• Narasi
  • Perubahan Iklim dan Hancurnya Kerajaan Akkadia

Perubahan Iklim dan Hancurnya Kerajaan Akkadia

Runtuhnya kerajaan Akkadia di Mesopotamia Selatan pada 4 ribu tahun yang lalu adalah contoh dari katastrofe yang diduga bertepatan dengan perubahan iklim.

Johan Arif

Peneliti Geoarkeologi & Lingkungan di ITB, Anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung.

Wilayah Kerajaan Akkadia (kiri). Patung Raja Sargon (kanan). (Foto: Dokumentasi Johan Arif)

1 Juni 2024


BandungBergerak.id – Iklim adalah cuaca rata-rata yang terjadi dalam periode yang panjang (tahunan, puluhan hingga jutaan tahun). Sedangkan cuaca (weather) adalah keadaan temperatur, tekanan udara, angin, hujan di lapisan atmosfer yang dekat dengan permukaan bumi (yaitu troposfer), yang terjadi sekarang atau dalam periode pendek (jam, hari, minggu). Iklim selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu. Perubahan iklim yang terjadi pada masa yang lalu umumnya disebabkan oleh faktor alam, tetapi untuk masa sekarang tampaknya iklim dan perubahannya faktor manusia juga turut terlibat.

Kontribusi manusia (industri, pemakaian bahan bakar fosil dll.) terhadap perubahan iklim antara lain menyebabkan naiknya konsentrasi CO2 di atmosfer. Hal ini akan berdampak terjadinya pemanasan global yang mengakibatkan terganggunya iklim di bumi, dan ini semua akan menyebabkan masalah lingkungan.

Naiknya konsentrasi CO2 di atmosfer mengakibatkan pemanasan global, terganggunya iklim di bumi, dan menyebabkan masalah lingkungan. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Naiknya konsentrasi CO2 di atmosfer mengakibatkan pemanasan global, terganggunya iklim di bumi, dan menyebabkan masalah lingkungan. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)

Setiap 10 tahun atau lebih, bumi mengalami perubahan iklim yang mengakibatkan antara lain kekeringan yang panjang (mega-drought). Ada beberapa kemungkinan dampak dari bencana kekeringan yang panjang ini –ada yang menyebutnya sebagai Kiamat Ekologi– karena akan menimbulkan kekacauan di dalam suatu masyarakat di suatu negara. Munculnya frasa kiamat ekologi mungkin merupakan perkembangan ideologi yang paling signifikan di dunia barat sejak runtuhnya Marxisme.

Negara atau kota bisa punah atau hilang karena katastrofe. Katastrofe diartikan sebagai malapetaka atau bencana yang luar biasa menimpa kehidupan manusia beserta budayanya, dan pemulihan dari dampak tersebut memerlukan waktu yang lama atau bahkan tidak mungkin untuk dipulihkan seperti sediakala.

Bencana alam yang digolongkan sebagai katastrofe. Beberapa di antaranya termasuk ke dalam bencana geologi, seperti banjir, gempa bumi, gunung api, longsor, dan tsunami. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Bencana alam yang digolongkan sebagai katastrofe. Beberapa di antaranya termasuk ke dalam bencana geologi, seperti banjir, gempa bumi, gunung api, longsor, dan tsunami. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Penyebab kebencanaan ada banyak, tetapi yang banyak dibicarakan orang adalah mulai dari masuknya benda luar angkasa ke dalam bumi, letusan gunung api yang mengakibatkan gagalnya pertanian, munculnya kembali zaman es, serta penyakit yang bersifat epidemik. Tetapi jarang orang berpendapat bahwa perubahan iklim juga berpotensi terhadap kebencanaan, misalnya kekeringan yang panjang (mega drought).

Dalam tulisan ini diceritakan sekelumit kisah katastrofe atau bencana yang terjadi di Kerajaan Akkadia pada zaman Holosen Tengah; sekitar 4.000 tahun yang lalu.

Silsilah para penguasa kerajaan Akkadia yang berkuasa selama 180 tahun. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Silsilah para penguasa kerajaan Akkadia yang berkuasa selama 180 tahun. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)

Baca Juga: Siapa Nenek Moyang Ki Sunda?
Menyelisik Situs Megalitik Gunung Padang di Cianjur
Menyusuri Fosil-fosil Manusia dari Kawasan Asia

Akkadia

Kerajaan Akkadia adalah kekaisaran pertama yang muncul di dunia. Kerajaan ini terletak di kawasan Mesopotamia Selatan, yaitu wilayah yang berada di Asia Barat yang terletak dalam sistim sungai Efrat dan sungai Tigris. Kerajaan ini mencapai puncak kekuasaannya pada akhir zaman Holosen Tengah. Setelah berkuasa selama kira-kira dua abad, kerajaan Akkadia akhirnya punah secara tiba-tiba pada 4.2 ribu th yl. Ahli sejarah banyak mengatakan bahwa pendiri dari Kerajaan Akkadia adalah Sargon. Dia dan penerusnya mewariskan kepada dunia sebuah konsep kekuasaan yang tidak hanya melibatkan kekuatan militer. Mereka memerintahkan ketaatan bukan hanya dengan memenangkan pertempuran dan menimbulkan rasa takut pada musuh mereka, namun juga dengan menegakkan ketertiban, menegakkan keadilan, dan bertindak sebagai perwakilan dewa-dewa di bumi yang ditakuti dan dipuja oleh rakyat mereka.

Rekonstruksi perubahan iklim yang terjadi di belahan bumi utara pada zaman Holosen. Iklim pada zaman Holosen di belahan bumi utara yang relatif lebih hangat (ditandai dengan tingginya muka air laut) dibandingkan pada zaman Plestosen. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Rekonstruksi perubahan iklim yang terjadi di belahan bumi utara pada zaman Holosen. Iklim pada zaman Holosen di belahan bumi utara yang relatif lebih hangat (ditandai dengan tingginya muka air laut) dibandingkan pada zaman Plestosen. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)

Menurut ahli geoarkeologi, runtuhnya kekaisaran Akkadia di Mesopotamia Selatan secara tiba-tiba pada 4.2 ribu tahun yang lalu adalah contoh dari katastrofe yang diduga bertepatan dengan perubahan iklim dari panas ke iklim dingin yang panjang dan kering. Sebelum keruntuhan terjadi Kerajaan Akkadia berada pada puncak kesuksesan selama kurang lebih 100 tahun. Ketika sampai pada akhir dari zaman Holosen Tengah kira-kira pada 4,2 ribu tahun yang lalu terjadi penurunan temperatur.

Data sedimen laut dalam dari teluk Oman yang tinggi kadar dolomite dan kalsit yang menandakan temperatur yang dingin di daratan. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Data sedimen laut dalam dari teluk Oman yang tinggi kadar dolomite dan kalsit yang menandakan temperatur yang dingin di daratan. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)

Terjadinya Katastrofe Berdasarkan Al-Qur’an

Bencana alam termasuk bencana geologi yang disebutkan di atas bukan penyebab dari kebencanaan atau katastrofe. Dalam Al-Qur’an ada banyak cerita mengenai hal ini dan karenanya kita disuruh untuk mempelajari katastrofe (bencana) yang pernah menimpa negeri umat-umat pada masa lalu seperti umatnya Nabi Nuh as dan Nabi Huud as. Menurut Surat Yusuf 12:109, penyebab dari kehancuran suatu umat pada masa yang lalu karena umat-umat tersebut berbuat kezaliman.

Skenario kehancuran  kota dan peradaban (Al-Qur’an Surat Yusuf 12:109; Al Mukminuun 23:33-44). (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Skenario kehancuran kota dan peradaban (Al-Qur’an Surat Yusuf 12:109; Al Mukminuun 23:33-44). (Foto: Dokumentasi Johan Arif)

Dalam Al Mukminuun 23:33-44 diceritakan bagaimana skenario kehancuran tersebut berlaku. Pertama-tama Allah SWT mengutus para Pengingat (nabi, orang-orang saleh dsb.) untuk mengubah kezaliman yang berlaku di suatu masyarakat di suatu kota. Usaha ini mungkin berjalan beberapa tahun, tetapi tidak berhasil bahkan para Pengingat itu di ejek, di usir bahkan di bunuh. Pada akhirnya, Allah SWT membinasakan mereka yang zalim dengan serta merta yang terjadi pada malam hari atau siang hari (7:4). Tetapi bagi penduduk yang beriman, mereka tidak dibinasakan (misalnya 28:58). Kehancuran itu terjadi secara bertahap dalam masa transisi (13:41). Kehancuran secara bertahap ini dapat berupa berbagai masalah hidup (ekonomi, penyakit, banjir, kekeringan dll.) (16:112). Hal ini  yang mungkin sebagai penyebab dari kehancuran Kerajaan Akkadia melalui kebencanaan kekeringan yang panjang (mega-drought). Lalu, apa bentuk kezaliman mereka?

*Kawan-kawan bisa membaca artikel-artikel lain tentang Situs Geologi

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//