Pameran Seniman Muda di ArtSociates dan Hybridium, Mengekspresikan Keberagaman Imajinasi
Galih Adika Paripurna berpameran tunggal di ArtSociates Café. Para seniman muda berpameran di Hybridium Art Gallery.
Penulis Retna Gemilang1 Oktober 2025
BandungBergerak - Sejumlah seniman muda memamerkan karya seni rupa melalui pameran di dua galri berbeda. Pameran tunggal "Every Solid Thing Leaves A Trace" oleh Galih Adika Paripurna di ArtSociates. Ada juga dua pameran bertajuk "Talun: Temporal" dan "Nglanglayung: The Unrest Within" di Hybridium. Mereka hadir untuk mengekspresikan keberagaman imajinasi.
Di ArtSociates Cafe, Galih Adika Paripurna menyajikan sebuah karya yang mengeksplorasi batas antara kenyataan dan imajinasi dalam pameran "Every Solid Thing Leaves A Trace". Melalui goresan cat minyak di atas berbagai media, Galih mengajak pengunjung untuk merasakan bagaimana tiap objek yang tampak nyata meninggalkan pengalaman batin. Pameran ini berlangsung dari 26 September hingga 13 Oktober 2025, dengan kurator Yacobus Ari R.
"Ini adalah bagaimana keadaan datar, nyaris kosong, dan ambigu pada lukisan-lukisan Galih. Tiap aktualitas punya virtualitasnya. Tiap padatan punya jejak halusnya. Every solid thing leaves a trace," papar Yacobus, dalam catatan kuratornya.
Sementara itu, di Hybridium Jalan Dago Giri, Lembang, Bandung Barat dua pameran yang berlangsung hingga 24 Oktober 2025, menggali tema-tema yang relevan dengan zaman. Pameran "Talun: Temporal" menyajikan karya-karya seniman muda di ruang terbuka yang menyoroti transisi ekosistem antara hutan dan ladang. Dengan konsep ruang hidup yang dinamis, pameran ini mengajak pengunjung untuk memahami perubahan alam sebagai bagian dari narasi kehidupan.
Talun, ujar kurator Axel Ridzky, adalah lanskap transisi di mana ruang yang tidak sepenuhnya hutan dan belum sepenuhnya ladang. Dalam KBBI pun, kata talun memuat makna bertalun, beripongang, bergaung, bergema. Talun adalah gema yang memantul, sebuah resonansi yang melintasi ruang dan waktu.
"Pameran ini merangkul kedua makna itu, talun sebagai ruang transisi ekologis dan talun sebagai gema temporal," ungkap Axel pada pembuka katalog Talun: Temporal.
Pemajangan karya-karya pameran ini menghadirkan perubahan. Di mana hujan, angin, lumut, dan retakan bukan dianggap kerusakan, melainkan bagian dari narasi kehidupan.
Pameran ruang transisi ini menghadirkan beragam karya seniman muda. Mulai dari Bayu P. Pratama dengan karya Zujajah: Resonance of the Unseen, di mana patung bunyi yang menjadikan angin sebagai komponis utama sebagai panggilan dari alam.
Mira Rizki dengan karya Menjejak Jejak-nya yang merekam lapisan-lapisan pengalaman. Delapan bentang sonik muncul dari bongkahan tanah sebagai metafora dari tanah itu sendiri. Ada pula Erik Rifky dalam Impermanence, berbentuk geometris dari keteraturan alam. Semua tampak sempurna, tapi pada kenyataannya begitu rapuh.
Karya lainnya juga turut hadir dari seniman Das Genesis, Fefia Suh, Izal Batubara, Rendy Pandita, dan Wildan Indra Sugara.
Pameran kedua, bertajuk "Nglanglayung: The Unrest Within" hadir di dalam ruang Hybridium dari enam seniman. Karya seniman tersebut dari Anahiz, Fatih Jagad Raya, Friski Jayantoro, Galih Hermawan, Karyana Tri Utama, dan Washfa Fadilla
"Enam seniman dengan medium dan gaya berbeda berkumpul dalam pameran ini. Semua terhubung dalam semangat zaman yang sama," papar Axel di Hybridium Art Gallery.
Baca Juga: Keluh Kesah Seniman Bandung di Hadapan Wali Kota Muhammad Farhan: Pemajuan Kebudayaan Jalan di Tempat
Menerjemahkan Seni di Dinding Pameran
Rebranding ArtSociates Cafe
ArtSociates juga meresmikan rebranding ArtSociates Cafe yang sebelumnya dikenal sebagai Lawangwangi Café, Jumat, 26 September 2025. Dengan konsep baru yang menggabungkan seni, hospitality, dan properti, ArtSociates Cafe menjadi sebuah destinasi baru di Jalan Dago Giri No. 99, Lembang, Bandung Barat.
Andonowati, Direktur ArtSociates, menjelaskan bahwa ruang ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat menikmati kuliner, tetapi juga sebagai ruang seni yang mengedepankan pengalaman seni yang imersif dan menggabungkan berbagai elemen budaya.
"ArtSociates menawarkan konsep blending hospitality dengan seni. Gedung Lawangwangi kini kami ubah menjadi ruang pajang karya seni yang dikoleksi oleh ArtSociates, dengan desain yang menyerupai museum. Ini adalah tempat di mana seni dan hospitality bertemu," ungkap Andonowati.
Dengan perubahan ini, ArtSociates Cafe hadir sebagai ruang yang lebih dari sekadar tempat makan atau melihat seni. Di sini, pengunjung dapat menikmati karya seni tiga dimensi di taman, serta menikmati musik etnik dan modern dari musisi lokal. Ditambah dengan Amphitheater yang mendukung pertunjukan seni, ArtSociates Cafe kini menjadi ruang yang menyatukan seni, budaya, dan properti dalam satu kesatuan yang harmonis.
***
*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB