Diskusi Buku Antony Loewenstein di Bandung: Membedah Bisnis Senjata Israel, Palestina Sebagai Laboratorium Uji Coba
Gencatan senjata di Palestina dinilai omong kosong. Teknologi militer Israel terus diuji dan dijual ke berbagai rezim di dunia.
Penulis Salma Nur Fauziyah21 November 2025
BandungBergerak - Gencatan senjata di Gaza yang diberlakukan sejak 10 Oktober 2025 kembali dilanggar oleh Israel. Mengutip laporan Al-Jazeera, sepanjang 10 Oktober–19 November 2025 Israel melakukan 393 serangan ke Gaza. Lebih dari 242 warga Palestina tewas dan 622 lainnya luka-luka.
Pelanggaran atas gencatan senjata ini bukan kejadian tunggal. Sejumlah perjanjian sebelumnya juga berakhir sama. Buku Laboratorium Palestina: Bisnis Senjata Israel Yang Melanggengkan Neokolonialisme di Seluruh Dunia karya jurnalis Australia Antony Loewenstein menawarkan perspektif mengenai agresi tersebut, bahwa Palestina telah lama dijadikan “laboratorium” teknologi militer Israel.
Dalam rangkaian lawatan diskusinya di Indonesia, Antony hadir di Bandung, Rabu malam, 19 November 2025 di Hallway Space, Bandung untuk memaparkan proses penulisan serta isi bukunya. Acara dibuka dengan performance arts oleh seniman pantomim Wanggi Hoed, yang sebelumnya ikut aksi jalan kaki menuju Kedutaan Palestina di Jakarta.
Antony mengatakan, skala industri senjata Israel, yang menempatkan negara itu pada posisi kedelapan dunia, tidak sebanding dengan ukuran geografisnya. Namun informasi mengenai industri tersebut sangat minim.
"Jadi, ada satu hal yang telah mengganjal dalam pikiranku sejak lama, bahwa tidak pernah ada informasi yang memadai soal industri senjata Israel,” ungkapnya.
Sebagai jurnalis yang meliput isu Palestina sejak 2005, Antony mengerjakan buku ini sepanjang 2016–2020. Banyak bahan berbahasa Hebrew sehingga ia memerlukan bantuan penerjemah. Penelusurannya mengarah pada temuan bahwa sejak 1948 Palestina telah dijadikan tempat uji coba. Setelah 1967, ketika Israel menguasai wilayah Palestina, praktik ini berkembang: berbagai teknologi pengawasan dan senjata modern diuji langsung pada warga Palestina.
Secara global, Israel menjual senjata ke banyak negara. Sejak 1945, mereka memberi sokongan, persenjataan, hingga pelatihan kepada rezim-rezim represif, termasuk di Indonesia. Model yang dipraktikkan di Palestina kemudian dijual ke negara Barat, salah satunya Amerika Serikat, termasuk tawaran “antiterorisme” pascatragedi 9/11.
"Maksudku, jelas-jelas hal itu omong kosong. Israel memang telah memerangi Palestina selama bertahun-tahun, tetapi sering kali Palestina yang diperangi adalah mereka yang berjuang untuk hak-hak mereka, untuk kemerdekaan dan kedaulatan mereka,” cerita warga Australia berdarah Jerman, yang mengaku tidak religius dan mandang isu Palestina cukup personal.
Baca Juga:Menelaah Sepak Terjang Anarko di Bumi Palestina
Sastra Palestina, Kolonialisme, dan Pemanusiaan

Bentuk Negara Paling Ekstrem
Diskusi malam itu juga diisi pemikiran Zen RS. Ia tidak membahas detail isi buku, tetapi menjadikannya pemantik untuk menelaah ulang ontologi kekuasaan negara.
“Buku ini juga buat saya datang di saat yang tepat. Karena buku ini adalah contoh paling ekstrem dari negara yang terus-menerus minta pengecualian,” ujar esais tersebut.
Menurut Zen, Israel adalah bentuk paling ekstrem dari konsep negara, sebuah entitas yang diberi legitimasi untuk melakukan kekerasan. Secara klasik, kekerasan oleh negara seharusnya bersifat reaktif terhadap ancaman. Namun kini, banyak negara menjadikan kekerasan sebagai modus eksistensi, termasuk Indonesia yang kerap menghadirkan “darurat” baru, seperti saat pandemi Covid-19 ketika wacana penundaan pemilu atau pemindahan ibu kota terus muncul.
Negara tanpa ancaman, kata Zen, justru memproduksi ancaman agar dapat terus beroperasi, dan pola ini terlihat jelas pada Israel.
“Israel enggak bisa kita baca tanpa melihatnya sebagai ini negara bukan merasa terancam tapi negara ini memang harus terus-menerus merasa terancam,” ujarnya.
Rasa terancam yang dipertahankan ini, lanjut Zen, menjadi dasar bagi Israel untuk terus menciptakan pengecualian dan melakukan tindakan kekerasan, termasuk genosida di Gaza.
***
*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB

