Simponi untuk Meningkatkan Kompetensi Tenaga Kesehatan dari Poltekkes Kemenkes Bandung
Program Simponi berusaha meningkatkan kompetensi dan daya adaptasi tenaga kesehatan termasuk di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar).
Penulis Deni Yudiawan1 Oktober 2025
BandungBergerak – Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Bandung melalui Unit Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Manusia Kesehatan (UPKSDMK) meluncurkan program baru yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas tenaga kesehatan di Indonesia. Program ini diberi nama Simponi (Strategi Implementasi Peningkatan Kompetensi Tenaga Kesehatan Terintegrasi), yang merupakan sebuah langkah strategis dalam mempersiapkan tenaga kesehatan yang tidak hanya kompeten tetapi juga adaptif terhadap perubahan kebutuhan layanan kesehatan di berbagai daerah, termasuk wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar).
Inisiatif ini digagas oleh Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan (Poltekkes Kemenkes) Bandung Pramita Iriana, dan dirancang untuk menjawab tantangan dunia kesehatan yang terus berkembang. Program Simponi diharapkan mampu menyiapkan tenaga kesehatan yang memiliki daya saing tinggi baik di tingkat nasional maupun internasional. Selain itu, mereka diharapkan sudah siap menghadapi tantangan di daerah-daerah dengan keterbatasan sumber daya.
“Dampak jangka panjang dari Simponi dapat diadopsi oleh seluruh Poltekkes Kemenkes di Indonesia, sebagai bagian dari upaya nasional untuk memperkuat ketahanan kesehatan Indonesia. Program ini juga diharapkan dapat mendukung visi pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia kesehatan yang unggul dan siap bersaing di tingkat global, serta mendukung pencapaian tujuan transformasi kesehatan nasional,” papar Pramita Iriana, dalam keterangan resmi, diakses Rabu, 1 Oktober 2025.
Pramita menjelaskan bahwa Simponi bukan hanya tentang meningkatkan keterampilan teknis tenaga kesehatan, tetapi juga berfokus pada pengembangan kemampuan untuk beradaptasi dengan kebutuhan lapangan yang terus berubah. Dalam hal ini, Poltekkes Kemenkes Bandung berkomitmen untuk memastikan lulusan mereka memiliki bekal yang cukup untuk memberikan layanan kesehatan berkualitas di seluruh wilayah Indonesia, terutama di daerah-daerah yang selama ini membutuhkan perhatian lebih.
Melalui Simponi, pengembangan kompetensi tenaga kesehatan dilakukan secara berkelanjutan dengan mengintegrasikan berbagai aspek pembelajaran, pelatihan, dan pengelolaan potensi alumni. Poltekkes Kemenkes Bandung juga mengembangkan sejumlah program unggulan yang mendukung implementasi Simponi.
Program pertama adalah Sipandu (Sistem Informasi Pelatihan Terpadu), sebuah platform digital yang memungkinkan tenaga kesehatan di seluruh Indonesia, termasuk di daerah 3T, untuk mengakses berbagai pelatihan kompetensi dengan lebih mudah. Melalui sistem ini, peserta pelatihan dapat memantau perkembangan mereka dan memastikan bahwa pelatihan yang diberikan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Selain itu, ada juga program Training Officer Course (TOC), yang bertujuan untuk memperkuat kapasitas instruktur pelatihan agar dapat memberikan materi dengan metode yang lebih modern dan sesuai dengan standar nasional maupun internasional. TOC diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengajaran di Poltekkes Kemenkes Bandung sehingga para lulusan lebih siap menghadapi tantangan di dunia kerja.
Baca Juga: Tanda Bahaya Penanganan Gangguan Kesehatan Mental di Indonesia
Jalan Sukses bagi Penderita Psikosomatis
Simponi juga mengusung program SOPI TARIK (Sistem Operasional Tarif Peningkatan Kompetensi) yang bertujuan untuk mengelola tarif pelatihan dengan cara yang transparan dan akuntabel. Dengan tarif yang terukur dan jelas, pelatihan menjadi lebih terjangkau dan dapat diakses oleh lebih banyak tenaga kesehatan di seluruh Indonesia.
Program UPK HUB juga tidak kalah penting, yaitu sebagai wadah kolaborasi yang menghubungkan lulusan Poltekkes Kemenkes Bandung dengan dunia kerja, institusi pendidikan, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya. Program ini bertujuan menciptakan ekosistem yang saling menguntungkan, di mana lulusan dapat langsung tersambung dengan kebutuhan pasar tenaga kesehatan, sementara industri kesehatan juga dapat menemukan tenaga profesional yang sesuai dengan standar mereka.
Tak ketinggalan, ada UPK Go Public yang bertujuan untuk memperkenalkan kompetensi lulusan Poltekkes Kemenkes Bandung kepada masyarakat luas, baik di tingkat nasional maupun internasional. Dengan strategi branding dan publikasi yang lebih baik, diharapkan lulusan Poltekkes Kemenkes Bandung dapat lebih dikenal dan lebih mudah diterima di dunia kerja.
Dengan kelima program ini, Poltekkes Kemenkes Bandung berharap dapat menciptakan tenaga kesehatan yang tidak hanya memiliki kompetensi teknis tetapi juga mampu beradaptasi dengan berbagai tantangan di lapangan. Program Simponi diharapkan dapat memberikan dampak positif yang luas, terutama dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan di daerah-daerah yang selama ini terbatas dalam akses layanan kesehatan yang memadai.
***
*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB