• Liputan Khusus
  • Dilema Buruh-buruh Muda dalam Deru Pembangunan Majalengka

Dilema Buruh-buruh Muda dalam Deru Pembangunan Majalengka

Proyek-proyek infrastruktur besar mengubah wajah Majalengka. Menyedot tenaga buruh dengan upah murah, menggerus pertanian dan potensi ekonomi lokal.

Suasana lengang gapura Kertajati Industrial Estate Majalengka (KIEM), kawasan industri terpadu di lahan seluas 400 hektare di Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka, Sabtu 12 Agustus 2023. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)

Penulis Awla Rajul27 Oktober 2023


BandungBergerak.id - Pria-pria berbadan kekar berpose sambil mengangkat tumpukan genting tanah Jatiwangi, Jumat 11 Agustus 2023 malam. Otot-otot tubuh mengilap oleh baluran minyak kelapa. Wajah mereka cerah meski harus mengangkat beban lebih dari 10 kilogram di pundak kanan sambil menjepit enam biji genting lagi di jari-jari tangan kiri. Atau mengangkat tumpukan genting sambil menggigit satu genting utuh di mulutnya.

Para pria tersebut merupakan buruh pabrik genting Jatiwangi yang menjadi kontestan Binaraga Jebor, sebuah acara rutin yang digelar setiap tahun oleh Museum Genting Jatiwangi dan Jatiwangi Art Factory (JAF). Jebor merupakan sebutan warga lokal untuk pabrik genting tradisional yang banyak berdiri di Jatiwangi, Kabupaten Majalengka.

Kontes Binaraga Jebor, yang diharapkan menjadi petanda bahwa genting tanah sebagai produk lokal khas Jatiwangi tetap eksis, digelar dalam bayang-bayang deru pembangunan menjadikan Majalengka pusat industri baru di Jawa Barat. Sejumlah megaproyek dibangun di dataran yang berjarak sekitar 120 kilometer dari Kota Bandung ini, mulai dari Bandaran Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Tol Cikampek-Palimanan (Cipali), hingga Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) yang belum lama ini diresmikan. Majalengka, bersama sejumlah daerah lain di Pantai Utara (Pantura), juga menjadi bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) Segitiga Rebana.

Imbasnya, banyak perusahaan skala nasional mendirikan pabrik di Majalengka. Ekspansi pabrik-pabrik baru mau tak mau mendesak potensi-potensi lokal yang ada. Kini, baik pertanian maupun industri tradisional genting tanah, tergerus. Lahan pertanian dan jebor ditinggalkan tenaga kerja muda. Pamor genting Jatiwangi, usaha kerakyatan yang sudah bertahan selama lebih dari satu abad, memudar.

Muhammad Miftahul Firdaus, salah satu orang muda yang melihat laju pembangunan Majalengka dengan kacamata dilematis. Kehadiran pabrik industri ibarat koin dengan dua sisi. Di satu sisi, pabrik menjanjikan lapangan kerja baru, tapi di sisi lain terjadi alih fungsi lahan atau sawah yang berimbas pada usaha pertanian dan jebor-jebor genting. Petani kehilangan lahan garapan, sementara jebor-jebor kehilangan bahan baku, yaitu tanah merah yang berasal dari sawah.

“Akhirnya dari situ pabrik genting tutup-lah, gulung tikar-lah. Mungkin ada yang masih buka, tapi gak seramai dulu,” kata Daus, demikian lelaki 22 tahun itu biasa disapa, ditemui di salah satu kafe di Jatiwangi, Kamis, 7 September 2023 malam.

Daus, yang mengenakan sweater dan topi, lulus Jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) sebuah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada 2019. Dua tahun kemudian ia diterima bekerja di pabrik. Menurut kesaksiannya, hampir 85 persen teman sekelasnya kini bekerja di pabrik-pabrik yang tumbuh subur bak jamur di musim hujan sejak pembangunan Bandara Kertajati.

Aktif di Jatiwangi Art Factory (JAF), komunitas pemberdayaan masyarakat yang bergerak di bidang seni tanah di Jatiwangi, Daus memahami bahwa genting dan padi (pertanian) merupakan bagian dari identitas warga yang telah digeluti turun-temurun. Bersama seorang kawan, ia memperoleh penghasilan tambahan lewat usaha pengolahan padi. Mereka biasa mendatangkan padi dari Kecamatan Kertajati yang memang terkenal sebagai penghasil padi berkualitas. Sayang, justru kawasan inilah yang akan disulap menjadi pusat industri baru di Majalengka. Telah direncanakan pengembangan kawasan Aerocity yang berdampingan dengan Bandara Kertajati dan Kertajati Industrial Estate Majalengka (KIEM).

“Kan padi Kertajati itu bagus. Nah kalau emang jadi Segitiga Rebana, otomatis ya mereka (persawahan) hilang dong. Kayak contohnya pabrik genting makin hilang, gitu. Pasti yang ada nanti beras naik, beras mahal, susah nyari berasnya, susah cari makan. Pasti larinya ke situ,” ucap Daus.

Kabupaten Majalengka disiapkan menjadi kawasan industri baru di Jawa Barat sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2021 tentang Percepatan Pembangunan Kawasan Rebana dan Kawasan Jawa Barat Bagian Selatan. Adapun Kawasan Rebana yang dimaksud meliputi tujuh kabupaten dan kota seperti tercantum pada Pasal 2 ayat 1, yaitu Kabupaten Subang, Kabupaten Sumedang, Kabupatan Indramayu, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, dan Kabupaten Kuningan. Kawasan baru ini diklaim akan menyerap tenaga kerja sebanyak 4,49 juta orang.

Informasi rinci dua rencana terkait pengembangan Bandara Kertajati dan Aerocity serta pengembangan Kawasan Rebana tercantum dalam Peraturan Bupati (Perbup) Majalengka Nomor 6 Tahun 2023 tentang Rencana Pembangunan Daerah (RPD) Kabupaten Majalengka 2024-2026. Disebutkan ada lima tujuan penataan ruang Kabupaten Majalengka. Dua di antaranya adalah terwujudnya ruang untuk kawasan agropolitan dan minapolitan serta tersedianya ruang investasi melalui dukungan infrastruktur strategis guna mendukung dibangunnya BIJB Kertajati, Aerocity, kawasan industri, pariwisata, komersial, jasa, permukiman, dan lain-lain.

Pemerintah Kabupaten Majalengka juga menyiapkan lahan seluas 400 hektare untuk mengembangkan kawasan industri dengan nama yang terdengar modern: Kertajati Industrial Estate Majalengka yang disingkat KIEM. Kawasan ini terletak di Kecamatan Kertajati, tak jauh dari pintu keluar Tol Cisumdawu. Namun KIEM baru sebatas gapura di pintu masuk utama, jalan, dan pos pengamanan. Proyek ambisius ini belum sepenuhnya jalan.

Meski KIEM dan Aerocity telah disiapkan sebagai kawasan khusus industri, nyatanya pabrik-pabrik tersebar di sekujur Majalengka. Pembangunan pabrik-pabrik baru terkesan acak seperti tak direncanakan.

Berdasarkan pantauan BandungBergerak.id, di sepanjang Jalan Raya Bandung-Cirebon, Kecamatan Dawuan, misalnya, mudah sekali ditemukan pabrik, seperti PT. Gistex Garmen Indonesia, PT. Leetex Garment Indonesia, dan PT. Wika Industri dan Konstruksi.

Masih di jalan raya yang sama di wilayah Kecamatan Kasokandel, terdapat kompleks PT. Shoetown Kasokandel, PT. Shoetown Footwear Industrial Indonesia, dan PT. LYG Garment Indonesia. Ada juga PT. Citra Dimensi Arthali Majalengka (Cedea) di Kecamatan Palasah, serta PT. Kaldu Sari Nabati Indonesia dan PT. Kharisma Indah Bestari (Sampoerna) di Kecamatan Sumberjaya.

Di Kecamatan Jatiwangi, tuan rumah kontes binaraga jebor, terdapat pabrik PT. Diamond International Indonesia, PT. Delta Mate Majalengka, PT. Harapan Global Apparel, PT. Swift Ilsin Ots Indo, dan yang lain. Sementara itu di Kecamatan Ligung, berdiri kompleks PT. Hansae Indonesia Utama Majalengka dan PT. Shoetown Ligung Indonesia.

Sebuah kompleks pabrik yang dibangun tepat bersebelahan dengan lahan persawahan di JalanJatiwangi-Majalengka, Sabtu 9 September 2023.  (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)
Sebuah kompleks pabrik yang dibangun tepat bersebelahan dengan lahan persawahan di JalanJatiwangi-Majalengka, Sabtu 9 September 2023. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)

Pendapatan Pasti, Upah Rendah

Bagi angkatan muda yang enggan bekerja di sektor-sektor tradisional seperti pertanian ataupun jebor genting, bekerja di pabrik menjadi pilihan menarik. Tak mengherankan jika banyak orang muda Majalengka dan para pemburu kerja dari kabupaten-kabupaten tetangga berlabuh di pabrik-pabrik baru yang terus bermunculan. Alasan mereka cukup sederhana: pabrik memberikan kepastian pendapatan, yaitu upah sesuai standar UMK (Upah Minimum Kabupaten).

Diketahui, UMK Majalengka pada tahun 2023 ditetapkan sebesar 2.180.602 rupiah, bertambah sedikit dari tahun sebelumnya, yaitu 2.027.619 rupiah. Dalam daftar UMK ke-27 kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat, diurutkan dari nilai tertinggi, UMK Majalengka ada di urutan ke-22. Nilainya kurang dari separuh nilai UMK Kota Bekasi, sebuah kota industri, yang ada di puncak daftar dengan 5.158.248 rupiah atau juga nilai UMK Kabupaten Bekasi di peringkat ketiga dengan 5.137.575 rupiah.

Gaji setara UMK Majalengka dirasa pas-pasan saja untuk menutup biaya hidup, sebagaimana dituturkan Alsa, perempuan 20 tahun yang menjadi buruh pabrik tas. Dari rumahnya di Kecamatan Majalengka, dia “merantau” ke Kecamatan Jatiwangi yang berjarak 16 kilometer. AS tinggal di kamar kos di sekitaran pabrik dengan biaya sewa 600 ribu rupiah per bulan. Fasilitas kamar itu mencakup kasur, lemari, kipas angin, dan kamar mandi.

“Bersyukur aja,” kata Alsa, ditemui Jumat, 8 September 2023. “Ya dicukup-dicukupin.

Orang muda lainnya, NJ, 23 tahun, mengakui banyaknya pabrik di Majalengka membuat dia dan rekan-rekannya tak harus jauh-jauh mencari kerja. Namun, dia juga merasa upah yang diterima relatif masih rendah.

“Aku juga masih ada niatan ke kota sih, ngejar UMR tinggi itu. Enak kayaknya,” ungkap NJ, buruh yang bekerja di salah satu pabrik sepatu.

NJ tinggal bersama orang tuanya. Dia bisa membeli sepeda motor, berkat hasil jerih payahnya selama empat tahun bekerja sebagai buruh.

Cerita lainnya datang dari Yunita, 19 tahun, buruh pabrik garmen asal Indramayu. Setelah lulus Jurusan Teknik Komunikasi Jaringan sebuah SMK pada tahun 2021, dia sempat bekerja di sebuah pabrik plastik di Bandung, sebelum akhirnya memutuskan melamar kerja ke Majalengka. Dia ingin bekerja tak jauh dari rumah. Hidup di perantauan dengan upah pas-pasan membuat YS harus pintar-pintar mengatur keuangan.

“Harus pinter ngatur uang. Gaji UMR, lebih sih kalau ada lemburan. Kalau gak lembur, pas,” beber buruh perempuan ini.

YS mengaku gaji bulanannya dikelola sedemikian rupa sehingga cukup untuk membayar sewa kos bulanan sebesar 750.000 rupiah dan kebutuhan pribadi. Dia juga berusaha mengirimkan uang belanja untuk orang tuanya di Indramayu setiap bulan.

“Tapi ya kalau bisa UMR-nya dinaikin,” harapnya, dengan aksen khas Indramayu.

Tuntutan upah minimum Kabupaten Majalengka sudah lama disuarakan kaum buruh. Namun, jalannya tak pernah mulus. Tiga tahun lalu pandemi Covid-19 jadi hambatan. Kini giliran resesi global hingga konflik Rusia-Ukraina jadi alasaan. Padahal, dalam kurun waktu yang sama harga bahan bakar minyak (BBM) terus naik, membuat harga kebutuhan pokok ikut melambung.

”Apakah pemerintah bisa menjamin tidak ada kenaikan minyak (BBM) satu tahun?” ujar Ade Taufik, Ketua Bidang Advokasi Pengurus Cabang Aneka Industri (PC AI) Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Majalengka, dikutip dari laman Kompas.id (www.kompas.id/baca/nusantara/2022/11/20/kegalauan-buruh-majalengka-hadapi-upah-minimum-dan-ancaman-phk). “Namanya saja Pertamina, per tahun minyak naik.”

Baca Juga: Pabrik Genting Jatiwangi Bertahan dalam Ancaman Industrialisasi
Cara Perhutana Membangun Hutan di Majalengka ala Kavling Properti

Optimisme Presiden, Nestapa Petani

Bandara Kertajati tampak megah dari kejauhan. Berdiri di lahan bekas pertanian padi seluas sekitar 1.200 hektare, ia menjadi ikon baru yang dibanggakan oleh Pemerintah Provisi Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten Majalengka.

Namun dari dekat, suasana Bandara Kertajati lain sekali. Pada Jumat, 11 Agustus 2023 pagi, tak ada lalu-lalang penumpang, tak ada kendaraan yang parkir, pun tak ada penerbangan pesawat. Lengang. Usai diresmikan pada 24 Mei 2018, ditandai dengan pendaratan pesawat kepresidenan Republik Indonesia, bandara yang diklaim terbesar kedua di Indonesia itu seakan hidup segan mati pun tak boleh.

Di gedung terminal utama, hanya ada petugas keamanan yang berjaga dan petugas kebersihan yang bekerja. Para pengunjung hanya bisa mengakses beranda terminal. Pintu masuk kedatangan dan keberangkatan ditutup. Di beberapa tempat, langit-langit bandara runtuh.

Bandara Kertajati saat ini melayani dua penerbangan dalam seminggu, setiap Rabu dan Minggu. Hari Rabu adalah jadwal keberangkatan dan kedatangan untuk penerbangan dari dan ke Kuala Lumpur, Malaysia, dengan maskapai AirAsia, sedangkan hari Minggu penerbangan ke Jeddah untuk umrah. Penerbangan di hari lain untuk umrah dilakukan dengan sistem charter.

Suasana lengang Bandara Kertajati tidak menyurutkan optimisme Presiden Joko Widodo. Dalam siaran pers setelah peninjauan lokasi pada 11 Juli 2023, ia mengungkapkan rasa senang akan aktivitas bandara yang dinilainya sudah sangat baik. Selain dua hari jadwal penerbangan, bandara telah digunakan untuk embarkasi haji bagi kurang lebih 8 ribu orang jemaah dari tujuh kabupaten dan kota di Jawa Barat.

Tuntasnya pembangunan Tol Cisumdawu menjadi alasan untuk semakin optimistis. Jarak tempuh antara Bandung dan Bandara Kertajati yang terpangkas menjadi hanya kurang lebih satu jam diyakini bakal mempercepat perngembangan bandara.

“Dan, nantinya dimulai bulan Oktober akan operasi penuh, artinya dari Bandara Husein Kertanegara akan digeser ke Kertajati, utamanya untuk yang pesawat jet,” tutur Jokowi. (Setkab.go.id).

Dalam perencanaannya, Bandara Kertajati dibangun di lahan seluas 1.800 hektare dengan panjang runway empat kilometer. Namun saat ini belum semua lahan dibebaskan. Bandara baru memiliki satu landasan pacu sepanjang 3.000 meter dan bangunan terminal seluas 9,6 hektare. Infrastruktur besar yang juga akan dibangun berdampingan dengannya adalah Aerocity Majalengka, kota metropolis, bisnis, dan pariwisata seluas 3.480 hektare.

Pembangunan Bandara Kertajati termasuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) melalui Perpres No. 3 tahun 2016 dan Perpres No. 56 tahun 2018. Bersama Aerocity, proyek ini tercantum juga dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029 dan Perda Kabupaten Majalengka Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2011-2031.

Kertajati merupakan kecamatan terluas di Majalengka, dengan luas wilayah 138,36 kilometer persegi. Sudah sejak lama kawasan ini berkontribusi sebagai penghasil padi terbaik di Majalengka. Lahan Bandara Kertajati dulunya merupakan persawahan yang berada di lima desa, yaitu Desa Kertajati, Desa Kertasari, Desa Sukamulya, Desa Bantarjati, dan Desa Sukakerta.

Pembangunan infrastruktur raksasa harus dibayar mahal. Banyak petani merugi setelah melepas tanahnya. Sobirin, salah satunya. Rumahnya, yang terletak di Desa Sukamulya, tergusur. Nilai ganti ruginya hanya cukup untuk ongkos pindah, tak mampu menunjang kehidupan selanjutnya.

Menurut Sobirin, yang juga Ketua Serikat Petani Majalengka, persoalan yang dihadapi oleh para petani semakin menjadi-jadi setelah Bandara Kertajati dibangun. Mereka kesulitan menemukan lahan garapan baru. Para petani harus berebut untuk menggarap beberapa lahan sawah yang belum dibebaskan, menyewa lahan baru, atau menggarap lahan milik Perhutani. Gesekan antarpetani tak jarang terjadi.

Kehilangan rumah dan lahan subur, Sobirin dan keluarganya terpaksa mengelola lahan Perhutani di kawasan hutan telantar. Biaya produksi padi yang mahal membuat keuntungan bertani hanya cukup untuk menutupi modal.

“Dulu bisa biayain sendiri (modal produksi), dapat (modal) buat tahun depan, tahun depan lagi juga bisa. Sekarang mah nya boro-boro,” ujar Sobirin, saat ditemui di rumahnya, Jumat, 11 Agustus 2023.

Nestapa bisa jauh lebih dalam. Setelah melepas lahan, tidak sedikit petani berutang ke bank. Padahal sebelumnya, dari hasil bertani, mereka bisa hidup tanpa utang.

“Dulu tuh bandingannya biar pun sedikit (penghasilan) juga belum pernah yang namanya kita utang bank. Belum pernah dan enggak ngerti,” tutur Sobirin.

Iim (43 tahun) dan Enok (44 tahun) sedang merapikan genteng yang sudah dipres di salah satu pabrik genting di Desa Burujul Wetan, Jatiwangi, Majalengka, Jumat 8 September 2023. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)
Iim (43 tahun) dan Enok (44 tahun) sedang merapikan genteng yang sudah dipres di salah satu pabrik genting di Desa Burujul Wetan, Jatiwangi, Majalengka, Jumat 8 September 2023. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)

Jebor Kehilangan Orang Muda

Kabupaten Majalengka, yang terdiri dari 26 kecamatan, memiliki luas wilayah 1.204,24 kilometer persegi, atau hampir 10 kali lipat luas Kota Bandung. Jumlah penduduk salah satu daerah di kawasan Pantura ini tercatat sebanyak 1.335.460 jiwa. Jika Kertajati merupakan kecamatan terluas di Majalengka, Jatiwangi adalah kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak, yakni 91.808 jiwa.

Jatiwangi sudah lebih dari seabad lamanya dikenal sebagai pusat industri genting tanah tradisional. Tepatnya sejak 1905. Namun, seperti nasib lahan pertanian Kertajati yang semakin suram, kondisi jebor-jebor Jatiwangi kini juga kian merana. Jumlahnya berkurang, para pekerja mudanya menghilang.

Di sebuah jebor di Burujul Wetan, BandungBergerak.id bertemu dengan tiga pekerja perempuan, yaitu Iim (43 tahun), Enok (44 tahun), dan Entin (56 tahun). Sehari-hari, Iim dan Enok bekerja merapikan genting yang sudah dipres mesin sementara Entin, pekerja perempuan paling tua, bertugas membawa genting-genting itu ke rak-rak penjemuran.

Satu mesin pres genting di jebor membutuhkan empat hingga lima pekerja perempuan dan tiga pekerja laki-laki. Bayaran untuk perempuan lebih murah dibandingkan laki-laki. Buruh perempuan diupah 35 - 45 ribu rupiah per harinya, sedangkan laki-laki diupah 75 ribu rupiah.  

Iim sempat bekerja di pabrik garmen selama enam tahun, sementara suaminya bekerja sebagai sopir di Bandung. Sejak 2008 lalu, keduanya memutuskan bekerja di jebor genting agar tetap memiliki waktu untuk mengurus anak. Di pabrik genting Burujul Wetan, Iim bekerja dari pukul tujuh pagi sampai setengah tiga sore. Setiap jam sembilan dan 12 dia mendapatkan waktu istirahat yang dia pakai untuk pulang mengurus anak.

Iim risau membayangkan nantinya siapa yang akan melanjutkan usaha jebor. Orang-orang muda Majalengka enggan bekerja di pabrik genting. Mereka memilih bekerja di pabrik industri.

“Bau ceunah ke jebor mah, bau minyak,” ujar Iim dengan aksen khas Majalengka sembari secara telaten merapikan genting yang baru dicetak, Jumat, 8 September 2023. “Terus papanasan.”

Keengganan orang muda Jatiwangi bekerja di pabrik genting diungkapkan UAF, buruh di salah satu pabrik sepatu di Majalengka. Perempuan berusia 23 tahun ini lahir dari orang tua yang bekerja di pabrik genting. Namun tidak pernah terpikirkan olehnya keinginan untuk bekerja di bidang yang sama seperti mereka.

“Ya enggak cocok. Kan sekolahnya sampai SMA, ngapain kerja di pabrik genting?” katanya.

Bagi UAF, pabrik genting tradisional adalah tempat bermain sejak kecil. Dia sudah paham betul seluk-beluk jebor, termasuk beratnya pekerjaan menjadi buruh yang setiap hari harus beraktivitas di bawah suhu panas Jatiwangi. Dia juga tahu, kebanyakan buruh yang bekerja di pabrik genting adalah orang-orang yang putus sekolah atau para orang tua.

“Anak muda mah jarang gitu teh, soalnya berat kerjaannya,” imbuh buruh perempuan yang sudah lima tahun bekerja ini.

Keceriaan sebuah keluarga dalam kontes binaraga jebor Jatiwangi Cup 2023, di Jebor Super Dedi Soya, Blok Sabtu, Desa Burujul Wetan, Jatiwangi, Majalengka, Jumat 11 Agustus 2023 malam. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)
Keceriaan sebuah keluarga dalam kontes binaraga jebor Jatiwangi Cup 2023, di Jebor Super Dedi Soya, Blok Sabtu, Desa Burujul Wetan, Jatiwangi, Majalengka, Jumat 11 Agustus 2023 malam. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)

Masa Jaya di Masa Lalu

Pada masa jayanya, Desa Burujul Kulon dan Burujul Wetan merupakan daerah produktif penghasil genting. Jebor-jebor menjamur dan sanggup menyerap banyak tenaga kerja. Tak terkecuali orang-orang muda.

Kepala Desa Burujul Kulon Akhsan menuturkan, dulu setiap pabrik genting memiliki 10 mesin pres yang menyedot 80 orang pekerja. Ditambah puluhan orang pekerja lain yang bertugas menjemur dan membakar genting. Artinya, satu jebor bisa menyerap 150-200 orang tenaga kerja.

Namun kini nasib jebor genting merana. Di Desa Burujul Kulon, yang dihuni sekitar 7.200 orang, jebor diisi oleh warga yang berusia 40 tahun ke atas. Mereka yang berusia kurang dari 40 tahun memilih bekerja di pabrik yang bertebaran di Majalengka.

Selain ditinggalkan orang-orang muda yang memilih bekerja di pabrik, jebor-jebor juga kesulitan memperoleh bahan tanah akibat alih fungsi lahan sawah demi pengembangan kawasan industri. Belum lagi urusan pemasaran produk genting yang kian pelik karena harus bersaing dengan material penutup atap rumah yang semakin beragam.

“Tolong Jatiwangi jangan terlalu padat untuk pabrik karena kami butuh makan, butuh hidup juga dari pabrik genting,” ucap Abey Abey yang juga merupakan pengusaha genting, ditemui di Kantor Desa Burujul Kulon, Jumat, 8 September 2023. “Dan kami pun menyerap tenaga kerja.”

Abey meyakini bahwa jebor-jebor genting adalah pilar ekonomi Jatiwangi. Ketika daya beli genting turun, ekonomi masyarakat Jatiwangi pun lesu. Sang kepala desa mengusulkan agar pemerintah menerbitkan regulasi yang secara tegas mendukung industri genting rumahan, seperti instruksi penggunaan genting Jatiwangi dalam proyek-proyek pembangunan kawasan perumahan.

Berjatuhannya jebor-jebor Jatiwangi setidaknya mulai terjadi sejak tahun 2005. Kehilangan pekerja menjadi salah satu faktor terkuatnya. Ketika itu banyak pekerja perempuan di jebor yang mulai beralih ke pabrik garmen. Di saat yang sama, industri genting tradisional tidak mendapatkan sokongan serius dari pemerintah. Ia dibiarkan tergantung sepenuhnya pada daya beli masyarakat atau hukum pasar.

Kepala Museum Genting Jatiwangi Illa Syukrillah menyebutkan, keberadaan jebor-jebor genting telah lama menopang ekonomi dan pertanian Jatiwangi. Umumnya para buruh jebor adalah keluarga petani. Ketika musim tanam padi, semua buruh genting akan ke sawah. Saat musim tanam dan panen usai, mereka kembali bekerja di jebor. Sistem kerja ini membuat hubungan antaranggota keluarga tetap terjaga.

Dalam sejarahnya, duet jebor dan pertanian terbukti memiliki daya tahan untuk menopang ekonomi kerakyatan. Dalam krisis global tahun 1998, misalnya, Jatiwangi hampir sama sekali tidak merasakan imbas buruknya.

Illa mewanti-wanti agar ekspansi kawasan industri baru di Majalengka, khususnya di Jatiwangi, tidak menggerus potensi-potensi lokal yang telah ada. Jika industri tradisional dibiarkan mati karena pembangunan, bukan tidak mungkin nasib Majalengka akan berakhir seperti Cikarang. Dulunya memiliki juga budaya agraris, Cikarang sekarang dikenal orang dengan pabrik-pabrik belaka.

Illa yakin bahwa Jatiwangi masih memiliki posisi tawar dengan adanya pabrik genting yang bertransformasi mengembangkan produk terakota atau bahkan produk-produk lain lagi. Musuem Genting Jatiwangi, yang merupakan bagian dari JAF, misalnya, banyak bereksplorasi dengan karya-karya seni dari tanah agar memiliki nilai lebih. Acara tahunan Binaraga Jebor salah satunya.

“Saya masih yakin bahwa genting ini, kalau orang Jatiwangi masih bisa bertahan, masih bisa laku sampai akhir zaman pun,” ungkap Illa, ditemui di Posyandu Terakota, Kamis 7 September 2023. “Tidak ada material yang kuat ratusan tahun di bawah terik matahari dan hujan, selain tanah yang dibakar.”

Perjalanan untuk bertahan ini, diakui Illa, tidak akan mudah. Apalagi sampai saat ini jebor-jebor genting tidak mampu menawarkan apa yang diburu para pekerja muda, yaitu kepastian upah. Berbeda dengan pabrik-pabrik baru yang menawarkan penghasilan setara UMK, ikatan kerja yang jelas, serta jaminan kesehatan. Namun situasi ini tidak harus berakhir dengan punahnya industri genting tradisional Jatiwangi.  

“Ya gapapa pabrik itu (industri) ada, tapi yang ini (jebor) jangan hilang supaya nanti kita bisa punya tempat pulang sebagai industri rakyat kebanggaan,” ucap Illa.  

Camat Jatiwangi Momon Rukman menjelaskan, saat ini terdapat lebih dari 10 pabrik industri di Jatiwangi. Sebagian besar merupakan industri kering, seperti pabrik tas dan sepatu. Para buruhnya, yang jumlahnya ribuan orang, tidak hanya datang dari Jatiwangi, melainkan juga dari daerah-daerah tetangga.

Menurut Momon, nantinya jumlah pabrik industri di Jatiwangi akan dibatasi. Sesuai rencana pembangunan, industri akan diarahkan ke daerah utara, yakni Kecamatan Ligung, Kecamatan Kertajati, dan Kecamatan Jatitujuh. Laju industrialisasi jangan sampai menghilangkan eksistensi genting Jatiwangi.

“Tetap Jatiwangi harus ada genting. Hidup kami dari tanah. Harus ada nilai-nilai tanah di kami,” tuturnya, Jumat, 8 September 2023. 

Gerbang sebuah pabrik tas yang baru berdiri sekitar dua bulan di Lanud Sukani, Jatiwangi, Majalengka, Sabtu 12 Agustus 2023. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)
Gerbang sebuah pabrik tas yang baru berdiri sekitar dua bulan di Lanud Sukani, Jatiwangi, Majalengka, Sabtu 12 Agustus 2023. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)

Meninggalkan Pertanian

Kabupaten Majalengka dikenal sebagai salah satu lumbung padi bagi Jawa Barat. Sawah terhampar sepanjang mata memandang, membuat suasana tenang. Tak heran jika kabupaten ini pernah berjuluk “Kota Pensiunan”.

Kehadiran Bandara Kertajati dan pabrik-pabrik baru secara drastis mengubah narasi itu. Majalengka berada di ambang kawasan industri.

Pembangunan besar-besaran segera berimbas pada penciutan lahan sawah. Dalam kurun 2019-2022 secara konsisten luas lahan sawah di Kabupaten Majalengka menyusut. Menurut data Opendatamajalengka, luas sawah tadah hujan dan irigasi menciut dari 50.322 hektare pada 2019 menjadi 50.281 hektare (berkurang 41 hektare) pada 2020, kemudian menjadi 50.017 hektare (berkurang 264 hektare) pada 2021.

Berdasarkan dokumen Kabupaten Majalengka dalam Angka 2023, total luas sawah Majalengka pada tahun 2022 tercatat 49.465 hektare. Artinya, dibandingkan tahun sebelumnya, terdapat penyusutan lahan sawah sebesar 552 hektare. Kini sawah yang tersisa di Majalengka adalah lahan sawah tadah hujan seluas 13.364 hektare dan lahan sawah irigasi seluas 36.101 hektare.

Fenty Jimika dalam artikel “Dampak Pembangunan Bandara Kertajati Terhadap Struktur Perekonomian Majalengka” memaparkan bagaimana kontribusi kategori pertanian Majalengka mengalami penurunan, sementara kontribusii industri pengolahan dan konstruksi meningkat. Data ini merujuk pada data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Majalengka tahun 2013-2017. Kontribusi kategori pertanian terhadap PDRB Majalengka turun dari 28,15 persen pada 2013 menjadi 25,53 persen pada 2017. Kebalikannya, sumbangan kategori industri pengolahan terhadap total PDRB naik dari 12,90 persen pada 2013 menjadi 15,47 persen pada 2017. Sumbangan kategori konstruksi juga meningkat dari 10,95 persen pada 2013 menjadi 13,56 persen pada 2017.

“Struktur perekonomian Majalengka menunjukkan pergeseran semakin menguatnya peranan industri pengolahan. Kategori usaha pertanian sebagai kontributor tertinggi terhadap PDRB Majalengka mengalami penurunan yang disebabkan karena semakin berkurangnya lahan pertanian untuk pembangunan bandara dan pembangunan sarana berbagai kegiatan ekonomi non pertanian,” tulis Fenty, dalam artikelnya yang dimuat dalam Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis Universitas Majelengka, Vol. 3, No. 1, Mei 2019.

Merujuk data terbaru Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Majalengka Tahun 2022 yang diterbitkan BPS Kabupaten Majalengka pada Februari 2023, perekonomian Majalengka diketahui tumbuh sebesar 6,63 persen. Industri pengolahan berkontribusi sebesar 25,15 persen terhadap perekonomian Majalengka, sedangkan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan berkontribusi sebesar 21,23 persen.

Penyumbang laju pertumbuhan ekonomi terbesar juga berasal dari lapangan usaha industri pengolahan, yaitu sebesar 3,19 persen. Adapun usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan menyumbang laju pertumbuhan sebesar 1,04 persen. Dokumen menyatakan bahwa industri pengolahan di Majalaengka tumbuh secara signifikan sejak 2013: “Puncaknya terjadi di tahun 2021, di mana untuk pertama kalinya dalam sejarah perekonomian Majalengka, kontribusi lapangan usaha Industri Pengolahan mampu melebihi kontribusi dari lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan” (dokumen Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Majalengka 2022).

Industri pengolahan di Majalengka didominasi oleh industri tekstil, konveksi, dan alas kaki. Industri-industri ini berorientasi ekspor untuk memenuhi permintaan pasar Asia, Eropa, dan Amerika.

Dalam dokumen Rencana Pembangunan Daerah (RPD), diketahui jumlah perusahaan di Majalengka terus bertambah sejak tahun 2018 hingga 2022. Pada tahun 2018 ada total 751 perusahaan yang terbagi pada tiga kategori, yakni perusahaan mikro dan kecil 696 unit, perusahaan menengah 46 unit, dan perusahaan besar 9 unit. Pada 2023 jumlah total perusahaan meroket menjadi 11.302 usaha, terdiri dari 10.464 perusahaan mikro dan kecil, 332 perusahaan menengah, dan 515 perusahaan besar. Artinya, dalam kurun lima tahun, terdapat penambahan jumlah perusahaan besar hingga 406 unit.

Selama rentang periode yang sama, nilai investasi di Kabupaten Majalengka meningkat signifikan. Pada tahun 2018 nilai investasi Majalengka mencapai 1,289 triliun rupiah, lalu meroket menjadi 15,597 triliun rupiah pada 2022. Pada bagian arahan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Majalengka, disiapkan pula lahan seluas hampir 6.000 hektare untuk kawasan industri, industri dan sentra industri kecil dan menengah.

Dalam artikel risetnya, Fenty berharap agar pemerintah tetap memberikan perhatian pada penataan wilayah agar lahan-lahan potensial pertanian tidak ikut tergerus pembangunan pabrik, perumahan, serta infrastruktur lainnya, seperti kos-kosan untuk pekerja atau karyawan pabrik.

Suasana Jalan Nasional Bandung-Cirebon dengan sebuah kompleks pabrik garmen di Kecamatan Kasokandel, Kabupaten Majalengka, Sabtu 12 Agustus 2023. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)
Suasana Jalan Nasional Bandung-Cirebon dengan sebuah kompleks pabrik garmen di Kecamatan Kasokandel, Kabupaten Majalengka, Sabtu 12 Agustus 2023. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)

Menjadi Kabupaten Industri

Pemerintah Kabupaten Majalengka selalu optimistis dengan pembangunan yang sedang digenjot. Kehadiran Bandara Kertajati, Aerocity, kawasan industri, dan infrastruktur strategis nasional lainnya diharapkan sanggup mempercepat laju perekonomian sehingga memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat.

BandungBergerak.id mencoba mengngonfirmasi isu perihal upah dan kondisi ketenagakerjaan buruh kepada Kepala Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) Kabupaten Majalengka Arif Dayana, tetapi pesan WhatsApp berisi permintaan wawancara pada Senin 23 Oktober 2023 tidak berbalas. Keesokan harinya, pesan yang dikirimkan ulang, dan tiga kali upaya panggilan telepon, tidak mendapatkan tanggapan.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Kabupaten Majalengka, Iman Firmansyah tidak memungkiri terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi pabrik dan perumahan. Namun ia mengklaim bahwa penyusutan lahan pertanian tak akan berimbas terhadap industri genting tradisional sebab bahan bakunya memiliki zona khusus.

“Bahan baku untuk genting itu tanahnya tidak bisa sama di setiap daerah, jadi daerah situ (Jatiwangi),” katanya.

Iman mengaku tidak khawatir dengan ancaman penurunan produksi padi. Ia bahkan yakin, Majalengka masih tetap surplus padi hingga 2045 mendatang. Caranya, lahan-lahan pertanian yang berada di aliran irigasi didorong agar bisa panen tiga kali setahun dari biasanya dua kali. Selain itu, ada juga upaya untuk mencetak sawah-sawah baru dengan memanfaatkan lahan-lahan bekas galian. 

Dari sisi regulasi, Pemerintah Kabupaten Majalengka telah menetapkan Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan (LP2B) seluas 30.996,42 hektare, terdiri dari 28.352,75 hektare sawah dan 2.643,67 hektare tegalan atau lahan pertanian lainnya. Diketahui pada tahun 2022, luas sawah di Kabupaten Majalengka adalah 49.465 hektare. 

“Kita sudah menghitung, sehingga kalau kita bisa bertahan dengan kondisi luasan itu dan produksi bisa di atas 5,6 ton bahkan sampai delapan ton, insyaallah akan tercapai,” ucap Iman lewat sambungan telepon, Rabu 25 Oktober 2023. 

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kabupaten Majalengka Yayan Sumantri menyebutkan, banyak investor melirik kawasan ini karena situasi kondusif yang minim konflik, perizinan yang mudah, dan UMK yang kecil. Telah berfungsinya Tol Cikopo-Palimanan dan Tol Cisumdawu menambah daya pikat Majalengka. Investor-investor baru akan diarahkan untuk mengisi dulu kawasan-kawasan industri yang sudah ditetapkan.

“Majalengka harus bersiap menjadi kabupaten industri yang ditopang sektor pertanian, gitu atuh,” ungkap Yayan sambil terkekeh, di ruang kerjanya, Jumat, 11 Agustus 2023. “Nasib petani ya bagaimana dia bisa hidup dengan industri, tapi pertaniannya menjadi penopang utama.”

Demikianlah pembangunan di Majalengka menderu kian kencang menuju kabupaten industri, dengan segala imbasnya. Apa yang dikhawatirkan Daus, seorang buruh pabrik muda di Jatiwangi, barangkali memang sudah dan sedang terjadi.

 

*Reportase ini merupakan bagian dari kerja kolaboratif yang diinisiasi LBH Bandung dan BandungBergerak.id dengan dukungan Kurawal Foundation

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//