Menerjemahkan Seni di Dinding Pameran
Setiap orang memiliki pandangan berbeda pada seni. Pameran mahasiswa ITB ini mengeksplorasi seni dan menuangkannya ke dalam karya di GPK Bandung.
Penulis Raihan Malik25 Januari 2024
BandungBergerak.id - Seni, satu kata banyak makna. Sulit untuk menyeragamkan definisi seni karena setiap individu memiliki pandangan yang berbeda-beda, bahkan di lingkungan seni rupa Institut Teknologi Bandung (ITB) sekalipun. Untuk merayakan perbedaan terhadap makna seni, Himpunan Mahasiswa Seni Rupa ITB menggelar Pembukaan & Tur Kuratorial Laboratory Exposition: Menukik Taktik di Galeri Pusat Kebudayaan, Jalan Naripan Bandung.
Tajuk Laboratory Exposition memiliki arti sebagai Pameran Laboratorium. Tajuk ini diusung atas cerminan dari praktik kesenian mahasiswa seni rupa ITB yang berjalan berdasarkan kaidah dan konvensi akademik. Perhelatan ini berlangsung sampai 31 Januari 2024.
“Sejak tahun 2018, seni rupa ITB telah menggelar pameran tahunan, Laboratory Exposition, sebagai refleksi kreativitas mahasiswa setiap akhir semester. Pameran ini menjadi ajang untuk menampilkan karya-karya akademik, terutama Tugas Akhir (TA), yang dihasilkan selama satu semester. Bahwa pameran ini mencerminkan pencapaian dan perkembangan mahasiswa seni rupa ITB,” terang Marcelin, ketua himpunan FSRD.
Inas Annisa Aulia sebagai kurator juga yang menjelaskan, tahun ini Laboratory Exposition yang keenam. Subtema “Menukik Taktik” sendiri menggambarkan praktik kesenian yang berbasis riset. “Dan bentuk praktik dari pemahaman kognitif manusia yang kemudian didistribusikan ke dalam medium teknologi,” jelas Inas.
Isa Perkasa, kurator Galeri Pusat Kebudayaan mengatakan pameran ini menjalankan konsep karya laboratorium yang mengeksplorasi pemahaman kognitif manusia dan mengaplikasikannya ke dalam medium seni teknologi.
“Yang jelas itu (pameran ini) bisa melihat satu perkembangan mahasiswa di zaman sekarang sudah sejauh mana sih pendidikan mereka. Pendidikan yang mereka dapatkan dari kampus itu misalnya jurusan lukis itu pencapaian apa yang mereka temukan dalam eksperimen itu,” terang Isa Perkasa.
Pameran ini menari sejumlah pengunjung untuk datang ke galeri di jantung Kota Bandung ini. Fadhlan, salah seorang pengunjung, mengapresiasi karya-karya yang dipajang mahasiswa seni rupa ITB ini.
“Pameran ini terlihat sebagai suatu acara yang eksklusif, megah, dan mewah, dengan kreativitas yang mencolok dan keunikan dalam setiap lukisannya. Lukisan-lukisan tersebut tidak hanya memperlihatkan ekspresi seni yang mendalam, tetapi juga memberikan pengalaman visual yang memanjakan mata. Kedatangan saya ke pameran ini dipicu oleh minat saya yang besar terhadap seni, sering kali melihat pameran-pameran di Bandung melalui eksplorasi instagram pribadi,” papar Fadhlan.
Baca Juga: Kolaborasi Seni Reak dan Pantomim Memperingati Hari Spesies Terancam Punah di Indonesia dan Dunia
Galeri Grey dan Bangunan Cagar Budaya Pelantang Seni
Eksplorasi Medium dan Konsep dalam Karya Mahasiswa
Di ITB, mahasiswa selalu diajarkan bahwa seni adalah pemahaman kognitif manusia yang dituangkan secara sistematis melalui riset. Seni dianggap sebagai proses akademik yang dapat memiliki konvensi akademik tersendiri.
Dalam pameran ini, Inas Annisa Aulia menjelaskan pihaknya tidak bermaksud menciptakan perbedaan antara seni rupa ITB dan seni rupa lainnya. Sebaliknya, tujuan pameran untuk menunjukkan kemungkinan cara membuat karya seni, membuka diskusi tentang dinamika medan seni rupa, dan menjadikan pameran ini sebagai pijakan untuk berkarya selanjutnya.
Inas menjelaskan, setiap studio di ITB memiliki ciri khas masing-masing, termasuk studio drawing, intermedia, lukis, patung, dan keramik. Dalam pameran ini karya yang menonjol adalah drawing intermedia dan seni lukis.
“Kami ingin menciptakan karya yang tidak hanya diterima begitu saja, melainkan mendorong pengunjung untuk berpikir, apakah setuju atau bahkan bertentangan dengan gagasan yang disampaikan. Dalam setiap langkah, kami berpegang pada riset dan konsep, mencoba menjelaskan alasan di balik keputusan artistik kami,” terang Inas seraya menunjukkan bebeberapa lukisan.
Ia menjelaskan, memang seni sulit untuk didefinisikan. Namun pameran ini bukan untuk mencari keseragaman makna seni. Pameran ini tidak hanya bertujuan untuk memamerkan karya, tetapi juga mendorong terjadinya diskusi dan dialektika di kalangan pecinta seni. Dengan kata lain, pameran ini ingin mengeksplorasi pemahaman orang terhadap seni, tanpa menetapkan satu pandangan sebagai yang benar atau salah.
Dalam konteks konvensi seni, khususnya pada medium gambar, Inas membeberkan terdapat prinsip tertentu yang diikuti oleh seniman. Salah satu contohnya adalah meninggalkan jejak dalam karya, di mana jejak seniman tampak jelas sebagai bagian dari proses berkarya. Perbedaan mendasar muncul ketika dibandingkan dengan lukisan yang fokusnya lebih pada hasil akhir yang terlihat di permukaan kanvas.
“Konsep jejak ini dapat diilustrasikan dalam medium drawing, di mana garis awal hingga garis akhir membentuk jejak seniman, menunjukkan evolusi kreatifnya. Dalam seni, konvensi seperti ini dapat terus berkembang, tergantung pada medium yang digunakan, seperti glowing atau lukisan. Terlepas dari medium, konvensi ini menjadi bagian integral dari proses kreatif seniman, yang dapat terus berkembang dan berubah seiring waktu,” terang Inas.
*Kawan-kawan dapat membaca lebih lanjut tulisan Raihan Malik, atau artikel lain tentang Perkembangan Seni di Kota Bandung