• Berita
  • Darurat Demam Berdarah Dengue, Kabupaten Bandung Barat Mencatat 14 Kasus Kematian

Darurat Demam Berdarah Dengue, Kabupaten Bandung Barat Mencatat 14 Kasus Kematian

Kunci pencegahan penularan Demam Berdarah Dengue (DBD) ada di pemberantasan sarang nyamuk secara konsisten dan bersama-sama. Fogging saja tidak akan efektif.

Data jumlah kasus demam berdarah dengue atau DBD di Kota Bandung 2007-2021 menunjukkan tren tingkat kematian yang meninggi. (Olah data: Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)

Penulis Muhammad Akmal Firmansyah16 Mei 2024


BandungBergerak.id – Serangan penyakit Demam Berdarah Dengeu (DBD) masih harus diwaspadai di Bandung Raya, khususnya di Kabupaten Bandung Barat. Selama empat bulan awal tahun 2024 angka kematian akibat DBD di Kabupaten Bandung Barat mencapai 14 orang dari total DBD sebanyak 1.943 kasus.

Kecamatan Cililin berada di posisi pertama dengan kasus DBD terbanyak, yaitu 348 kasus, Kecamatan Lembang 307 kasus, dan Kecamatan Cipongkor 138 kasus. “Terbanyak kematian di Kecematan Cipeundeuy empat orang, Lembang 4 orang, dan Kecamatan Padalarangg 2 orang, ” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Bandung Barat Nurul Rasyihan, dihubungi BandungBergerak, Selasa, 14 Maret 2024.

Meskipun begitu, pelaksanaan pengasapan (fogging) telah dilakukan sebagai upaya pemberantasan nyamuk Aedes aegypti, vektor pembawa virus penyakit menular ini.   “Untuk fogging sudah dilakukan sebanyak 44 kali dari APBD,” sebut Nurul.

Nurul mengatakan, insidens rate (IR) kasus DBD di Kabupaten Bandung Barat 92 kasus per 100.000 penduduk. Artinya dari 100.000 penduduk Kabupaten Bandung Barat terdapat 92 kasus DBD. Sedangkan, dari case fatality rate (CFR) total 0,76 persen dari seluruh penduduk Bandung Barat di antaranya meninggal karena DBD.

Nurul menjelaskan, berdasarkan tren seharusnya kasus DBD sudah menurun antara awal Mei sampai April 2024. Namun, karena faktor cuaca dan lingkungan membuat penyebaran nyamuk DBD terus terjadi. Pemberantasan sarang nyamuk sangat diperlukan, yaitu dengan cara 3M Plus yaitu mengguras tempat penampungan air secara rutin, menutup rapat semua tempat menyimpanan air, dan memanfaatkan limbah barang bekas yang bernilai ekonomis agar tidak menjadi tempat genangan air.

Nurul menegaskan, gerakan pemberantasan sarang nyamuk 3M Plus lebih efektif daripada fogging. Ia menghimbau supaya masyarakat bisa selalu menerapkan 3M Plus dengan maksimal agar bisan menekan penyebaran DBD. 

“Kita terus lalukan edukasi dan sosialisasi secara masif oleh seluruh puskesmas yang ada di Bandung Barat,” tandas Nurul.

Sebelumnya diberitakan, jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia terus melonjak dalam empat bulan pertama tahun 2024 ini. Per akhir April 2024, Kota Bandung menyumbang jumlah kasus terbanyak dengan 3.468 kasus, sementara Kabupaten Bandung menyumbang jumlah kasus kematian terbanyak dengan 29 kasus.

Merujuk data Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang dimutakhirkan secara rutin, diketahui bahwa sampai minggu ke-17 tahun 2024 ini tercatat sebanyak 88.593 kasus DBD di seluruh Indonesia dengan total 621 kasus kematian.

Di Jawa Barat, selain Kota Bandung, ada tiga kabupaten dan kota yang ada di daftar lima besar penyumbang terbanyak kasus DBD secara nasional, yakni Kabupaten Tangerang, Kota Bogor, dan Kabupaten Bandung Barat. Sementara itu, sebagai penyumbang kasus kematian tertinggi, selain Kabupaten Bandung di urutan pertama, ada Kota Bekasi dan Kabupaten Subang di urutan ketiga dan keempat.

Total sampai 30 April 2024 Kemenkes mencatat terdapat 88 kasus DBD, angka kematian karena DBD sebanyak 621 kematian. Kasus dengue/DBD terlaporkan dari 456 kabupaten/kota di 34 provinsi. Kematian akibat dengue terjadi di 174 kabupaten/kota di 28 provinsi.

Baca Juga: Darurat Demam Berdarah Dengue, Kota Bandung Kerap Memiliki Angka Kasus DBD Tertinggi di Jawa Barat
Masyarakat Jawa Barat Diingatkan Selalu Mewaspadai Demam Berdarah Dengue
Data Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Bandung 2007-2021: Mewaspadai Tingkat Kematian yang Meninggi

 

Penelitian Nyamuk Demam Berdarah Dengeu

DBD menjadi salah satu permasalahan kesehatan dunia, terutama di negara-negara tropis dengan vektor utama Aedes aegypti. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan spesies ini selain menyebabkan dengue juga membawa penyakit lain mulai dai cikungunya, yellow fever, dan zika. 

DBD pertama kali ditemukan DBD di Pulau Jawa, Indonesia pada 1968. DBD hingga saat masih fluktuatif kasusnya, pengendalian vektor dengan berbagai metode sudah dilakukan. Pengendaliannya sendiri memilki dua cara, pertama desain vaksin atau obat dan pengendalian vektor atau nyamuk. Hingga saat ini beberapa kandidat vaksin sudah dalam tahap uji-uji efikasi dan belum digunakan secara luas sampai pengendalian vektor atau nyamuk ini sangat penting dilakukan.

Peneliti Ahli Muda, Kelompok Riset Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis pada Manusia Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN Beni Ernawan mengatakan, pengendalian dengue mengacau pada stranas pengedalian dengue tahun 2021-2025. Banyak cara yang harus sinergi dari manajemen survilens, keterlibatan masyarakat, akses tata laksana dengue dan manajemen vektor.

“Komitmen dari semua stakeholder dan tentunya kami sebagai peneliti harus berkontribusi tentang pengembangan kajian metode yang efektif dalam mengendalikan dengue salah satunya yaitu pengendalian teknik serangga mandul (TSM),’’ kata Beni pada Webinar Nasional Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis.  Diakses, Rabu 15 Mei 2024.

Menurut Beni, teknik pengendalian serangan madul dipelopori peneliti asal Amarika Edward F Knipling. Knipling telah mengimplimentasikan metode ini sejak tahun 50-an di benua Amerika dengan mengeliminasi parasit ternak cochliomyia hominivoral atau melepaskan jantan mandul.

“Hal ini merupakan debut dari keberhasilan TSM atau Sterile Insect Technique (SIT) pengendalian parasit ternak. Kemudian dilakukan pengendalian untuk lalat buah di Jepang di pulau Okinawa, selanjutnya lalat Tse-tse Glossina austeni di Tanzania Afrika,” terangnya 

“Secara prinsip sebenarnya SIT atau TSM ini relatif mudah. Akan tetapi hal ini merupakan rangkaian tahapan pekerjaannya banyak. Pertama serangga itu harus direaring atau dipelihara secara masal di fasilitas tertentu, kemudian dipisahkan jantan dan betinanya. Lalu jantannya kita mandulkan dengan energi pengion bisa dari gamma, x-ray atau yang lain. Selanjutnya jantan itu kita bawa dan transportasikan ke area yang akan dituju. Sehingga jantan mandul tadi akan kawin dengan betina yang ada di alam,’’ tutur Beni.

Beni mengatakan dari hasil perkawinan, mereka bertelur namun tidak menetas. Hingga, melepas periodik jantan mandul itu diharapkan populasi serangga tergetnya akan menurun.

Melepaskan jantan mandul menjadikan rasio jantan dibanding populasi normalnya sembilan banding satu. Menurut Beni, apabila melepas sebanyak lima kali akan menurun atau tereradikasi.

Namun, penggendalian dengan cara TSM merupakan salah satu metode alternatif untuk mengendalikan vektor dengue. Metode ini perlu dikombinasikan dengan teknik lain dengan kerangka dari integrated vector management

*Kawan-kawan dapat membaca karya-karya lain dari Muhammad Akmal Firmansyah, atau artikel-artikel lain tentang Demam Berdarah Dengue (DBD)

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//