• Cerita
  • Cerita Pedagang Pasar Banjaran Penolak Proyek Revitalisasi: Tidak Didengarkan Bupati, Takut Pasar Dibakar

Cerita Pedagang Pasar Banjaran Penolak Proyek Revitalisasi: Tidak Didengarkan Bupati, Takut Pasar Dibakar

Kunjungan Bupati Bandung dengan pengerahan ratusan aparat gabungan membuat takut pedagang Pasar Banjaran. Mereka kini bergiliran ronda, takut pasar dibakar.

Seorang pedagang mengibarkan kembali bendera setengah tiang di kompleks Pasar Banjaran yang sudah dipagari seng, Kamis (8/6/2023). (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)

Penulis Awla Rajul10 Juni 2023


BandungBergerak.id – Di balik deretan pagar seng yang melingkungi kompleks Pasar Banjaran, Kamis (8/6/2023) siang, para pedagang memilih beraktivitas seperti biasa. Mereka menolak proyek revitalisasi yang digulirkan Pemerintah Kabupaten Bandung, dan bersikukuh menunggu hasil persidangan yang masih berjalan di PTUN Bandung. Bersama mereka, sehelai bendera Merah Putih berkibar setengah tiang.

Di pagar-pagar seng itu, tertera tulisan-tulisan yang mewakili suara hati para pedagang, seperti “Kami masih berjualan di dalam, mangga kalebet” dan “Santai dong, revitalisasi jangan terburu-buru”. Ada pula beberapa poster yang didesain oleh kolektif pemuda Banjaran sebagai dukungan moral bagi perjuangan para pedagang.

Rahmat (44), salah seorang pedagang sayuran, menyatakan selama proses hukum masih berjalan dan proses revitalisasi terus diupayakan oleh pihak ketiga, ia akan terus berjualan di jongko miliknya. Jongko yang dia warisi dari orangtunya yang sudah berjualan di Pasar Banjaran sejak 1970. Ada kebutuhan keluarga yang harus dicukupi.  

“Beruntung juga udah dapat buat harian mah, udah bersyukur. Kita gak butuh tambang emas, kilang minyak, enggak. Kita butuh ketenangan. Kita mah gak nyusahin pemerintah ngegaji kok,” ungkapnya kepada BandungBergerak.id.

Maman Firmansyah (53), pedagang pisang dan kelapa yang bertetanggaan jongko dengan Rahmat, adalah bendahara sekaligus sekretaris dalam kerja bersama membangun kembali jongko para pedagang yang habis dilalap api dalam bencana kebakaran tahun 2002 lalu.  Waktu itu, biaya yang dikeluarkan secara swadaya oleh para pedagang senilai 3,6 juta rupiah untuk satu jongko berukuran 3 x 2,5 meter persegi.

“Kalau sekarang kabarnya per meter (persegi) 20 juta (rupiah),” katanya. “Itu tinggi sekali.”

Di dalam Pasar Banjaran yang sudah ditutup deretan lembar seng, ada jongko-jongko yang tutup. Para pemiliknya memilih berhenti berjualan atau memindahkan barang dagangan ke rumah. Sementara itu, para pemilik jongko yang terbongkar diduga adalah mereka yang telah menyetujui revitalisasi dan pindah ke tempat relokasi di Alun-Alun Banjaran atau bekas TPS Pasar Banjaran.

Mereka yang bertahan berjualan adalah para pedagang penolak revitalisasi. Calon pembeli bisa masuk melalui lembar seng yang terbuka di pintu lorong.

Di tengah kontroversi proyek revitalisasi, pedagang Pasar Banjaran tetap melayani pembeli di jongko sayurannya, Kamis (8/6/2023). (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)
Di tengah kontroversi proyek revitalisasi, pedagang Pasar Banjaran tetap melayani pembeli di jongko sayurannya, Kamis (8/6/2023). (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)

Bupati Tidak Mau Mendengar

Pada Senin (5/6/2023) lalu, di tengah gemuruh sengketa proyek revitalisasi Pasar Banjaran, Bupati Bandung Dadang Supriatna datang berkunjung. Sebuah kunjungan yang tidak meninggalkan kesan baik di mata para pedagang.

Elva (32), salah seorang pedagang sayuran, menyebut informasi tentang adanya sekitar 400-an personil Satpol PP, polisi, TNI, Ormas, dan sekelompok orang yang diduga preman. Juga terparkir di lingkungan pasar kendaraan water cannon, barracuda, dan kendaraan pemadam kebakaran.

“Kita makin takut ada itu,” tutur Elva. “Histeris, takut iya, khawatir iya.”  

Elva baru sejak empat tahun lalu dia ikut berdagang, membantu sang suami, Wahyu (36), yang mewarisi jongko dan melanjutkan usaha berdagang dari orangtuanya yang sudah berjualan di pasar tradisional ini sejak tahun 1980-an. Orangtua Wahyu pernah menyaksikan tiga kali bencana kebakaran di Pasar Banjaran.

Diungkapkan Elva, Bupati Bandung Dadang Supriatna tidak mau mendengarkan alasan dan tidak mengajak bicara para pedagang yang menolak revitalisasi. Sementara itu, mereka yang setuju dengan revitalisasi dan sudah pindah, justru diwawancara secara khusus.

“Gimana sok? Sebelah pihak kan? Gak adil Bupati. Kami menolak, tapi kami juga warganya Bupati kan? Harusnya (ia) mendengar juga suara kami,” ungkapnya penuh rasa kecewa.

Di hari yang sama dengan kedatangan Bupati Bandung itulah, sekitar pukul setengah tiga menjelang sore, dilakukan pemagaran seng kompleks Pasar Banjaran. Unjuk kekuatan dalam kunjungan itu membuat tidak sedikit pedagang kemudian merasa takut hingga akhirnya memutuskan pindah menerima revitalisasi. Sebagian yang lain memindahkan sementara barang dagangan ke rumah.

Elva menyatakan, para pedagang sebenarnya tidak menolak revitalisasi pasar sepanjang menggunakan dana APBD dan harga kiosnya masuk akal. Juga sebaiknya ada sosialisasi awal kepada para pedagang. Tidak seperti proyek kali ini yang diserahkan ke perusahaan, harganya selangit, serta dilakukan tanpa sosialisasi.

Lilis (56), pedagang yang lain, mengungkapkan, para pedagang sebenarnya ingin bisa berbicara dengan Bupati. Mereka ingin orang nomor satu di Kabupaten Bandung itu tahu alasan para pedagang menolak revitalisasi. Namun di hari kunjungan itu, harapan Lilis kandas. Kunjungan disertai dengan kehadiran personil gabungan yang menakut-nakuti para pedagang.

“Seperti mau menangkap teroris,” katanya.

Baca Juga: Revitalisasi Pasar Banjaran Merugikan Para Pedagang, hanya Menguntungkan Pemodal
Pasar Kosambi: Terbakar lalu Dihantam Pandemi

Takut Pasar Dibakar

Setelah kompleks pasar dipagari lembar seng, para pedagang kini aktif melakukan ronda. Secara sukarela dan bergantian, para laki-laki pedagang berjaga sejak pukul delapan malam hingga pukul dua dini hari. Sementara itu, para perempuan mendukung dengan menyediakan makanan.

“Intinya, kita takut dibakar aja. Bukan kebakaran, takut dibakar,” kata Wahyu.

Wahyu menyesalkan proyek revitalisasi yang terus berjalan ketika proses hukum sedang berjalan di pengadilan. Ia menyayangkan aparat penegak hukum dan pemerintahan yang mestinya paham hukum, malah yang tidak menghormati proses hukum. Padahal sebelumnya tujuh Ketua Fraksi Partai DPRD Kabupaten Banjaran sudah mengelurkan rekomendasi agar menunda proses revitalisasi dan menghormati proses hukum yang sedang berjalan.

Menurut Wahyu, revitalisasi Pasar Banjaran semestinya dilakukan dengan dana pemerintah. Atau kalau tidak ada dana, warga siap membantu secara swadaya. Tidak perlu memaksakan revitalisasi dengan menyerahkannya ke pihak ketiga. Wahyu juga meyakini jika tidak semua pasar harus dimodernisasi lewat proyek revitalisasi.

“Tidak perlu dimodernisasi semualah,” ucapnya. “Kearifan lokalnya mana kalau dimodernisasi semua?”

BandungBergerak.id telah berupaya meminta konfirmasi kepada pihak ketiga pemenang tender proyek revitalisasi Pasar Banjaran, PT. Bangun Niaga Perkasa, dengan mendatangi langsung kantor pemasarannya. Ferry, seorang petugas perusahaan, meminta BB menunggu karena petugas bagian humas perusahaan sedang melakukan rapat dengan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Bandung.

Ferry tidak bisa memberikan kepastian kapan selesainya rapat dan tidak bersedia memberikan kontak bagian humas perusahan untuk dikonfirmasi melalui sambungan telepon

Pada Jumat (9/6/2023), pedagang mengabarkan telah dilakukan kembali pemagaran seng secara keseluruhan, tepatnya di bagian depan Terminal Banjaran. Dalam video yang dikirimkan oleh pengurus Kelompok Warga Pedagang Pasar Banjaran (Kerwappa), terlihat ibu-ibu pedagang pasar meminta aparat kepolisian untuk membuka beberapa seng sebagai akses masuk ke dalam pasar. Beberapa lembar seng kemudian dibuka kembali.

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//