• Pemerintah
  • Data 5 Jenis Sampah Harian Terbanyak di Kota Bandung 2020, Sisa Makanan dan Plastik di Urutan Teratas

Data 5 Jenis Sampah Harian Terbanyak di Kota Bandung 2020, Sisa Makanan dan Plastik di Urutan Teratas

Hampir separuh dari volume sampah harian yang diproduksi Kota Bandung berupa sisa makanan. Di urutan kedua ada sampah plastik. Semua dikirim ke TPA Sarimukti.

Penulis Sarah Ashilah25 Oktober 2021


BandungBergerak.id -  Di balik pesona urban dengan restoran dan kafe terus menjamur, Kota Bandung masih menyimpan berbagai masalah krusial. Salah satunya terkait pengolahan sampah.

Kota Bandung sampai hari ini masih menerapkan metode landfilling atau kumpul-angkut-buang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sudah muncul insiatif-inisiatif memilah non-organik dan organik, bahkan Pemerintah Kota Bandung sudah bergabung dengan Aliansi Kota Nol Sampah Asia, namun dampaknya masih jauh dari signifikan.

Berbagai jenis sampah yang tercampur-baur di TPA menimbulkan reaksi kimia dan menghasilkan gas metana. Salah satu dampak buruk penumpukan sampah dengan konsetrasi gas metana yang tinggi bisa dilihat dari tragedi longsor TPA Leuwihgajah, Kota Cimahi, pada tahun 2005 silam. Lebih dari 100 orang kehilangan nyawa. 

Merujuk dokumen Kota Bandung Dalam Angka 2021, kita bisa mengetahui lima jenis sampah harian dengan volume terbanyak yang dikirimkan dari Kota Bandung ke TPA Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat. Sisa makanan ada di urutan teratas dengan volume harian mencapai 772,69 meter kubik. Menyusul, sampah plastik, kertas, limbah medis, dan kain. 

Baca Juga: Data Lima Kelurahan Terpadat di Kota Bandung 2020, Babakan Asih Masih di Urutan Pertama
Data Volume Limbah Medis di 80 Puskesmas Kota Bandung 2019-2020, Melonjak akibat Pandemi

Dalam artikel "Analisa Sampah Makanan di Kota Bandung" yang terbit di Jurnal Teknik Lingkungan Volume 19 tahun 2013, disebutkan bahwa produksi sampah sisa makanan maupun bentuk organik lainnya, didominasi oleh aktivitas usaha kuliner, seperti restoran cepat saji, rumah makan, pujasera, dan makanan dari Pedagang Kaki Lima (PKL). Sebabnya, hampir seluruh kegiatan usaha kuliner menghasilkan sampah organik, dimulai dari sampah sisa olah makanan hingga sisa makanan pengunjung dalam jumlah yang besar setiap harinya.

Meskipun di sepanjang 2020 berlangsung pandemi Covid-19, produksi sampah sisa makanan tidak melambat karena makanan adalah kebutuhan pokok. Usaha-usaha kuliner tetap diziinkan beroperasi dengan mematuhi protokol kesehatan dan kebijakan yang berlaku.

Data bahwa jenis sampah plastik menyumbang volume terbanyak kedua tidaklah mengherankan karena bahan plastik masih sering dijumpai di berbagai aktivitas manusia. Mulai dari kantong belanja, botol minuman, sampai kemasan-kemasan makanan.

Komposisi sampah terbesar di Kota Bandung selanjutnya adalah, kertas, limbah medis, dan kain atau pakaian. Masih menurut artikel "Analisa Sampah Makanan di Kota Bandung", limbah kertas terbanyak juga berasal dari kegiatan usaha kuliner, seperti tisu, kertas pembungkus makanan, dan kertas nota.

Sementara itu, peningkatan volume limbah medis terkait erat dengan kondisi pandemi yang melanda seluruh kota. Olah data layanan pengadaan secara elektronik (LPSE) Kota Bandung mencatat, dari 21.000 kilogram pada tahun 2019, volume limbah medis bertambah menjadi 27.000 kilogram pada 2020. 

Editor: Redaksi

COMMENTS

//