankan pada aspek-aspek filosofis dalam berkesenian. Baik itu pada penentuan tema, media yang diusung, material yang dipilih, serta keterkaitan antara elemen bentuk, gerak, bunyi, dan bahasa.

“Kita bukan menekankan pada skills tangan ya, keterampilan, itu bukan. Tapi memang betul-betul pada pengayaan konsep berkaryanya,” tutur Elaine Vashti Bestari Kustedja ketika ditemui BandungBergerak.id selepas acara.

Meski menekankan pada proses, Elaine tak memungkiri bahwa hasil tidak kalah penting. Bagi Elaine, ketika suatu proses diwujudkan, maka akan terlihat bagaimana proses tersebut berjalan.

“Makin ke atas studionya, makin keliatan tingkat kompleksitasnya, ya,” lanjut Elaine ketika mengomentari karya-karya yang dibuat oleh mahasiswanya.

Untuk Motifs selanjutnya, Elaine berharap mahasiswanya dapat lebih matang dalam berkarya. Baik itu dalam perencanaan ataupun referensi. Selain itu, Elaine berharap mahasiswa mampu melibatkan lintas ilmu lain, tidak hanya lintas ilmu kesenian saja.

“Supaya anak-anak ini, mereka punya pengalaman terkespos dengan exposure dari publik yang lebih luas lagi,” tutup Elaine, “itu kan jadi pembelajaran buat mereka kan ya.”

Editor: Redaksi

COMMENTS

//