• Narasi
  • TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Cinta Romantis Giuseppe Ursone dan Anna Carolina van Dijk

TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Cinta Romantis Giuseppe Ursone dan Anna Carolina van Dijk

Para mandor bercerita bagaimana Giuseppe Ursone yang tegas dan tak kenal basa-basi berjalan mondar-mandir dengan wajah gugup. Sang juragan sedang jatuh cinta!

Malia Nur Alifa

Pegiat sejarah, penulis buku, aktif di Telusur Pedestrian

Giuseppe Ursone, duduk kiri depan, dengan istrinya Anna Carolina van Dijk di kompleks Baru Ajak, Lembang. (Sumber foto: wereldculturen.nl)

16 April 2024


BandungBergerak.id – Mendengar lirik lagu yang sedang viral di media sosial sekarang: “Kita bikin romantis... bikin paling romantis....”, saya langsung teringat kisah cinta paling romantis yang saya peroleh ketika meriset  sejarah kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, selama delapan tahun. Sebuah kisah yang lahir di bekas peternakan dan perkebunan tua N.V. Baroe Adjak atau Baru Ajak.

Cerita itu datang dari beberapa orang narasumber yang sudah seperti keluarga saya sendiri, karena saking intensnya pertemuan. Tokoh utamanya, sang pendiri N.V. Baroe Adjak, Giuseppe Ursone, dan seorang janda cantik dari Batavia yang nantinya oleh warga Lembang sering disebut Tante Dei atau Deetje.

Ursone bersaudara adalah keluarga Italia pertama yang menjalankan bisnis perkebunan dan peternakan di kawasan Bandung Raya. Pada awalnya, sang kakak, Pietro Antonio Ursone, hendak mendaftarkan diri menjadi seorang tentara KNIL, namun di Batavia dia bertemu seorang perwira tinggi militer bernama John Henrij van Blommestein. Pertemuan inilah yang mengubah nasib Ursone bersaudara.

John Henrij meminta Pietro untuk membantunya mengolah sebuah kawasan bekas permukiman yang ditinggalkan oleh para pengikut Andries de Wilde. Kawasan tersebut dahulu bernama Gunung Lembang. Pada masa pendudukan orang-orang Portugis Kreol, kawasan ini merupakan habitat dari anjing hutan yang oleh warga setempat sering disebut ajag. Itulah sebabnya pada perkembangannya kawasan tersebut terkenal dengan sebutan Baroe Adjak.

Giuseppe Ursone tiba di Hindia bersama sang ibu yang sedang mengandung. Namanya Maria Ursone, seorang janda. Oleh John Henrij, Giuseppe ditugaskan untuk mengelola lahan kosong luas yang akan dijadikan peternakan sapi, berbeda dengan sang kakak, Pietro, yang telah lebih dulu mengelola perkebunan kina di sana.

Bukan perkara mudah bagi kedua Ursone bersaudara untuk mengemban tugas di tempat baru. Terkadang mereka merasa frustasi dan ingin kembali ke Belanda. Beruntung John Henrij van Blommestein mampu menyalakan kembali semangat kedua Ursone bersaudara tersebut sehingga pada akhinya N.V. Baroe Adjak berkembang menjadi sebuah perusahaan besar. 

Semua kesibukan dan target yang harus dikejar setiap hari membuat kedua Ursone bersaudara sempat memikirkan soal percintaan. Banyak waktu mereka habis di tempat kerja.

Anna Carolina van Dijk bersama mantan suami dan ketiga anaknya di Batavia. (Sumber foto: wereldculturen.nl)
Anna Carolina van Dijk bersama mantan suami dan ketiga anaknya di Batavia. (Sumber foto: wereldculturen.nl)

Baca Juga: NGULIK BANDUNG: Kisah Keluarga Ursone, dari Pemusik Hingga Menjadi Juragan Susu di Bandung (1)
NGULIK BANDUNG: Kisah Keluarga Ursone, dari Pemusik hingga Menjadi Juragan Susu di Bandung (2

Jatuh Cinta

Pada suatu hari yang dingin, Giuseppe Ursone baru saja selesai berkeliling peternakan dengan membawa senapan karena terkadang banyak pencuri yang datang ke peternakan Baru Ajak untuk mencuri anak sapi atau anak babi. Ia dikagetkan dengan suara seorang wanita bersama ketiga anaknya yang sedang bermain di wilayah kebun rumput untuk pakan ternak. Sosok wanita itu mampu membuat Giuseppe mematung untuk beberapa saat. Kelu kahabisan kata-kata dan tidak memiliki keberanian untuk mendekat.

Setelah beberapa lama, Giuseppe pun mengetahui sang wanita tersebut sedang menginap di sebuah rumah peristirahatan yang dikelola oleh Nyonya Homann. Lambat laun, ia merasakan ada yang berbeda dengan hatinya. Sebuah perasaan yang pernah ia rasakan sebelumnya. Namun karena usia yang sudah tidak lagi muda, Giuseppe memendam perasaan itu dalam-dalam.

Tak berselang lama, sang kakak, Pietro, mengetahui gelagat tak biasa dari sang adik. Keduanya lalu berbicara. Berkat dorongan Pietro, akhirnya Giuseppe memberanikan diri untuk mengenal sosok wanita tersebut lebih jauh.

Hal lucu yang banyak dikisahkan narasumber ketika para mandor kandang melihat kelakuan yang tidak dari yang sering disebut “Juragan Anom”. Sosok yang mereka kenal tegas dan tidak suka basa-basi itu terlihat mondar-mandir tak keruan wajah yang sangat gugup. Ketika tahu bahwa juragan mereka sedang jatuh cinta pada seorang tamu di rumah Nyonya Homann, para mandor dan pekerja itu pun tertawa girang.

Wanita pujaan Giuseppe  bernama Anna Carolina Van Dijk, janda dari seorang pegawai pemerintahan di Batavia. Keduanya bercerai karena Anna sering mendapatkan perlakuan kasar dari sang mantan suami. Kedatanganya ke Lembang, dengan mengajak tiga orang anak hasil pernikahannya, adalah upaya  titirah untuk jiwa dan raganya.

Selama di Lembang, Anna tinggal di sebuah penginapan tertua yang bernama Beau Sejour, sebuah hotel yang awalnya dirintis oleh istri Franz Junghuhn dan kemudian dioper kepada Nyonya Homann dan anak dari suami pertamanya, Van Gent.

Jarak antara peternakan Baru Ajak dan hotel Beau Sejour hanya dipisahkan oleh sebuah kebun tempat diletakannya batang-batang kina dari perkebunan Baru Ajak. Kebun ini nantinya akan menjadi lahan untuk dibangunnya Hotel Lembang (sekarang Grand Hotel Lembang) oleh sepasang suami istri berkebangsaan Austria.

Lambat laun Giuseppe dan Anna sering bertemu untuk sekadar melakukan obrolan ringan di teras kediaman keluarga Ursone. Beberapa pekerja mengaku sering melihat mereka berjalan santai di antara pepohonan kina.

Tentang kelanjutan hubungan keduanya, lagi-lagi John Henrij van Blommestein tampil ke depan. Ia menyuruh Giuseppe untuk lekas melamar Anna. Cinta sejati tidak datang untuk kali kedua, katanya, maka kejarlah. Suara khas dan lantang John Henrij ini membuat Giuseppe tersentak dan cepat- cepat pergi untuk melamar Anna sebelum sang pujaan hati itu kembali ke Batavia.

Menanggapi lamaran tersebut Anna ragu. Trauma pernikahan yang dia dapatkan sebelumnya belum benar-benar pulih. Lagi pula dia telah memiliki tiga orang anak perempuan yang belum tentu akan diterima dengan baik oleh Giuseppe.

Lagi-lagi berkat peran John Henrij, Anna berhasil diyakinkan bahwa Giuseppe adalah sosok tepat yang akan menghadirkan kebahagiaan bagi dia dan ketiga putrinya.

Pernikahan sederhana antara Giuseppe dan Anna digelar di sebuah kapel di kawasan Baru Ajak. Sampai sekarang, tempat sakral ini dinamai gedung Deetje, merujuk pada panggilan sayang Giuseppe kepada sang istri.

Keluarga Giuseppe dan Anna bermukim di kediaman keluarga Ursone di Lembang yang kelak menjadi kompleks pabrik farmasi bernama Carlo Erba Farmintalia. Pasangan baru ini dikaruniai seorang putra yang diberi nama sama dengan sang paman, yaitu Pietro Antonio Ursone.

Sayangnya usia pernikahan Giuseppe dan Anna tidaklah lama. Ketika sang anak berusia hampir tiga tahun, Anna meninggal dunia karena sakit. Dia dimakamkan di mausoleum Kebon Jahe sebelum akhirnya dipindahkan ke Mausoleum Pandu, Bandung, dengan nama A.C. Ursone van Dijk.

Sejak kepergian Anna, Giuseppe tidak pernah menikah lagi. Dia tetap melakukan pekerjaannya dengan baik sambil mengurus tiga anak sambung dan satu anak buah pernikahan dengan Anna. Giuseppe meninggal dalam usia senja di kamp interniran khusus orang Italia di kawasan Gudang Selatan dan dimakamkan mausoleum Pandu, Bandung.

 

*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain tentang Sejarah Lembang

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//