KABAR DARI REDAKSI: Rapat Redaksi Terbuka#4, Memperluas Dampak dan Memperbanyak Konten-Konten Visual
Rapat Redaksi Terbuka BandungBergerak.id berlangsung di Aula Perpustakaan Ajip Rosidi. Masukan dari KawanBergerak mengalir hangat dan bermakna.
Penulis Awla Rajul4 April 2024
BandungBergerak.id - Rabu petang menjelang berbuka puasa, 3 Maret 2024, BandungBergerak.id kembali melakukan agenda Rapat Redaksi Terbuka yang keempat untuk menampung masukan, saran, hingga kritik dari KawanBergerak. Tak kurang dari 25 orang KawanBergerak hadir, baik individu, kolomnis, maupun perwakilan komunitas dan organisasi masyarakat sipil. Semuanya berkumpul di Aula Perpustakaan Ajip Rosidi, diiringi rintik hujan.
Tiga tahun sudah BandungBergerak.id mengisi bagian demi bagian dari lembaran kanvas kosong BandungBergerak.id yang dimulai sejak 28 Maret 2021. Dalam setiap proses pengisian kanvas itu, KawanBergerak, sapaan dari kami untuk audiens BandungBergerak, senantiasa setia menemani dan memberikan dukungan dengan berbagai macam cara.
Di luar hijan rintik-rintik tidak membuat suasana sendu, walaupun ada beberapa KawanBergerak yang datang kehujanan. Pertemuan kecil ini berlangsung dalam nuansa hangat, tanpa sekat, dan membahagiakan.
Rapat Redaksi Terbuka merupakan agenda rutin yang dilakukan BandungBergerak.id untuk menampung ide, saran, hingga kritik. Rapat redaksi pertama berlangsung secara tatap muka 13 April 2023 silam. Adapun dua rapat redaksi lainnya, berlangsung secara daring yang diikuti oleh lebih dari 30 KawanBergerak.
Pemimpin Redaksi BandungBergerak.id, Tri Joko Her Riadi mengawali jalannya rapat redaksi terbuka dengan menyampaikan terima kasih kepada KawanBergerak. Tak lupa, Joko juga mengulas sekilas awal berdirinya BandungBergerak di tahun pandemi. BandungBergerak sejak awal diniatkan menjadi media lokal yang memilih untuk berpihak kepada kebenaran.
Joko juga memperkenalkan visi, tagline, dan logo baru BandungBergerak.id yang telah diformulasikan ulang. BB diniatkan menjadi referensi utama yang membahas persoalan kritis tentang Bandung dengan tagline “Bercerita dari Pinggir”. “Bercerita” adalah komitmen BB untuk menyajikan jurnalisme yang bermutu nan menarik. Adapun “Pinggir” adalah komitmen BandungBergerak untuk menaruh keberpihakan pada yang terpinggirkan, termarjinalkan.
“Memilih menjadi media lokal kami sadar kami harus berada di lokasi, bersama komunitas,” ungkap Joko. Atas konsekuensi yang dipilih, BandungBergerak pun harus siap menghadapi tantangan untuk mengawal isu-isu prioritas.
Usai paparan singkat dari Joko, seluruh KawanBergerak dipersilakan menyampaikan tanggapan dan masukan. Ide-ide segar datang dan ditampung, menjadi cat dan kuas untuk mewarnai lembaran kanvas BandungBergerak di tahun-tahun berikutnya.
Baca Juga: KABAR DARI REDAKSI: Tiga Tahun BandungBergerak.id
KABAR DARI REDAKSI: Rapat Redaksi Terbuka Pertama
KABAR DARI REDAKSI: BandungBergerak.id Membutuhkan Dukunganmu
Memperkaya Visual dan Memperluas Dampak
Perwakilan Forum Tamansari Bersatu Eva Eryani mengapresiasi dan berterima kasih kepada KawanBergerak yang telah bersolidaritas untuk korban penggusuran Tamansari. Eva berharap, BandungBergerak dan KawanBergerak tetap bersolidaritas dengan teman-teman komunitas maupun yang terpinggirkan.
Eva menyarankan agar BandungBergerak memperbanyak podcast-podcast di YouTube. Konten audio-visual akan memudahkan audiens untuk mengaksesnya di saat mereka sedang beraktivitas. Sebagai seorang penjahit, Eva terkadang kesulitan menyediakan waktu membaca. Konten visual akan memudahkan menyimak konten jurnalistik sambil tetap menjahit.
Perwakilan LBH Bandung Dalwa Tajul juga menyarankan BandungBergerak untuk memperkaya konten-konten audio-visual. Ia berharap, isu-isu kritis bisa dibuatkan konten visual yang lebih ringan agar mudah dipahami oleh banyak kalangan. Cara ini juga dapat memperluas jangkauan audiens BandungBergerak.
“Kalau kita bisa mengcounter yang lagi ramai, memasukkan konten yang termarjinalkan, itu bisa jadi lebih banyak yang melihat,” saran Dalwa.
Perwakilan dari Aksi Kamisan Bandung, Fayyad pun menyarankan pembuatan konten audio-visual. Ia menawarkan ide cukup nyeleneh, agar BandungBergerak membuat akun-akun alter yang berisi konten-konten meme, shitposting, yang bertujuan untuk “lucu-lucuan”. Meski demikian, konten-konten lucu itu tetap berkonteks terhadap persoalan yang tengah ramah diperbincangkan.
“Bisa jadi itu jadi pintu masuk bagi yang gak suka baca tulisan panjang,” sarannya.
Bergerak ke persoalan audiens, Andily Aprilia dari Great UPI meminta agar BandungBergerak bisa “masuk” ke seluruh kalangan anak muda, bukan hanya audiens dengan latar belakang pergerakan. Andily juga menyarankan agar BandungBergerak bisa menjadi semacam hub bagi kawan-kawan pers mahasiswa (persma) se-Bandung Raya.
Di samping itu, Andily menyarankan sebuah program yang tengah trend dilakukan anak muda, yaitu baca buku bersama. BandungBergerak bisa mengusung program baca buku jurnalisme bersama yang dikemas ala anak muda. BandungBergerak memiliki banyak koleksi buku-buku jurnalisme yang dapat dipinjam oleh KawanBergerak. Bukan mustahil, program macam ini dilakukan. Tunggu tanggal mainnya, KawanBergerak!
Masih pada persoalan audiens, seniman pantomime, Wanggi Hoed juga mendorong BandungBergerak agar menjangkau seniman-seniman lain di Bandung. Sebab, informasi terkait seni perlu diperluas lagi sehingga lebih inklusif lagi.
Bicara soal inklusivitas, sepanjang BandungBergerak bernapas, merupakan sebuah kehormatan bagi media kecil ini yang dipercaya untuk melakukan reportase hingga program dengan berbagai pihak dari lintas agama, gender, maupun kelompok. Inklusivitas ini didorong untuk terus dipertahankan.
“Barangkali BandungBergerak bisa mempertahankan inklusi itu,” ungkap perwakilan dari Jakatarub, Aizal.
Selain itu, kolomnis sejarah, Hafidz Azhar mendorong agar grup Whatsapp KawanBergerak memiliki SOP maupun aturan. Hal itu perlu dilakukan untuk menghindari perdebatan yang nirfaedah. Grup audiens BandungBergerak seharusnya diisi dengan informasi yang penting dan bermanfaat untuk sesama.
Hafidz juga mengapresiasi, BandungBergerak merupakan wujud mimpi sebuah media ideal yang pernah didiskusikan bersama komunitas literasi pada kegiatan Festival Buku Biru 2019 lalu.
Ada banyak masukan dan saran dari KawanBergerak lainnya, seperti ajakan untuk terus berkolaborasi, melakukan penerbitan zine kolaboratif, mengadakan diskusi kelompok terpumpum terkait persoalan guru yang diakomodir melalui kolom khusus, memberi ruang untuk dunia sastra, menyajikan informasi yang berkualitas, maupun ajakan untuk terus bersolidaritas bagi yang terpinggirkan.
Rapat redaksi terbuka ditutup dengan buka puasa dan foto bersama. Senang sekali bisa menjaga tradisi ini untuk menampung suara-suara dari seluruh KawanBergerak. Melalui agenda rutin ini, BandungBergerak merasa tidak jalan sendirian, tetapi bergandengan.
Karena kita akan tetap di pinggir, tapi dengan lebih erat bergandeng tangan.
*Kawan-kawan bisa membaca Kabar dari Redaksi dalam tautan ini