• Opini
  • MAHASISWA BERSUARA: Meredam Resesi Ekonomi Melalui Pengelolaan Investasi

MAHASISWA BERSUARA: Meredam Resesi Ekonomi Melalui Pengelolaan Investasi

Dampak resesi ekonomi seperti lingkaran setan yang tidak ada habisnya. Resesi ekonomi bisa dicegah jika masyarakat mengelola keuangan mereka dengan baik.

Michelle Adira Suselo

Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung

Ilustrasi. Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia. Berinvestasi atau trading harus disertai kehati-hatian. (Sumber: idx.co.id)

22 Agustus 2023


BandungBergerak.id – Saat ini Bank Dunia sudah memprediksi akan terjadinya resesi ekonomi 2023 karena beberapa bank sentral negara sudah menaikkan suku bunga acuannya secara agresif sebagai strategi untuk mengendalikan inflasi. Resesi ekonomi dapat berdampak pada seluruh aktivitas ekonomi yang membuat laju ekonomi melambat.

Ketika terjadi perlambatan ekonomi maka akan terjadi juga pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal karena banyak perusahaan yang tidak dapat beroperasi kembali. Hal ini dapat kita lihat pada salah satu startup Indonesia, yaitu Gojek. Meskipun Gojek yang berdiri sejak 2010 dan sudah masuk kategori Unicorn Indonesia, tetapi pada Juni 2020 Gojek telah melakukan penghentian kerja pada 430 karyawannya dan menutup beberapa layanannya seperti GoClean dan GoMassage sebagai dampak dari resesi ekonomi tahun 2020.

Tak hanya itu, resesi ekonomi juga berdampak pada daya beli masyarakat yang lemah karena mereka akan lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uang mereka dan lebih berfokus pada pemenuhan kebutuhan. Dalam menanggapi permasalahan ini, pengelolaan investasi yang tepat dapat menjadi salah satu upaya untuk mencegah terjadinya resesi. Namun faktanya resesi ekonomi juga memiliki dampak pada instrumen investasi. Lantas jika demikian kenapa resesi ekonomi dapat dicegah melalui pengelolaan ekonomi melalui investasi?

Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Peran Anak Muda Mewujudkan Pancasila di Masyarakat
MAHASISWA BERSUARA: Kebebasan Berekspresi dalam Demokrasi, Tantangan dan Sikap Netral Universitas Muhammadiyah Surakarta
MAHASISWA BERSUARA: Kontroversi Sistem Peradilan Pidana Anak

Berkembangnya Isu Resesi Ekonomi

Berdasarkan data dari Bloomberg, Indonesia termasuk dalam daftar 15 negara yang memiliki potensi menghadapi resesi ekonomi. Resesi ekonomi terjadi sebagai dampak ketidakseimbangan ekonomi seperti yang terjadi saat ini adanya krisis minyak karena perang antara Rusia dan Ukraina serta tingginya tingkat suku bunga acuan.

Resesi juga dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi secara negatif selama dua kuartal berturut-turut dan pengangguran yang meningkat. Pertumbuhan ekonomi yang negatif tentu disebabkan oleh beberapa variabel seperti konsumsi rumah tangga yang berkurang, investasi menurun, pengeluaran pemerintah sedikit, dan net ekspor yang rendah.

Hal ini dapat kita lihat pada strategi pemerintah Indonesia saat resesi 2020 lalu di mana upaya pemerintah untuk keluar dari resesi ekonomi dengan cara memberikan berbagi bantuan sosial, bantuan bagi pelaku usaha mikro, insentif pajak, dan lain sebagainya. Cara-cara tersebut digunakan untuk meningkatkan kembali pertumbuhan ekonomi negara, sehingga jika kita bandingkan dengan negara lain dampak resesi ekonomi yang dialami Indonesia lebih rendah dibandingkan negara lain.

Namun, jika hanya satu variabel saja yang meningkat tentu resesi ekonomi tidak akan pernah selesai jadi dibutuhkan pula dukungan masyarakat untuk keluar dari isu resesi ekonomi. Meskipun begitu, keluar dari resesi ekonomi tidak semudah kedengarannya karena ketika suatu negara sudah mengalami resesi terdapat berbagai dampak yang memengaruhinya.

Dampak dari terjadinya resesi ini seperti lingkaran setan yang tidak ada habisnya. Di mana masyarakat lebih berhati-hati dalam menggunakan uangnya sehingga mereka cenderung untuk mengurangi pengeluaran mereka dan menarik investasi dari perusahaan. Namun, di sisi lain perusahaan juga membutuhkan pendanaannya untuk menjalankan operasi mereka. Akibatnya, banyak perusahaan mengalami kesulitan finansial dan memutuskan untuk gulung tikar yang memicu penurunan lapangan kerja sekaligus pendapatan masyarakat secara keseluruhan.

Bank Indonesia mencatat bahwa hingga Juni 2022 jumlah kartu kredit yang beredar sudah mencapai 16,58 juta unit, hanya saja jika penghasilan masyarakat turun bagaimana mereka dapat membayar tagihannya. Padahal di saat bersamaan masyarakat juga diminta untuk meningkatkan konsumsi dalam negeri. Dengan demikian, isu resesi ekonomi dapat dicegah jika masyarakat mengelola keuangan mereka dengan baik.

Bagaimana Cara Mengelola Investasi yang Baik?

Salah satu cara mengelola keuangan dengan baik dapat melalui investasi. Investasi menurut Sunariyah adalah suatu tindakan penanaman modal dalam aktiva untuk jangka waktu yang panjang dengan tujuan memperoleh hasil atau pengembalian di masa yang akan datang.

Saat resesi terjadi, merupakan berita buruk bagi investor karena hampir semua produk investasi akan terpengaruh dan banyak orang akan panik melihat portofolio mereka yang turun. Portofolio investasi merupakan kumpulan aset dalam berbagai bentuk seperti saham, deposito, bitcoin, reksa dana, dan lain sebagainya.

Apabila hal tersebut terjadi tidak heran banyak investor akan langsung menjual produk-produk investasi mereka dengan alasan untuk mengamankan modal mereka. Walaupun begitu bagi sebagian orang investasi di saat resesi merupakan suatu keuntungan bagi mereka karena mereka dapat membeli produk investasi dengan harga murah.

Maka dari itu, sebelum kita mulai berinvestasi sebaiknya kita mempelajarinya terlebih dahulu sehingga dapat mempermudah kita dalam mengambil keputusan investasi, mengelola portofolio, dan mengatur psikologis kita agar tidak mengambil keputusan gegabah saat terjadi resesi. Ditambah lagi dalam berinvestasi, kita harus menggunakan uang dingin atau uang yang tidak akan digunakan dalam jangka waktu dekat karena dapat membantu perencanaan keuangan yang lebih baik. Dan uang dingin juga dapat meminimalisir berbagai risiko kerugian pada investasi.

Hal lain yang perlu kita perhatikan juga terkait profil risiko dan porsi investasi. Karena tidak semua produk investasi selalu untung, dan sebaliknya tidak semuanya selalu rugi sehingga kita dapat menyesuaikannya.

Mengenal Profil Risiko dalam Pengelolaan Investasi

Setiap orang memiliki profil risikonya masing-masing yang mengacu pada tingkat toleransi seseorang terhadap fluktuasinya nilai saham dalam portofolio mereka. Dalam profil risiko juga memperhitungkan tujuan investasi, jangka waktu, dan tingkat kenyamanan seseorang ketika menghadapi risiko. Dengan mengetahui profil risiko seseorang bisa membedakan risiko mana yang dapat dikendalikan mana yang tidak sehingga tidak salah memilih investasi.

OJK membagi profil risiko seseorang menjadi 3, yaitu konservatif, moderat, dan agresif. Konservatif adalah orang-orang yang menghindari risiko tinggi atau dengan kata lain mereka lebih memilih untuk investasi di instrumen yang lebih aman, stabil, terjamin, dan tidak fluktuatif namun biasanya instrumen investasi tersebut memiliki return yang lebih rendah.

Moderat adalah orang-orang yang mampu menerima risiko turunnya nilai investasi hingga batas tertentu sedangkan agresif adalah orang yang berani mengambil suatu risiko yang sangat tinggi. Bagi tipe agresif lazimnya menerapkan konsep high risk, high return sehingga ketika risikonya semakin tinggi keuntungan yang diperoleh juga semakin tinggi. Investor tipe ini, lebih memiliki pengalaman lebih banyak dalam dunia investasi dibandingkan profil risiko lainnya itu sebabnya jangka waktunya lima tahun atau lebih serta investasinya ke saham, crypto, dan jenis investasi turunannya.

Jenis Investasi Potensial dalam Jangka Panjang

Meskipun dalam berinvestasi kita harus menyesuaikan dengan profil risiko kita masing-masing. Namun akan lebih baik jika berinvestasi jangka panjang yaitu lima tahun atau lebih.

Dengan berinvestasi lebih lama membuat investasi yang kita tanamkan dapat melewati siklus pasar yang fluktuatif dan mengurangi dampak dari volatilitas jangka pendek. Hal ini tentunya membuat investor mendapatkan imbal hasil yang lebih stabil juga dapat memanfaatkan efek bunga majemuk di mana imbal hasil yang diperoleh dapat diinvestasikan kembali dengan begitu menghasilkan pendapatan tambahan.

Oleh sebab itu, beberapa jenis investasi yang cocok untuk jangka panjang. Di antaranya adalah saham, reksadana, deposito, dan SBN. Saat memilih saham dan reksadana kita harus melihat kinerja historis mereka terlebih dahulu. Jika perusahaannya memiliki catatan yang kuat serta merupakan perusahaan yang likuid hal tersebut menandakan bahwa perusahaan itu dapat kita pertimbangkan. Perusahaan yang likuid adalah perusahaan yang memiliki jumlah aset lebih banyak dibandingkan jumlah kewajibannya.  Selanjutnya Deposito dan SBN, keduanya merupakan investasi yang mirip di mana investor meminjamkan uang kepada pemerintah atau perusahaan untuk jangka waktu tertentu dan imbalannya investor menerima tingkat bunga atas pinjaman. OJK mencatat rata-rata suku bunga hasil deposito dengan jangka waktu lebih dari satu tahun sebesar 4,97%, sedangkan reksadana saham maupun saham memiliki return 3% hingga 5%.

Investasi yang baik mendiversifikasi portofolio sebagai strategi untuk mengurangi risiko yang diambil, seperti obligasi dan saham. Jika memilih saham sebaiknya pada saham-saham big caps seperti BBCA, BBRI, ASII, TLKM, dan lain sebagainya karena mereka akan tetap membagikan dividen meskipun dalam kondisi resesi dan mereka juga memiliki kapitalisasi pasar mencapai Rp100 Triliun. 

Kesimpulan

Resesi ekonomi tahun 2023 mungkin saja dapat terjadi sebagai hasil dari tindakan proaktif yang diambil oleh beberapa bank sentral untuk menaikkan suku bunga acuannya. Namun resesi ini juga berdampak pada seluruh lapisan aktivitas ekonomi di mana berpotensi melambatnya pertumbuhan ekonomi serta memicu gelombang pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran. Beberapa negara sudah berusaha menanggulangi efek resesi melalui serangkaian upaya, tapi tetap membutuhkan partisipasi aktif masyarakat dalam menangani isu resesi.

Investasi jangka panjang dapat menjadi sebuah solusi ketika menghadapi resesi. Meskipun demikian, investasi tidak semudah kelihatannya setiap individu harus menyesuaikannya dengan profil risikonya masing-masing yang didasari oleh tingkat toleransi terhadap fluktuasi nilai investasi. Pengelolaan investasi yang baik dapat membantu mereduksi risiko dengan cara diversifikasi portofolio dan menyeleksi instrumen investasi yang telah disesuaikan dengan profil risiko pribadi. Dalam konteks berinvestasi pemahaman mendalam sangat dibutuhkan dan diiringi oleh pertimbangan terkait jangka waktu dan tujuan investasi merupakan hal yang sangat penting.  Tindakan pengelolaan investasi yang baik akan membantu mengatasi resesi karena dengan berinvestasi mampu memberikan kontribusi bagi perorangan maupun negara.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//