• Narasi
  • TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Patung Melia di Grand Hotel Lembang

TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Patung Melia di Grand Hotel Lembang

Alexandro Ursone mengukir sosok perempuan pribumi yang dipujanya dalam wujud Patung Melia. Sempat menghiasi rumah utama di kompleks perkebunan Baru Ajak di Lembang.

Malia Nur Alifa

Pegiat sejarah, penulis buku, aktif di Telusur Pedestrian

Patung Melia di Grand Hotel Lembang, Kabupaten Bandung Barat (2023). (Foto: Malia Nur Alifa)

23 April 2024


BandungBergerak.id – Apabila kita mengunjungi Grand Hotel Lembang, sebuah hotel tua yang sekarang menjadi ikon bangunan cagar budaya di Lembang, kita akan terhipnotis oleh sebuah kemisteriusan sebuah patung wanita yang berada di sisi selatan hotel. Semua narasumber saya mengatakan itu adalah sosok Melia. Bahkan gedung utama dari Grand Hotel Lembang pun dinamai gedung Melia. Selama aku tinggal di Lembang sejak 1994, aku pikir patung tersebut  adalah salah satu  mitologi Yunani bernama Aphrodite.  

Disela-sela meriset kawasan Baru Ajak, terkadang aku selalu menanyakan prihal sejarah patung tersebut kepada beberapa orang yang aku temui. Setelah beberapa tahun melalukan riset  akhirnya aku menemukan benang merah dari kisah patung Melia.

Patung tersebut awalnya berada di sebuah rumah utama milik John Henrij Van Blommestein di Baru Ajak. Patung ini berada tepat dihalaman yang melingkar indah tepat didepan rumah tersebut. Ternyata patung tersebut dibuat oleh bungsu dari keluarga Ursone yang bernama Alexandro Ursone.

Tidak ada narasumber yang dapat memastikan tahun berapa patung itu dibuat, namun seorang narasumber mengatakan bahwa Alexandro membuat patung itu untung mengenang seorang wanita pujaannya. Ketika pasca pandemi, akhirnya saya bertemu dengan mantan pegawai pabrik farmasi milik Ursone bersaudara, Carlo Erba Farmintalia. Sang narasumber mengatkan bahwa sososk Melia tersebut adalah seorang wanita Pribumi yang dijadikan simpanan oleh Alexandro. Wanita yang malang, karena sosok Alexandro ini terkenal memiliki sifat yang flamboyan dan doyan gonta- ganti pasangan, namun pada sosok Melia inilah ia melabuhkan seluruh hatinya.

Patung Melia 1960-an, koleksi Gracia Hakkert. (Foto: Dokumentasi Malia Nur Alifa)
Patung Melia 1960-an, koleksi Gracia Hakkert. (Foto: Dokumentasi Malia Nur Alifa)

Baca Juga: NGULIK BANDUNG: Kisah Keluarga Ursone, dari Pemusik Hingga Menjadi Juragan Susu di Bandung (1)
TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Cinta Romantis Giuseppe Ursone dan Anna Carolina van Dijk

Patung Melia

Entah dari mana Melia ini berasal, namun sudah bisa dipastikan nama aslinya bukanlah Melia. Hingga ketika Jepang menduduki Lembang, kawasan rumah mewah dan kapel di Baru ajak dijadikan kamp Internir, dan patung Melia ini dipindahkan untuk menutupi sebuah sumur  atau lubang tempat dikuburnya korban kekerasan seksual para tentara Jepang.

Sumur atau lubang itu diameternya kurang lebih 2 meter, namun entah kedalamannya berapa meter. Patung Melia tersebut dipakai untuk menutupi itu semua, dan hingga hari ini patung tersebut masih berada lokasi sumur atau lubang tersebut.

Setelah meriset beberapa lama akhinya kisah Melia ini saya angkat dengan kisah para wanita pribumi lainnya di Lembang ke dalam sebuah buku berjudul “ 9 Kisah Wanita Pribumi Lembang di Masa Lalu”. Setelah buku tersebut terbit, salah satu rekan saya bernama Karguna Purnama Harya menambahkan hasil risetnya tentang sosok Melia ini.

Melia adalah sebuah nama pulau di Yunani, versi prancisnya yaitu Milo dan versi Inggrisnya adalah Melo. Karena sebuah patung Aprhodite ditemukan disebuah pulau yang bernama Milo hingga patung tersebut diberi nama Venus Melo atau Venus Melia,  dan kini patung tersebut berada di museum Louvre, Perancis.

Jadi kesimpulannya adalah, saking menakjubkannya sosok wanita Pribumi ini dimata Alexandro Ursone, ia mengukirnya kedalam sosok Venus Melia, dan membuat sosok Melia ini menjadi sangat melegenda di Lembang hingga hari ini. Dan patung Melia tersebut seperti mewakilkan kisah  –kisah tragis para wanita yang terkubur dibawahnya hingga kini.

*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain tentang Sejarah Lembang

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//