Meninjau Penciptaan Bumi Berdasarkan Al-Qur'an dan Geosains
Tulisan ini mencoba mencari tahu salah satu aspek dari hubungan Al-Qur'an dan geologi yaitu mengenai satuan dari masa atau periode penciptaan bumi.
Johan Arif
Peneliti Geoarkeologi & Lingkungan di ITB, Anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung.
5 April 2024
BandungBergerak.id – Banyak orang termasuk ilmuan tidak percaya akan adanya hubungan antara Al-Qur'an dengan sain, karena kebanyakan dari mereka masih terpengaruh oleh teori pemikiran materialis. Model pemikiran materialis ini berkembang pada abad ke-18-19 di Eropa sebagai akibat dari adanya pertentangan antara kaum agamawan –terutama agama Yahudi dan Kristen- dengan kaum ateis. Adapun sains adalah perwujudan rasionalitas manusia yang berusaha menjawab semua pertanyaan yang timbul dari pikiran manusia.
Skema Al-Qur'an dan Geo-arkeologi adalah kajian ayat-ayat sains dan sejarah dalam Al-Qur'an yang di kaitkan dengan hasil temuan-temuan dalam bidang sains historis yaitu geologi dan arkeologi. Tulisan ini mencoba mencari tahu salah satu aspek dari hubungan Al Quran dan geologi yaitu mengenai satuan dari masa atau periode penciptaan bumi.
Al-Qur'an melukiskan penciptaan bumi berlangsung dalam enam periode atau masa (As Sajdah 32:4, Al Hadiid 57:4, Al Furqaan 25:59). Keenam masa ini kemudian dibagi lagi menjadi dua yaitu penciptaan bumi itu sendiri yang berlangsung dalam dua masa dan empat masa berikutnya adalah proses pelamparan bumi (Fushshilat 41:9-10) yang berlangsung hingga sekarang. Tidak diketahui apakah satuan dari masa tersebut, apakah dalam satuan hari, bulan, tahun atau jutaan hingga milyaran tahun
Dalam surat Al Mu'min 40:57 disebutkan bahwa proses penciptaan alam semesta ini (termasuk bumi) adalah lebih besar daripada penciptaan manusia. Makna kalimat “lebih besar” dalam Al Mu'min 40:57 ini diduga ada hubungannya dengan proses yang lebih lama karena penciptaan terjadi secara bertahap bukan seketika (Ar Ruum 30:8).
Konsep penciptaan alam semesta dan bumi dikutip – antara lain dalam Al Anbiyaa 21:30. Menurut surat ini, alam semesta (langit) dan bumi sebelumnya bergabung menjadi satu dan kemudian terpisah satu sama lainnya. Sementara, ahli kebumian menduga bahwa proses pemisahan tersebut melalui suatu ledakan yang sangat dahsyat, seperti yang dikemukakan oleh Edwin Hubble pada tahun 1929 dengan teorinya big-bang.
Baca Juga: Pelesir Beracun ke Situs Geologi Curug Jompong
Tim Geologi ITB Mengajak Siswa Memahami Ancaman Tsunami
Hikayat Mesin Tua Thomson Mencetak Al Quran Braille
Penciptaan Bumi berdasarkan Geosains
Para ahli geosains (ilmu kebumian) menggunakan informasi dalam batuan –khususnya batuan sedimen yang mengandung fosil– untuk mengungkap sejarah bumi. Korelasi stratigrafi di seluruh dunia adalah salah satu keberhasilan terbesar ilmu kebumian pada abad ke-19. Dengan menggunakan fosil dan korelasi stratigrafi, kekosongan dalam catatan stratigrafi di suatu tempat dapat di isi dengan menggunakan bukti dari tempat lain. Melalui korelasi dari seluruh dunia ini, ahli geologi membuat Skala Waktu Geologi atau Skala Waktu Stratigrafi. Sebuah diagram komposit yang menunjukkan suksesi dari semua strata yang diketahui, dipasang bersama dalam urutan kronologis, berdasarkan fosil dan bukti umur relatif lainnya. Fosil yang digunakan untuk merekonstruksi sejarah bumi ini terutamanya adalah fosil invertebrata laut karena penyebarannya di muka bumi lebih luas.
Kolom Skala Waktu Geologi telah dibangun dengan susah payah oleh banyak ilmuwan yang bekerja selama bertahun-tahun pada abad ke-19 dan kemudian untuk mengkorelasikan hubungan umur relatifnya dengan umur absolutnya (numerik) maka dilakukan penanggalan radiometrik.
Pada Skala Waktu Geologi dibedakan empat satuan waktu yaitu Eon, Era, Perioda, dan Zaman. Eon terdiri dari empat satuan waktu yaitu Hadean, Arhean, Proterozoik dan Fanerozoik. Tiga urutan yang pertama termasuk zaman Prakambrium. Hadean bukan istilah stratigrafi resmi karena tidak ada lapisan batuan yang sesuai. Batuan paling purba yang tersingkap di bumi dianggap berumur Arhean.
Prakambrium
Menurut para ahli kebumian, proses awal penciptaan bumi terjadi pada zaman Prakambrium. Tetapi sebagian besar sejarah bumi (~88%) yang terletak pada zaman Prakambrium ini masih sedikit yang kita ketahui.
Batuan-batuan yang berumur Prakambrium sebagian besar ditemukan pada sisa-sisa benua yang dikenal sebagai Kraton. Kraton didefinisikan sebagai wilayah kerak benua yang secara tektonik stabil selama kurang-lebih 500 juta tahun. Kerak yang paling tua diduga berumur sekitar 4,5 miliar tahun.
Umur Bumi
Beberapa mineral dapat dipakai untuk menentukan umur batuan. Dengan metode ini umur Bumi diperkirakan sekitar 3,5-6,6 milyar tahun (Ga). Sedangkan umur alam semesta diperkirakan sekitar 13,8 milyar tahun (Ga).
Skenario Penciptaan Bumi Berdasarkan Al Quran & Geosains
Proses pembentukan bumi berlangsung secara bertahap dalam masa yang sangat lama. Menurut Tuhan Sang Pencipta, waktu penciptaan Alam Semesta dan Bumi terjadi dalam waktu satu hari atau kurang. Seperti yang dijelaskan dalam surah As Sajdah 32:5 bahwa satu hari dalam pengertian skala waktu Tuhan tidak sama dengan perhitungan manusia
Jika usia Bumi dianggap sekitar 13 milyar tahun (Ga) maka skenario penciptaan Bumi berdasarkan apresiasi Al-Qur'an dan Ilmu Kebumian dapat digambarkan sebagai berikut: dua masa sebagaimana dikutip dalam Al Fushishilat 41:9 mungkin berkorelasi dengan zaman Hadean. Kemudian, empat masa berikutnya seperti yang dikutip dalam Al Fushishilat 41:10 mungkin berkorelasi dari Arhean hingga terjadinya hari Kiamat mengingat proses alam seperti pelapukan, erosi, sedimentasi, kebencanaan (gempa bumi) dan lain-lain akan terus berlangsung hingga akhir zaman.