Merayakan Keberagaman di Festival HAM 2025, Menyuarakan Hak-hak Kelompok Terpinggirkan
Festival Hak Asasi Manusia 2025 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta mengusung tajuk Orang Muda Merawat Beda. Orang muda diajak berjuang bersama.
Penulis Deni Yudiawan7 Oktober 2025
BandungBergerak – Ketegangan sosial semakin terasa di negeri ini. Polarisasi semakin tajam dan hak-hak kelompok marginal sering terpinggirkan, Festival Hak Asasi Manusia (Festival HAM) 2025 hadir sebagai sebuah panggilan untuk bertindak. Festival ini bukan sekadar acara, tetapi sebuah reaksi terhadap ancaman terhadap nilai-nilai dasar yang seharusnya menjadi fondasi bangsa.
Dengan tajuk “Orang Muda Merawat Beda”, festival ini mengajak generasi muda untuk tidak hanya merayakan perbedaan, tetapi untuk berjuang bersama dalam memperjuangkan hak asasi manusia, keberagaman, dan demokrasi di tengah tantangan sosial yang semakin kompleks.
Festival HAM 2025 digagas International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) bersama koalisi masyarakat sipil. Festival ini menjadi ruang bagi dialog dan aksi nyata yang melibatkan berbagai pihak, termasuk organisasi nonpemerintah, aktivis, dan media yang peduli dengan isu-isu hak asasi manusia dan keberagaman. Acara yang digelar Sabtu 27 September 2025 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, itu juga merupakan panggilan untuk bertindak dalam menjaga nilai-nilai dasar yang menjadi fondasi negara.
“Festival ini bukanlah perayaan atas kondisi HAM yang telah sempurna, melainkan respons terhadap dinamika sosial dan politik yang mengikis toleransi dan persatuan,” ujar Abdul Waidl, Program Manager INFID.
Ia menambahkan, orang muda adalah agen perubahan yang siap merawat perbedaan, menjaga api demokrasi tetap menyala, dan mewujudkan Indonesia yang inklusif dan adil.
Puncak dari festival ini adalah penyusunan dan penyampaian rekomendasi kebijakan yang lahir dari rangkaian diskusi dan dialog yang berlangsung selama festival. Rekomendasi ini kemudian disampaikan langsung kepada perwakilan parlemen, termasuk Ketua Komisi XIII DPR RI Willy Aditya dan anggota Komisi VI DPR RI Rieke Diah Pitaloka, yang turut hadir dalam acara tersebut.

Willy Aditya dan Rieke Diah Pitaloka hadir untuk mendengarkan secara langsung aspirasi dari generasi muda. Diskusi ini menjadi ruang bagi para peserta untuk menyampaikan pandangan dan rekomendasi terkait isu-isu mendesak, mulai dari hak atas pendidikan yang setara, perlindungan bagi kelompok minoritas, hingga urgensi reformasi kebijakan publik yang lebih inklusif. Dalam kesempatan ini, para anggota DPR RI mendengarkan dengan seksama berbagai tuntutan yang disuarakan, yang mencerminkan keresahan masyarakat muda terhadap kemunduran demokrasi dan pelanggaran hak asasi manusia di berbagai sektor kehidupan.
Willy Aditya mengapresiasi semangat generasi muda dalam mengemukakan pandangannya, dan menegaskan pentingnya partisipasi aktif dari semua lapisan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. Ia berjanji untuk mendorong implementasi rekomendasi yang lahir dari Festival HAM 2025, dan mengajak para peserta untuk terus mengawal isu-isu tersebut hingga terealisasi dalam kebijakan negara.
Sementara Rieke Diah Pitaloka, dalam kesempatan yang sama, mengungkapkan bahwa isu-isu yang diangkat oleh generasi muda sangat relevan dengan tantangan sosial dan politik yang sedang dihadapi oleh Indonesia. Ia menekankan bahwa masyarakat sipil, termasuk kalangan jurnalis, memiliki peran penting dalam menjaga demokrasi dan mengawasi pelaksanaan kebijakan yang berpihak pada keadilan sosial. Diskusi ini menegaskan komitmen bersama untuk terus memperjuangkan nilai-nilai HAM dan demokrasi di Indonesia.
Baca Juga: Diskusi tentang Kelompok Minoritas Rentan di UPI
Peran Kampus di Bandung Raya dalam Merawat Ruang Aman Kebebasan Beragama Berkeyakinan

Pentingnya Kolaborasi
INFID menganggap penting kolaborasi antara berbagai pihak untuk memperkuat gerakan hak asasi manusia di Indonesia. Dalam festival ini, kolaborasi media, organisasi masyarakat sipil, dan generasi muda menjadi kunci utama dalam menyuarakan perubahan. INFID sendiri berkomitmen untuk terus mendukung kegiatan seperti ini, yang mempertemukan berbagai elemen masyarakat untuk bersama-sama berjuang demi keadilan dan kesetaraan.
“Festival HAM ini adalah ruang untuk berbicara tentang keberagaman dan inklusivitas dalam pembangunan. Kami berharap kegiatan ini dapat membuka jalan bagi generasi muda untuk terus berperan dalam memperjuangkan hak asasi manusia dan membangun masyarakat yang lebih adil,” kata Siti Khoirun Ni’mah, Direktur Eksekutif INFID.
INFID juga mengharapkan bahwa hasil-hasil dari Festival HAM 2025, terutama rekomendasi kebijakan yang lahir dari dialog dan diskusi, dapat diterima oleh pihak berwenang dan diwujudkan dalam kebijakan publik yang memperjuangkan keberagaman dan hak asasi manusia secara lebih nyata. Dengan melibatkan orang muda, festival ini menjadi sarana untuk memfasilitasi partisipasi mereka dalam proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan masa depan bangsa.
BandungBergerak turut andil dalam acara Festival HAM 2025 tersebut. Bilik (booth) BandungBergerak menjadi tempat yang menyuarakan jurnalisme inklusif, dengan menampilkan berbagai karya jurnalistik yang mengangkat isu HAM dan keberagaman. BandungBergerak, sebagai media yang konsisten menyuarakan suara-suara pinggiran, berpartisipasi dalam festival ini dengan memperkenalkan konten-konten yang mendalam dan berbasis data mengenai masalah-masalah sosial yang sering terabaikan.
Selain karya jurnalistik, bilik BandungBergerak juga menampilkan koleksi buku-buku penting dari Perpustakaan Bunga di Tembok, yang juga menjadi bagian dari inisiatif ini. Buku-buku yang dipamerkan mengangkat topik-topik kritis terkait hak asasi manusia, keberagaman, dan inklusivitas.
***
*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB