• Opini
  • Menilai Mutu Drama Indonesia dan Drama Korea

Menilai Mutu Drama Indonesia dan Drama Korea

Tidak sedikit anak muda yang beralih menonton drama Korea ketimbang drama Indonesia. Drama Korea dinilai memiliki detail cerita yang kuat.

Clarissa Beatrice Rospita Natalie

Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (Unpar)

Film-film Indonesia. Drama Indonesia kini kalah pamor dibandingkan drama Korea. (Foto Ilustrasi: Tangkapan Layar festivalfilm.id)*

22 Januari 2023


BandungBergerak.idDalam sepuluh tahun terakhir, peminat drama Indonesia mulai berkurang terutama pada kalangan anak muda. Alur cerita yang kurang mendidik seperti tentang normalisasi kekerasan dalam rumah tangga, pernikahan dengan rentang usia yang terlalu dini, serta mengangkat isu poligami sebagai hal yang wajar (Rahmanisa (2022).

Di lain sisi, alur cerita drama Indonesia masih kurang variatif dan dianggap terlalu monoton, sehingga anak muda tidak terlalu berminat untuk menonton karena sudah hafal terhadap alur yang akan ditayangkan. Anak muda juga merasa bahwa alur cerita tidak memiliki sesuatu yang baru dan tidak dapat menimbulkan rasa penasaran bagi remaja untuk terus menonton drama tersebut.

Lebih lanjut, sering kali sutradara atau penulis yang ingin me-remake suatu drama, digarap tanpa adanya pertimbangan yang matang, sehingga memicu penurunan ekspektasi serta ketertarikan anak muda dalam menonton drama Indonesia. Maka dari itu, produser drama Indonesia harus lebih memperhatikan alur cerita agar dapat meningkatkan ketertarikan remaja dalam menonton drama lokal.

Berdasarkan survey, sekitar 24 persen penurunan tingkat antusiasme penonton terhadap drama Indonesia karena terdapat konflik yang tidak jelas dan alur cerita nan berulang. Drama Indonesia terlalu berfokus terhadap rating yang naik atau turun. Apabila rating drama tersebut naik, maka akan terus diusahakan agar dramanya berlanjut tanpa adanya penulisan skenario yang matang akibat adanya tekanan “kejar tayang”.

Walaupun sudah sering kali dikritik oleh masyarakat terutama kalangan anak muda mengenai alur yang kurang jelas, tetapi produser tetap menayangkan drama tersebut tanpa ada perubahan penulisan atau alur cerita. Seperti yang diketahui, anak muda zaman sekarang mudah bosan. Alur cerita yang berulang dan mudah ditebak akan membuat penurunan antusiasme dalam menonton drama tersebut. Tak sedikit anak muda yang beralih menonton drama Korea ketimbang drama Indonesia sebagai tontonan alternatif.

Drama Korea

Dilansir dari Dictio.id, anak muda sedang marak menonton drama Korea karena aktor atau aktris yang berada di drama tersebut memiliki visual yang cukup memukau para penonton (Mengapa Banyak Anak Muda Yang Sangat Antusias Terhadap Hal-Hal Yang Berbau Korea?, 2021). 

Selain visualnya yang mengundang minat anak muda dalam menonton drama Korea, alur cerita yang beragam juga menjadi kontributor besar dalam menarik perhatian mereka. Akibatnya, anak muda tidak mudah bosan dengan alur yang disampaikan. Dengan berbagai macam plot twist yang dihadirkan membuat anak muda semakin menggebu-gebu untuk menantikan apa yang akan terjadi di setiap episodenya.

Di lain sisi, drama Korea kebanyakan ditayangkan hanya 2 kali dalam 1 minggu, sehingga dengan jeda waktu yang panjang penonton akan dibuat penasaran terhadap episode yang akan tayang di minggu-minggu selanjutnya. Terkadang, sembari menunggu munculnya episode selanjutnya, anak muda mencoba untuk menerka-nerka “Bagaimana alur cerita ini akan berlanjut?”, “Apakah dia orang yang telah membunuh wanita itu?”, “Akankah mereka bersama setelah laki-laki itu menyatakan cinta?” dan pertanyaan lainnya yang berusaha dicari tahu oleh para penonton.

Bersama dengan itu, alur drama Korea sangatlah detail, terutama saat mengangkat genre mengenai medis, hukum, detektif atau semacamnya. Produser drama Korea selalu memperhatikan detail tersebut, sehingga meminimalkan kesalahan persepsi penonton mengenai alur cerita yang diangkat.

Baca Juga: Tidak sedikit anak muda yang beralih menonton drama Korea ketimbang drama Indonesia. Drama Korea dinilai memiliki detail cerita yang kuat.
Standar Kecantikan K-Pop Merusak Kesehatan Mental?
Jejak Langkah Tirto Adhi Soerjo, Pers Bumiputera dan Pers Advokasi

Berbeda dengan drama Indonesia, terutama dalam sinetron, sering kali muncul adegan di mana aktor tersebut mengalami kecelakaan dan harus dilakukan operasi atau hal semacamnya guna menolong aktor tersebut. Namun tanpa adanya pemaparan adegan medis tersebut, sang dokter biasanya hanya akan berbicara “maaf kami sudah berusaha semaksimal mungkin”, tanpa ada penjelasan kenapa orang tersebut tidak dapat ditolong.

Selain itu, pernah ada adegan seorang pasien amnesia harus terbentur lagi kepalanya agar ingatan pasien tersebut dapat kembali seutuhnya. Adegan ini dapat memicu mispersepsi bagi para penonton, sehingga mereka berpikir bahwa penanganan medis sangatlah mudah dan tidak perlu perawat atau dokter untuk mengobatinya.

Ada pula adegan soal pemutusan sidang pidana yang alurnya terlalu mudah, tanpa memasukan undang-undang yang memperkuat terdakwa bahwa mereka seharusnya mendapatkan hukuman yang sesuai. Adegan-adegan seperti ini juga dapat memicu masyarakat berpikir bahwa apa pun kesalahan yang dilakukan orang tersebut akan terancam pidana yang mewajibkan mereka untuk masuk ke dalam sel. 

Dengan demikian, produser Indonesia harus lebih memperhatikan detail dan alur cerita pada sinetron yang mereka bikin. Usaha ini dapat meningkatkan kembali antusiasme masyarakat terutama kalangan anak muda. Produser maupun sutradara harus lebih cermat lagi dalam mengisi alur, misalnya mempelajari ilmu medis, jika ceritanya berisi adegan terkait kesehatan.

Dengan detail yang kuat itu akant meminimalkan persepsi buruk atau mispersepsi penonton terhadap jenis-jenis genre sinetron. Oleh karena itu, produser dan penulis harus menyiapkan suatu drama yang matang dengan riset yang mendalam. Dengan proses yang matang, drama Indonesia tidak hanya menjadi hiburan semata masyarakat tetapi juga mampu menjadi sarana untuk menambah pengetahuan.

Drama Indonesia juga diharapkan untuk memberi tahu batasan episode yang akan tayang tanpa adanya pengaruh rating agar dapat meminimalkan ditayangkannya alur cerita yang yang tidak masuk akal. Lebih lanjut, diusahakan jadwal penayangan drama Indonesia hanya 2 kali dalam 1 minggu, sehingga dapat meningkatkan rasa penasaran penonton yang dapat memicu peningkatan antusiasme anak muda terhadap drama Indonesia. 

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//