Cerita Peserta Aksi Hari Buruh, Bebas Setelah Lima Bulan Menjalani Hukuman di Rutan Kebonwaru
Didin telah menghirup udara bebas. Ia ditangkap dan ditahan di Rutan Kebonwaru saat peringatan Hari Buruh di Bandung.
Penulis Tim Redaksi7 November 2025
BandungBergerak - Setelah lebih dari lima bulan mendekam di Rumah Tahanan Kebonwaru, Didin, bukan nama sebenarnya, salah satu peserta aksi perayaan Hari Buruh pada 1 Mei 2025, akhirnya menghirup udara bebas. Di Pengadilan Negeri Kota Bandung, Didin sebelumnya divonis lima bulan penjara. Ia dijerat dengan satu pasal terkait penggunaan senjata tajam.
Momen kebebasan itu menjadi hal yang berarti bagi Didin. Saat keluar dari rutan, ia disambut sejumlah kawan solidaritas, mulai dari teman kuliah hingga orang-orang yang belum pernah dikenalnya.
“Ya, terharu aja melihat banyak solidaritas yang datang menjemput. Padahal aku juga enggak kenal, belum pernah ketemu,” ujar Didin, yang resmi bebas setelah menjalani hukuman pada 28 Oktober 2025 lalu.
Ia juga menyampaikan terima kasih kepada kawan-kawan yang terus menyuarakan solidaritas untuknya, terutama kepada temannya, Putri yang selama menjalani proses hukum terus mendukungnya.
Bagaimana Didin Dibui?
Pria 26 tahun ini masih mengingat jelas bagaimana perayaan Hari Buruh pada 1 Mei 2025 mengantarnya ke penjara. Hari itu, meski langit mendung, mahasiswa tingkat tiga jurusan keperawatan tersebut datang ke Taman Cikapayang Dago bersama teman perempuannya, Putri dengan mengendarai sepeda motor.
Didin datang bukan untuk ikut berorasi, melainkan sebagai relawan medis. Ia sudah menyiapkan berbagai perlengkapan di dalam ransel: oksigen, kain kasa, cairan infus, betadine, dan hansaplas.
“Saya datang sebagai relawan medis, buat jaga-jaga takutnya ada yang terluka kalo aksi tuh, kan,” ujarnya, Jumat, 31 Oktober 2025.
Didin tercatat sebagai relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Bandung sejak 2019. Sejak kuliah tahun 2022, ia kerap ikut dalam berbagai aksi sebagai tenaga medis sukarela. Ia tidak berafiliasi dengan kelompok mana pun.
“Enggak ada yang ngajakin, cuma saya yang sendiri inisiatif,” katanya.
Namun nasib berkata lain. Hari itu, sekitar pukul 15.00, ketika hujan masih mengguyur, barisan aparat lengkap dengan tameng dan mobil water cannon bergerak dari arah Gedung Sate menuju Cikapayang. Massa aksi mulai berhamburan. Didin berpisah dengan Putri.
Didin sempat memindahkan motornya ke kawasan kampus Unpad Dipatiukur untuk menghindari bentrokan. Sialnya, starter motornya macet, memaksanya menuntun motor di tengah kepanikan.
Sesampainya di Dipatiukur, ia memarkirkan motor dan kembali ke jalan untuk membantu jika ada peserta aksi yang terluka. “Takutnya ada korban dari pihak teman-teman juga kan. Yang kena lemparan batu atau kena pentung,” tandasnya.
Namun, sekitar pukul 17.00, Didin ditangkap aparat berpakaian sipil karena dianggap bagian dari perusuh. Tubuhnya dibanting ke tanah.
“Langsung dipukulin,” tuturnya.
Helm keselamatan yang ia kenakan ringsek, bajunya robek, dan tubuhnya penuh lebam.
“Memar yang paling kelihatan sih di wajah, terus di tangan. Tangan bagian atas kan memar full kayak ditato, diblok. Di bagian pergelangannya bengkak segede gini,” katanya sambil memperlihatkan bekas luka. “Yang terasa sakit sih memar di leher.”
Didin lantas dibawa ke mobil. Di sana ia juga mendapat pukulan dan diinterogasi dengan pertanyaan seputar identitas dan keterlibatannya.
“Ya, saya ngejawab saya mahasiswa,” ujar Didin.
Tas Didin digeledah. Polisi menemukan pisau lipat dan baton stick. Bagi Didin, kedua benda itu bukan senjata, melainkan alat perlindungan diri yang biasa ia bawa saat bekerja. Selain mahasiswa, Didin nyambi sebagai pengemudi ojek daring.
“Memang saya tiap hari bawa pemukul sama pisau lipat itu karena kebiasaan,” tuturnya. “Karena rumah saya di Majalaya dan pulang selalu tengah malam.”
Didin diperiksa secara maraton selama dua hari. Hari pertama dimulai dari tengah malam sampai hampir subuh.
“Memang disuruh tidur dulu sampai pagi jam 8 pagi, terus lanjut lagi BAP jam 9 pagi sampai malam jam 9 jam 10-an lah,” ungkapnya.
Awalnya, Didin sempat diajukan penangguhan penahanan. Namun akhirnya ia ditetapkan sebagai tersangka.
Lima hari setelah penangkapan, polisi menggelar konferensi pers. Dalam keterangan resmi, Jumat, 16 Mei 2025, Kabid Humas Polda Jabar Hendra Rochmawan merilis penangkapan pelaku yang diduga perusuh di aksi peringatan Hari Buruh Internasional (May Day), Bandung.
“Pelaku mengaku datang dengan maksud menjadi petugas medis, namun fakta di lapangan menunjukkan adanya niat dan potensi ancaman, dibuktikan dengan ditemukannya senjata tajam serta hasil tes urine yang positif BENZO. Ini bukan sekadar pelanggaran, tapi ancaman nyata bagi ketertiban umum,” jelasnya, diakses dari laman resmi.
Baca Juga: Sidang Peserta Unjuk Rasa May Day 2025 di PN Bandung, Kuasa Hukum Mempertanyakan Penggunaan Pasal Penghasutan pada Demonstran
Pelukan Ibu dan Dekapan Kawan Solidaritas Menyambut Kebebasan Tiga Peserta Unjuk Rasa May Day dari Rutan Kebon Waru
Malam Panjang Putri
Putri, 22 tahun, teman perempuan Didin, tak menyangka Didin akan ditangkap. Ia terpisah saat aparat menembakkan gas air mata di sekitar Dipatiukur.
“Aku mah mikirnya dia (Didin) aman karena udah beberapa kali ikut aksi,” ujarnya, Jumat, 31 Oktober 2025.
Setelah menunggu lama, ia mulai khawatir. Putri menyusuri kawasan Dipatiukur, Cikapayang, hingga Gedung Sate sambil berteriak memanggil nama Didin.
“‘Didin di mana kamu?’ teterusan,” katanya.
Seorang petugas parkir memberitahu bahwa ada peserta aksi yang dibawa polisi tak berseragam. Putri bergegas mencari, tapi hasilnya nihil.
Larut malam, Putri memutuskan pulang ke kos Didin di daerah Bandung Timur. Rupanya Didin ada di sana. Mukanya sudah babak belur.
Polisi datang ke kosan itu dan menggeledahnya. Didin lalu dibawa ke kantor polisi.
Selama Didin ditahan, Putri aktif mengabarkan kondisi Didin kepada kawan-kawan relawan. Ia rutin menjenguk Didin di kantor polisi maupun di Rutan Kebonwaru. Pada aksi 1 Juli 2025, Putri berorasi menyerukan solidaritas untuk tahanan May Day, termasuk Didin.
Didin kini telah bebas. Ingatan tentang hari itu akan terus membekas. Ia melanjutkan hidupnya sembari merenungkan arti penting solidaritas.
***
*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB

