• Berita
  • Situasi Rancaekek Setelah Diamuk Tornado, Peneliti Brin RI Mengkonfirmasi Ada Kaitan Pusaran Angin Puting Beliung dengan Alih Fungsi Lahan

Situasi Rancaekek Setelah Diamuk Tornado, Peneliti Brin RI Mengkonfirmasi Ada Kaitan Pusaran Angin Puting Beliung dengan Alih Fungsi Lahan

BMKG disarankan memasang alat analisis angin di kawasan Rancaekek atau daerah rawan puting beliung. Ruang terbuka hijau juga harus ditambah.

Kondisi kawasan Rancaekek, pascabencana angin topan, 22 Februari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Prima Mulia24 Februari 2024


BandungBergerak.id - Sehari setelah luluhlantak karena tornado, sebagian warga di perbatasan Sumedang dan Bandung timur menjemur perabotan rumahnya yang bisa diselamatkan, Kamis, 22 Februari 2024. Badan Riset Nasional (Brin RI) menyebut angin putting beliung yang melanda kawasan Rancaekek ini sebagai tornado pertama di Indonesia.

Selain merusak komplek pabrik tekstil, topan merusak 534 rumah di sejumlah perkampungan di Kecamatan Rancaekek, Cicalengka, dan Cileunyi di Kabupaten Bandung, serta Kecamatan Cimanggung, dan Jatinangor di Kabupaten Sumedang. Dampak kerusakan paling parah terjadi di Sumedang. Korban luka tercatat 31 orang berdasarkan data BPBD Jawa Barat.

Dari kekuatan dan daya rusaknya, BRIN menyebutkan fenomena angin topan ini adalah tornado yang pertama, dan masih terus diteliti, mengingat kawasan Bandung timur dan perbatasan Sumedang adalah kawasan rawan bencana angin kencang.

Namun Brin menyebut kejadian ekstrem ini sulit diprediksi. Hal ini dikarenakan selain terbatasnya data yang beresolusi tinggi, juga mekanisme pembentukan angin belum dipahami dengan baik dan sempurna. “Kejadian ini langka (jarang terjadi), apalagi kejadiannya di kawasan yang terletak di tengah daratan yang kecil kemungkinannya dibangkitkan oleh kumpulan awan-awan Cumulonimbus (Cb),” demikian pernyataan resmi Brin RI, diakses Sabtu, 24 Februari 2024.

Peneliti Senior Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN RI) Didi Satiadi mengatakan, fenomena yang terjadi di Rancaekek merupakan kejadian cuaca ekstrem yang memperlihatkan karakteristik puting beliung yang sangat kuat. Ditandai dengan area terdampak yang luas serta intensitas yang sangat kuat (menyebabkan bangunan rusak, kendaraan terguling, dsb).

Kondisi rumah pascaangin topan Rancaekek di Desa Sukadana, Kecamatan Cimanggung, Sumedang, 22 Februari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Kondisi rumah pascaangin topan Rancaekek di Desa Sukadana, Kecamatan Cimanggung, Sumedang, 22 Februari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Istilah puting beliung dikenal sebagai microscale tornado atau tornado skala kecil. Karena ukurannya yang lebih kecil daripada tornado yang biasa terjadi di daerah lintang menengah. Hasil analisis awal menunjukkan, penyebab dari kejadian puting beliung di Rancaekek, kemungkinan adalah terjadinya konvergensi angin dan uap air di daratan sekitar wilayah tersebut pada sore hari, yang menyebabkan pertumbuhan awan cumulonimbus yang sangat cepat dan meluas. Proses pembentukan awan membebaskan panas laten yang selanjutnya meningkatkan updraft (aliran udara ke atas).

Sebaliknya, updraft yang semakin kuat akan menumbuhkan lebih banyak awan. Siklus umpan balik positif ini, menyebabkan updraft menjadi semakin kuat dan dapat berputar karena adanya windshear (perbedaan arah/kecepatan angin). Kolom udara yang berputar semakin kuat dapat mencapai permukaan tanah dan menghasilkan puting beliung.

Didi menjelaskan perbedaan antara tornado dan puting beliung. Tornado biasanya terjadi dalam awan badai yang terbentuk sepanjang front (batas antara dua massa udara yang berbeda) atau di dalam awan badai supersel. Sedangkan puting beliung biasanya terjadi karena proses konveksi lokal di dalam awan badai dan biasanya berkaitan dengan downburst/microburst (aliran udara ke bawah) yang kuat.

Material bangunan roboh berceceran pascaangin topan Rancaekek di Desa Sukadana, Kecamatan Cimanggung, Sumedang, Kamis, 22 Februari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Material bangunan roboh berceceran pascaangin topan Rancaekek di Desa Sukadana, Kecamatan Cimanggung, Sumedang, Kamis, 22 Februari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Dari segi skala, tornado biasanya lebih besar dan lebih kuat, dengan angin yang lebih kencang dan diameter yang lebih besar. Daripada puting beliung yang biasanya lebih kecil dan kecepatan angin yang lebih rendah. “Sedangkan puting beliung kadang-kadang disebut sebagai microscale tornado karena lebih kecil daripada tornado yang terjadi di lintang menengah,” lanjut Didi.

Tornado dapat berlangsung hingga beberapa jam. Sedangkan puting beliung biasanya berlangsung lebih pendek hingga beberapa menit.

Tornado biasanya terbentuk di wilayah lintang menengah dengan gradien/perbedaan temperatur yang tinggi. Sedangkan puting beliung biasanya terbentuk di wilayah tropis, di mana konveksi sangat aktif karena kondisi atmosfer yang hangat dan lembap.

Selain itu, dampak dari tornado biasanya lebih dahsyat dibandingkan dengan puting beliung. Walaupun puting beliung juga cukup berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan lokal terutama di wilayah padat penduduk.

Alih Fungsi Lahan

Hal senada dikatakan Profesor Riset Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Brin RI Eddy Hermawan. Rancaekek merupakan kawasan yang terletak nyaris di tengah-tengah Pulau Jawa bagian barat.

Kawasan ini semula merupakan kawasan hijau, yang ditandai dengan banyaknya pepohonan. Artinya, lingkungannya masih relatif bersih. Namun, sekarang kawasan ini telah beralih fungsi, yang semula hijau, berubah menjadi kawasan industri. Kawasan seperti ini biasanya rawan diterjang pusaran angin.

“Dengan kata lain, terjadi perubahan tata guna lahan yang semula hutan jati, kini berubah menjadi hutan beton,” tegasnya.

Pabrik tekstil Kahatex yang atap bajanya runtuh tersapu angin topan di Desa Mangunarga, Sumedang, Kamis, 22 Februari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Pabrik tekstil Kahatex yang atap bajanya runtuh tersapu angin topan di Desa Mangunarga, Sumedang, Kamis, 22 Februari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Menurut Eddy, industri banyak menghasilkan gas emisi, di mana gas ini tidak dapat leluasa kembali ke atmosfer, akibat efek rumah kaca. Dengan Lama Penyinaran Matahari (LPM) lebih dari 12.1 jam, maka kawasan ini sangat panas di siang hari dan relatif dingin di malam hari.

Perbedaan suhu antara malam dan siang sangatlah besar. Tanpa disadari, kawasan ini tiba-tiba berubah menjadi kawasan bertekanan rendah. Kondisi seperti ini dimulai sejak 19 Februari 2024 dan di saat itulah, kumpulan massa uap air dari berbagai penjuru masuk ke Rancaekek.

Proses ini terjadi agak lama, sekitar 24-48 jam. Diawali dengan pembentukan bayi awan-awan Cumulus (dikenal sebagai Pre-MCS). Kemudian lambat laut membesar membentuk kumpulan awan-awan Cumulonimbus (Cb) yang siap untuk diputar hingga membentuk pusaran besar, dikenal sebagai puting beliung.

“Walaupun mekanisme agak komplek untuk dijelaskan secara rinci, namun dugaan kuat pusaran ini terjadi akibat adanya pertemuan dua massa uap air, dari arah barat dan timur, lalu diperkuat dari arah selatan Samudera Indonesia. Ketiganya berkumpul di satu kawasan yang memang telah mengalami degradasi panas yang cukup tajam,” jelas Eddy.

Hampir semua kejadian ekstrem seperti puting beliung di Rancaekek misalnya, hingga kini relatif sulit diprediksi kehadirannya. Selain terbatasnya data yang beresolusi tinggi, namun juga mekanisme pembentukannya, belum dipahami dengan baik dan sempurna.

Menurut Eddy, tornado di Rancaekek tergolong langka. Ia mengimbau kepada masyarakat, selain tidak usah panik secara berlebihan, yang lebih penting adalah ikuti terus informasi terkini yang diberikan oleh BMKG atau BPBD atau lainnya, pantau secara rutin (reguler). Tidak mengaitkan kejadian ini dengan hal-hal yang tidak masuk akal, tetap berpikir jernih dan logis.

Pabrik tekstil Kahatex yang atap bajanya runtuh tersapu angin topan di Desa Mangunarga, Sumedang,Kamis, 22 Februari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Pabrik tekstil Kahatex yang atap bajanya runtuh tersapu angin topan di Desa Mangunarga, Sumedang,Kamis, 22 Februari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Sudah saatnya masyarakat diberi pencerahan tentang kejadian-kejadian ektrem yang sepertinya akan bertambah di masa mendatang. Karena kejadian ini terkait erat dengan perubahan suhu udara dan perubahan tekanan udara yang tiba-tiba naik drastis. Maka, sudah saatnya dipasang alat pemantau perubahan tekanan, bisa barometer atau lainnya.

Dia juga berpesan, jangan menambah kerusakan linkungan. Perbanyaklah menanam pepohonan, back to nature agar laju global warming bisa kita redam.

“Puting beliung tidak bisa kita cegah (kita redam), namun tanda-tanda kehadirannya bisa kita lihat, mulai dari langit mulai gelap, kecepatan angin permukaan meningkat, suhu udara panas terik di siang hari, namun tiba-tiba mendingin di malam hari, dan lainnya,” tambahnya.

Baca Juga: Masyarakat Diharapkan Mewaspadai Ciri-ciri Datangnya Cuaca Ekstrem Angin Puting Beliung Seperti di Rancaekek
Rancaekek dan Sekitar Bandung Timur Sering Dilanda Angin Puting Beliung, Alih Fungsi Lahan dan Pemanasan Global Menjadi Faktor Pemicunya

Misteri Angin Puting Beliung Semakin Kuat

Kepala Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Albertus Sulaiman menjelaskan, angin puting beliung merupakan fenomena yang menarik dan masih merupakan buku terbuka karena sifatnya yang unik, terjadi di ekuator, secara spasial tidak terlalu besar dan berlangsung dalam tempo yang cukup cepat, sehingga sulit untuk di observasi. Dewasa ini angin puting beliung terjadi dalam intensitas (kekuatan) yang semakin besar dimana mulai mengancam masyarakat.

"Mekanisme penguatan ini masih misteri, dimana masalah ini juga terjadi pada gelombang ekstrem di laut. Penelitian yang intensif menunjukkan bahwa salah satu sumber utama terjadinya gelombang ekstrem adalah interaksi antar gelombang (gangguan yang menjalar) yang memenuhi Benjamin-Feir instability," ujar Sulaiman.

Rumah yang rusak tersapu angin topan Rancaekek di Desa Sukadana, Kecamatan Cimanggung, Sumedang, Kamis, 22 Februari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Rumah yang rusak tersapu angin topan Rancaekek di Desa Sukadana, Kecamatan Cimanggung, Sumedang, Kamis, 22 Februari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Menurut Sulaiman, kunci utama ada pada bagaimana memahami mekanisme pembentukan dan dinamika angin puting beliung di mana observasi/monitoring memegang peranan penting. Lembaga yang dapat melakukannya dengan durabilitas tinggi adalah BMKG.

BMKG perlu lebih banyak lagi memasang intrumen seperti Automatic Weather Station (AWS) dan radar dengan resolusi spasial dan temporal lebih tinggi di area yang sering terjadi puting beliung. Saat ini observasi puting beliung hanya muncul dari foto dan video yang dikirimkan dari saksi, tetapi ini juga sudah berarti.

Pusat Riset Artifisial Inteligen Brin telah menggembangkan algoritma pengenalan pola dari foto dan video. Pengabungan hasil pengenalan pola dan model deterministik (fluid dynamics) dapat digunakan untuk lebih memahami mekanisme pembentukan dan dinamika angin puting beliung dengan baik.

"Kerjasama antar disiplin ilmu dan partisipasi masyarakat, diharapkan mempercepat pemahaman kita tentang angin puting beliung sehingga deteksi dini, mitigasi dan adaptasi dapat dilakukan," pungkasnya.

*Kawan-kawan yang baik bisa membaca tulisan-tulisan lain dari Prima Mulia atau artikel lain tentang Bencana Alam

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//