• Cerita
  • Sepi Malam Imlek di Tahun Politik

Sepi Malam Imlek di Tahun Politik

Malam imlek 2024 jatuh menjelang masa tenang pilpres 2024, tanpa atraksi tarian barongsai dan liong. Suasana sepi, tapi bukannya tanpa harapan.

Sebuah keluarga melakukan tradisi menyalakan lilin besar dan berdoa di malam imlek, Sabtu, 10 Februari2024 dini hari, di Vihara Dharma Ramsi, Bandung. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Prima Mulia11 Februari 2024


BandungBergerak.id - Tak ada keriuhan dan bising perkusi pengiring tarian barongsai dan naga di lorong Gang Luna yang berada di kawasan Pecinan Cibadak, Kota Bandung, selepas hujan lebat pada Sabtu, 10 Februari 2024, dini hari. Tak ada kerumunan warga dan pedagang di gang menuju Vihara Dharma Ramsi yang biasanya meriah saat tradisi sembahyang malam Imlek. Malam imlek bergulir dengan sederhana tanpa keramaian.

Jalan menuju vihara yang beberapa hari sebelumnya semrawut oleh atribut kampanye partai politik kini sudah bersih. Hanya ada satu bendera partai yang sudah kusam terlihat menjuntai di ujung gang.

Di dalam vihara, sekitar 100-an lilin besar berwarna merah mulai dinyalakan oleh petugas vihara. Sebagiannya dinyalakan untuk mewakili keluarga-keluarga yang tak hadir. Sejumlah kecil umat menyalakan sendiri lilin besar tersebut lalu berdoa bagi keluarga dan nenek moyang.

Tradisi sembahyang malam Imlek tahun ini tak dipadati umat seperti tahun-tahun sebelumnya, malah suasana di vihara Darma Ramsi nyaris lengang. Aroma dan kabut asap dari dupa yang dibakar tak lagi menyengat dan memedihkan mata. Mereka yang datang bisa berdoa dengan lebih khusyuk.

"Tak bisa semua (anggota keluarga) ke sini. Ya sama saja ya, yang penting doanya sampai,” kata seorang pria berusia 70 tahun yang menyalakan lilin untuk keluarga besar The Bun Tjang dan Shierley Purnama.

Setelah berdoa, umat biasanya berkumpul di ruang belakang vihara untuk sekadar mencicipi bubur kacang hijau hangat dan teh. Beberapa anggota kepolisian dan aparat keamanan terlihat berbincang di sana, termasuk intel berpakaian preman. Satu per satu umat masih terlihat datang dan pergi.

"Tahun ini kami tidak menggelar tarian barongsai dan liong. Tradisi dilaksanakan dengan lebih sederhana. Tahun politik lah ya, kita nggak ingin ada keramaian," kata Asikin, salah seorang pengurus vihara.

Masa tenang pemilihan presiden (pilpres) sudah menjelang. Hari pemungutan suara tidak lama lagi. Sepinya umat juga turut dipengaruhi ekonomi yang belum pulih benar akibat pandemi Covid-19, selain tentu ketiadaan atraksi tarian barongsai dan liong.

Lewat tengah malam, suasana di Jalan Cibadak, Kota Bandung, juga sepi. Tak ada lalu lalang umat di vihara-vihara di kawasan tersebut. Hanya ada satu dua pedagang atau kedai makanan yang tetap buka. Malam imlek tak semeriah tahun lalu.

Suasana sepi pada malam imlek di depan gerbang Vihara Dharma Ramsi, Bandung, Sabtu, 10 Februari 2024 dini hari. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Suasana sepi pada malam imlek di depan gerbang Vihara Dharma Ramsi, Bandung, Sabtu, 10 Februari 2024 dini hari. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Imlek adalah tradisi untuk menyambut musim tanam baru atau yang lebih dikenal dengan istilah tahun baru Cina. Tradisi ini bisa kembali dilakukan secara terbuka di Indonesia berkat keputusan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina.

Jatuh menjelang hari tenang, perayaan malam Imlek kali ini relatif sepi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tak hanya di Bandung, tapi juga di kota-kota lain di Indonesia, seperti Surabaya, Bandar Lampung, dan Lombok. Tahun baru dirayakan tanpa ledakan kembang api atau tarian barongsai dan naga. Di beberapa kota lain bahkan tidak digelar upacara.

Sepi tentu tidak harus sama dengan cemas. Tahun ini adalah tahun naga. Dalam tema perayaan imlek “naga terbang melayang kebahagiaan kampung halaman", tersimpan harapan dan optimisme tentang kehidupan yang kian selaras dalam keberagaman.

 

*Kawan-kawan dapat menikmati karya-karya lain Prima Mulia, atau artikel-artikel lain tentang isu Keberagaman

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//