• Opini
  • Jalan Sukses bagi Penderita Psikosomatis

Jalan Sukses bagi Penderita Psikosomatis

Istilah psikosomatis diciptakan oleh Johann Christian August Heinroth. Banyak penyakit fisik yang disebabkan oleh gangguan jiwa.

Louise Aurelia Vijaya

Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (Unpar)

Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, 5 Maret 2022. Kesehatan jiwa bisa pulih dengan dukungan keluarga, lingkungan, dan tenaga kesehatan. (Foto ilustrasi: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

23 Januari 2023


BandungBergerak.idKasus psikosomatis atau gangguan kesehatan karena kondisi mental meningkat dalam beberapa tahun sejak pandemi Covid-19. Menurut WHO, di berbagai negara berkembang rasio pasien yang memiliki gangguan jiwa mencapai 30 persen-50 persen. Covid-19 tentunya menghambat kegiatan kehidupan sehari-hari serta memberikan kita banyak kesulitan, akan tetapi kesehatan mental bagian besar populasi juga menurun sehingga berpengaruh dalam efektivitas kinerja kita.

Mental health seperti depresi dan kecemasan meningkat 25 persen dalam penelitian WHO di masa pandemi Covid-19, tetapi terdapat sebagian penderita psikosomatis. Kasus-kasus psikosomatis yang meningkat tentunya akan mengganggu efektivitas penderitanya hingga bisa menghambat pencapaian kesuksesan mereka.

Akan tetapi, untuk mencapai kesuksesan itu sendiri ada proses yang harus dilalui, bisa beberapa bulan hingga beberapa tahun. Proses ini akan semakin berat dilalui oleh penderita psikosomatis.

Menurut Maramis (1998), gangguan psikosomatis merupakan penyakit jiwa yang diaktivasi pada susunan saraf otak vegetatif. Dalam pengertian umum, psikosomatis adalah hubungan antara pemikiran dan kondisi tubuh, sehingga pikiran akal bisa mempengaruhi kondisi fisik.

Istilah psikosomatis diciptakan oleh Johann Christian August Heinroth. Dia percaya bahwa psikiatri sebagai kombinasi antropologi dan pengobatan holistik. Banyak penyakit fisik yang disebabkan oleh gangguan jiwa.

Pada tahun 1818, Johann Christian August Heinroth memperkenalkan istilah "psikosomatis" ke dalam literatur medis. Sebenarnya secara umum, awalnya kita tidak tahu apa itu psikosomatis, katanya cukup asing untuk diketahui, akan tetapi banyak orang yang mengalaminya dan tidak menyadari bahwa kondisi tersebut tidak normal.

Terdapat banyak faktor yang bisa memicu psikosomatis. Faktor yang paling umum adalah pola pikir. Contohnya, kita pusing memikirkan cara mengerjakan tugas-tugas mata kuliah yang kita benci dan seolah-olah kita pikir bahwa kita sakit kepala sehingga kita sampai stres mengerjakannya. Semakin stres kita memikirkan pengerjaan tugas-tugas tersebut, semakin besar juga peluang munculnya sakit kepala. Pada akhirnya, sakit kepala terpicu dan dialami oleh kita sendiri.

Lingkungan juga berpengaruh dalam memicu psikosomatis. Di berbagai negara, terdapat variasi ruang lingkup manusia seperti pasar yang ramai, rumah yang tidak harmonis, rumah sakit yang sepi, dan seterusnya. Awal pandemi Covid-19 merupakan waktu yang sangat kacau di dunia, banyak orang yang sakit, pengawai medis yang berjuang berat untuk menyelamatkan orang-orang, serta kekurangan bahan pokok untuk kehidupan sehari-hari.

Menurut WHO, sekitar hampir 3 juta populasi manusia nyawanya diambil oleh pandemi Covid-19. Pandemi ini mengambil nyawa-nyawa orang terdekat dan tercinta, sehingga banyak keluarga yang berlarut dalam kesedihan, kesal terhadap pandemi, hingga terserang mentalnya. Akibatnya, pandemi covid-19 bisa memicu psikosomatis, yaitu serangan terhadap mental dan fisik.

Penyakit psikosomatis sendiri juga berdampak besar terhadap penderita. Psikosomatis sering sekali terjadi ketika orang mengembangkan gejala fisik yang tidak memiliki penyebab medis yang jelas dan tampaknya dipengaruhi oleh keadaan emosi orang tersebut. Terkadang gejala dan penyakit psikosomatis memiliki konotasi negatif. Anda mungkin diberi tahu bahwa apa yang Anda alami adalah "semua yang ada di kepala Anda".

Ada hubungan pikiran dan tubuh dalam gejala psikosomatis, gejala fisiknya sangat nyata dan kadang-kadang bisa berdampak signifikan. Ada juga beberapa sumber yang mengklaim bahwa penyebab psikosomatis adalah kecemasan dan karena rasa takut, aktivitas impuls saraf otak menyalurkan impulsnya ke berbagai bagian tubuh sehingga terjadilah penyakit psikosomatis. Namun sebetulnya belum ada penelitian yang berhasil membuktikan kebenaran pernyataan ini dan alasan ini masih menjadi peredebatan publik.

Gejala-gejala yang bisa dialami terhadap penderita psikosomatis adalah jantung berdebar, nyeri otot, sakit kepala, pusing, bergemetar, tekanan darah meningkat, serta mengalami masalah pencernaan. Gejala juga bisa berbasis gender dan usia. Pada perempuan, stres akan terjadi pada saat menstruasi karena terjadi kenaikan hormon. Usia yang beragam juga pasti berbeda tanda stresnya. Stres pada remaja bisa muncul karena kecemasan dan lingkungannya. Bagi orang dewasa bisa terpicu atas faktor usia dan faktor ekonominya. 

Baca Juga: Culture Revisited: Menyingkap Kekerasan Seksual di Indonesia
Perubahan Pelukis Jelekong setelah Pagebluk
Menilai Mutu Drama Indonesia dan Drama Korea

Gejala Psikosomatis

Dengan banyaknya faktor-faktor penyebab psikosomatis, kita juga bisa melihat efek kondisi penyakit ini terhadap perjalanan kehidupan sehari-hari. Basanya, orang-orang yang tidak mengalami psikosomatis mampu menjaga ketenangan dengan cukup baik dan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang menekan mental mereka sangat kuat. Pada orang yang memiliki kondisi psikosomatis biasanya lebih peka dan sensitif terhadap tekanan mental, pikiran yang luas, perasaan mendalam, serta kekhawatiran yang berlebih dalam kehidupan sehari-hari.

Orang-orang yang mengalami psikosomatis tidak selalu tenang ketika menjalankan berbagai macam aktivitas karena mereka selalu berpikir berlebih terhadap masalah-masalah yang dialaminya, baik yang telah lewat maupun yang akan datang. Semakin ditekan dan dimanefestasi susunan saraf-saraf otak, semakin banyak juga tekanan saraf yang diturunkan ke tubuh sehingga akhirnya memicu penyakit fisik.

Kesuksesan tidak mudah dicapai. Mengapa demikian? Karena kita ditantang di setiap perjalanan kehidupan kita dan kita sendiri harus siap untuk menjalankannya dan mencari solusi untuk mencapainya. Arti sukses secara umum adalah sebuah pencapaian target kita yang diinginkan, bisa berupa kekayaan, kekuataan dan juga koneksi, dan sebagainya.

Bagi penderita psikosomatis, mereka mudah menyerah dan tidak memiliki motivasi yang kuat untuk melanjut karena pola piker yang ditanam dipengaruhi kondisi psikosomatisnya dan sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Semua dampak negatif yang tertanam pada penderita psikosomatis seperti mental yang lemah, motivasi hidup yang tidak kuat, kemauan mencapai sukses yang rendah, membuat rasio kesuksesan penderita psikosomatis cukup rendah.

Bagaimana cara mengatasi psikosomatis untuk mencapai kesuksesan yang diinginkan? Salah satu cara efektif untuk mengatasi psikosomatis adalah pergi konsultasi ke psikolog dan psikater. Jangan malu pergi mencari bantuan profesional atau merasa tidak enak ketika berkonsultasi karena memiliki kondisi psikosomatis. Mereka akan membantu kalian. Dai tenaga ahli tersebut mereka akan mendapatkan terapi, pengelolahan stres, konsultasi sehari-hari, dan juga bantuan emosional serta fisik.

Dengan bantuan psikater dan psikolog, kondisi psikosomatis juga dapat menurun dan bisa mulai diatasi dengan perlahan oleh penderitanya. Psikomatis menurun juga berarti kualitas kehidupan juga mulai meningkat dengan bertahap, dengan adanya peningkatan kualitas hidup, kondisi mental, motivasi hidup, target kehidupan juga pasti menaik sehingga kesuksesaan bisa dicapai dengan bertahap tetapi jika kita berusaha dengan segala aspek, kita pasti bisa mencapainya.

Akhirnya, kesuksesan bisa terhambat karena gejala kesehatan fisik dan mental. Namun masalah ini bisa diatasi dengan bantuan profesional seperti psikater dan psikolog. Semakin banyak bantuan dalam mengatasi psikosomatis, semakin banyak juga proses penyembuhan bagi individu yang menderita kesehatan mental. Proses mencari pertolongan pada professional merupakan satu tahapan yang bisa dijalankan penderita psikosomatis untuk mencapai kesuksesan. Sedikit demi sedikit, penderita psikosomatis bisa mengatasi penyakitnya dan juga menggali jalanya untuk mencapai kesuksesaan hidup yang diinginkan. 

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//