• Opini
  • MAHASISWA BERSUARA: Mesin Jahanam Krisis Peradaban Modern

MAHASISWA BERSUARA: Mesin Jahanam Krisis Peradaban Modern

Analisis narasi dari sudut pandang anarkisme sekaligus autokritik terhadap peradaban modern yang telah menjadi sesuatu yang berbahaya bagi kehidupan manusia.

Alam Mahadika

Mahasiswa tinggal di Yogyakarta

Kawasan industri di Bandung selatan Sabtu (14/5/2022). Pesatnya perkembangan industri meningkatkan pencemaran terhadap lingkungan hidup. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

26 Agustus 2023


BandungBergerak.id – Peradaban baru industri modern saat ini telah bertindak di tingkat global dan mewujudkan transformasi bumi yang dulunya hijau menjadi gurun tunggal. Peradaban industri modern ini menimbulkan lebih banyak penderitaan hidup. Tawaran produk industri pandangan peradaban teknologi modern sebagai cara terang yang akan membebaskan manusia dari jerat kemiskinan, semua terbantahkan oleh analisis anarkis anti – peradaban teknologi modern hanya bayangan dari wujud sebenarnya yang menindas.

Peradaban mesin industri modern ini di bawah dorongan akumulasi dan ekspansi kapital mereka menjadi sistem totaliter dan berupaya mengendalikan manusia dan ekosistemnya. Tulisan ini untuk menunjukkan sebuah prinsip sederhana dari sudut pandang anarkis yang mana para oponen dari sistem mesin industri.

Apa yang digadang oleh kaum kiri sebagai revolusi atau anarkis sebagai instruksi. jika kita bandingkan dengan peradaban, tak lain dan tak lebih hannyalah reformasi. Padahal, baik negara, kapitalisme, fasisme, ideologisme, mau pun segala paham lainnya yang dianggap menindas adalah produk yang dihasilkan oleh peradaban. Siapa yang memproduksi peradaban ini?

Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Meredam Resesi Ekonomi Melalui Pengelolaan Investasi
MAHASISWA BERSUARA: Tantangan Transisi Energi Fosil Menuju Enerji Hijau untuk Indonesia
MAHASISWA BERSUARA: Inovasi Beton Ramah Lingkungan Hasil Olahan Limbah Batubara

Peradaban Modern dan Hancurnya Habitat Manusia     

Jelas Kita sendiri secara sadar atau tidak, disengaja atau tidak disengaja. Terlebih lagi, semakin peradaban kita ini maju, semakin rusaklah dunia hidup. Belum dengan keberadaan kita sebagai manusia di sini dengan manusia yang lain, bukannya menjadi individu yang menumbuhkan, tapi saling meracuni satu sama lain.

Perjalanan panjang kita melalui penelitian, studi maupun filsafat, tanpa perlu kita kuak panjang lebar, kalau kita semua mau merenunginya masing-masing jawabannya sudah jelas. Tanpa perlu bantahan, peradaban kita sekarang ini membuktikan sendiri bahwa ia gagal.

Tanpa peradaban, berarti kita kembali ke kehidupan kita yang paling autentik. Kehidupan yang unik seperti menjalin hubungan yang hangat dan intim dengan semua individu, tak hanya manusia, tetapi mencakupi juga individu flora, individu fauna dan mineral yang hidup. Sementara satu bagian dari bumi yang telah dirusak oleh peradaban modern melalui pembangunan ataupun industrialisasi.

Mike Davis dalam bukunya Planet of Slums (2008) mengatakan bahwa kita sedang berada di era pandemi global dan itu akan membawa kita ke bencana kehancuran yang disebarkan oleh agrikultur, agroindustri ataupun industri lainnya. Mereka menyerang dengan kehancuran khusus di tempat yang telah tenggelam dalam kemiskinan melalui kombinasi antara kolonialisme dan kapitalisme.

Berbicara tentang bencana kehancuran yang telah terjadi di sekitar kita, korban kehancuran tidak ada habisnya. Hutan berubah menjadi kayu, setelah itu gelombang panas yang lebih besar dan lebih intens menyebabkan peningkatan kebakaran hutan, kekeringan, dan pengguguran. Tanah terkikis dan lahan pertanian berubah menjadi gurun dan gedung. Pupuk, fungisida dan pestisida mencemari pasokan pangan. Tempat pembuangan sampah meluap dengan limbah sintetis. Pembangkit listrik mengisi udara, darat dan laut dengan partikel kanker. Kabut asap kimia memenuhi jalan kota dan meracuni manusia serta makhluk lain. Limbah beracun merembes ke air tanah, sebagian besar itu disebabkan oleh mesin industri jahanam dari peradaban modern.

Sementara perusakan habitat melangkah lebih maju. Mesin industri ingin menjual kepada kita dengan jawabannya “kemajuan teknologi, energi yang berkelanjutan, perkembangan ekonomi”. Penghancuran habitat manusia dan ekosistem dalam infrastruktur produksi industri massal memiliki konsekuensi bencana pada masyarakat adat dan krisis pada ekologi mereka.

Murray Bookchin dalam buku Social Ecology and Communalism (2006) mengatakan bahwa di saat bersamaan ini sekedar masalah moral para pemodal dan penggerak mesin industri yang terlalu serakah. Katakanlah mereka seorang yang berwawasan ekologis. Dia pasti akan terpojok dalam kelangsungan hidup di kompetitif pasar. Dia berada dalam kerugian fatal dengan pesaing yang tidak punya kepedulian ekologis, yang memproduksi dengan biaya lebih murah walau merusak lingkungan, tetapi meraup keuntungan yang lebih tinggi untuk ekspansi modal selanjutnya.

Negara Indonesia saat ini di sektor hulu, sumber daya tambang, perkebunan dan hutan harus dikeruk semaksimal mungkin. Orang-orang di desa akan menelantarkan ekonomi subsisten mereka untuk mengejar standar “kemajuan orang modern” rumah dari beton, kerja upahan, punya mobil. Si saat bersamaan, lahan pertanian dan hutan adat mereka perlu dirampas secara paksa. Menghasilkan lubang-lubang raksasa dan perkebunan monokultur yang merusak tidak hanya keanekaragaman bioregion tetapi pranata kehidupan lokal.

Secara materialistis, peradaban modern kehilangan sarana untuk menciptakan kehidupan mereka dengan cara mereka sendiri. Banyak fitur dunia tempat kita dilahirkan – organisme bukan manusia, tanah, air, mineral – dilarang untuk dimanfaatkan bersama, karena secara ideologis telah diciptakan kembali sebagai milik negara atau miliki pribadi. Yang terjadi saat ini orang menjadi tidak bergantung pada dunia yang hidup, tetapi bergantung pada institusi dan industri beradab yang menengahi ini semua untuk menghidupkan subsisten mereka.

Kritik Anarkisme pada Pelaku Industri

Sebagian besar tulisan ini di analisis dari sudut pandang ide anarkis. Anarkisme telah menyindir pelaku Industrial, mereka di bawah alat mesin produksi industri adalah salah satu mesin utama untuk mengumpulkan modal bagi orang kaya melalui kerja yang teralienasi, eksploitasi dan perusakan lingkungan. Janji manis yang diberikan mereka tanah adalah miliki mereka yang memilikinya, tanah harus dihormati, tanah adalah dasar untuk kelangsungan hidup, air adalah kehidupan. Tetapi kasus di lapangan terdokumentasikan oleh Jaringan Advokasi Tambang  mereka yang mengelola sumber daya alam nikel, bauksit, batu bara, sawit dan kayu. Sebut saja perusahaan Harita Group, perusahaan industri mereka memiliki 18 jaringan perusahaan industri. Mereka meninggalkan jejak kerusakan lingkungan dan ruang hidup masyarakat, merampas kehidupan pangan masyarakat, berdampak kesehatan warga dan memicu konflik sosial.

Anarkis antropologi menarasikan hidup berdampingan bersama peradaban modern dengan berbagai mesin pencipta produksi, mereka sebagai parasit satu sama lain dan menjadi kanker biosfer. Manusia modern adalah karikatur yang tragis, makhluk yang tidak bisa makan atau buang air tanpa menghubungkannya ke salah satu lubang besar, infrastruktur industri dan pengocok mesin otomatis. Mesin teknologi adalah kekuatan produktif yang pasti menimbulkan sistem industri – pabrik, mereka menghapus batas-batas, geografis maupun mitologis.

Menurut ide anarkis, teknologi modern yang perkembangannya didorong hasrat akumulasi dan ekspansi kapital, ia punya satu ciri pokok: ia tidak akan berhenti berkembang. Hanya Tuhan dan siluman yang bisa menghentikannya, selama keduanya tidak ikut turut campur urusan peradaban modern teknologi industri akan terus – menerus berkembang dan lahir seperti bocah manja yang dilahirkan dari keluarga kaya yang boros, karena mereka selalu mengeruk lebih dan lebih tanpa pembatas selain kematiannya sendiri. 

Maka dari itu teknologi industri peradaban modern mereka tidak hanya berperan sebagai alat dalam mewujudkan kesuraman nasib manusia ini. Ia mungkin satu-satunya pameran yang paling penting. Ia telah mengangkut manusia dari kedudukan sebagai pencipta menjadi sekadar ciptaan.

Walter Benjamain dalam bukunya The Work of Art in the Age of Its Technological Reproducibility, and Other Writings on Media (2008) mengatakan bahwa di bawah naungan mesin peradaban modern, mesin dan teknologi lebih berperan sebagai malaikat petaka ketimbang juru selamat, entah bagi manusia ataupun bagi lingkungan. Sehingga fakta ini semakin diperburuk dengan mesin-mesin modernisme yang membawa teknologi ke tingkat merusak ekosistem.

Telah banyak diketahui bahwa variabel-variabel dasar yang menentukan proses sejarah kontemporer dihadirkan oleh peradaban modern. Teknologi mesin di atas segalanya, bertanggung jawab atas kondisi-kondisi dunia saat ini dan akan mengontrol perkembangan di masa depan.

Sebagai penutup, perlu saya tekankan lagi bahwa tulisan ini hanya berupa analisis narasi dari sudut pandang anarkisme sekaligus autokritik terhadap peradaban modern maupun mesin teknologi industri. Memahami anarkisme bukan hanya sekedar sebuah tindakan kekerasan dan vandalistis oleh kaum muda yang bersemangat, tetapi bisa kita pahami bersama melalui literasi. Dari tulisan ini bukan semestinya kita menolak mentah-mentah perkembangan teknologi dan peradaban modern, mereka sedikit banyak membantu untuk kehidupan saat ini dan untuk sekarang ini lebih banyak mudaratnya.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//