• Pemerintah
  • DATA JUMLAH PENDUDUK PENGANUT KEPERCAYAAN DI JAWA BARAT 2013-2023: Menurun secara Signifikan

DATA JUMLAH PENDUDUK PENGANUT KEPERCAYAAN DI JAWA BARAT 2013-2023: Menurun secara Signifikan

BPS Jawa Barat mencatat jumlah penganut kepercayaan (penghayat) cenderung menurun. Tahun 2014 bahkan pengurangannya mencapai 2.124 jiwa.

Penulis Reza Khoerul Iman26 Juli 2024


BandungBergerak.id - Penduduk penganut kepercayaan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Di Jawa Barat, tidak sedikit komunitas masyarakat penganut kepercayaan yang memilih mempertahankan tradisi warisan leluhur mereka meski jumlahnya yang tidak sebanyak dulu. Salah satunya adalah penghayat Sunda Wiwitan Cigugur yang berpusat di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. 

Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat, jumlah penduduk penganut kepercayaan di Jawa Barat selama periode 2013-2023 mengalami tren penurunan yang signifikan. Pada tahun 2013 jumlah penduduk penganut kepercayaan mencapai 9.963 orang dan terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Penurunan yang paling signifikan terjadi pada tahun 2014, dari 9.963 orang pada tahun sebelumnya menjadi 7.839 orang atau berkurang sebanyak 2.124 orang.

Sementara itu, laporan jumlah penduduk penganut kepercayaan paling rendah terjadi ketika pandemi Covid-19 melandai, yakni pada tahun 2022 dengan jumlah sebanyak 3.264 orang. Pada tahun 2023, tercatat kenaikan meski tidak signifikan, menjadi 3.275 orang. 

Baca Juga:Cerita tentang Keberagaman bagi Para Penghayat Cilik
Laga Para Penghayat Muda
Himpunan Penghayat Kepercayaan Berharap Dibentuknya Kementerian Khusus Kepercayaan dan Agama Leluhur

Deni Miharja dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, dalam artikel jurnal berjudul “Perilaku Keberagamaan Masyarakat Sunda Jawa Barat”, menyebutkan bahwa terancamnya tradisi dan budaya lokal disebabkan oleh modernisasi. Kondisi ini membuat masyarakat menjadi semakin asing dengan budayanya sendiri. 

“Mayoritas masyarakat lebih memilih untuk memamerkan dan menggunakan seni dan budaya modern dibandingkan dengan budaya yang berasal dari daerahnya sendiri, seperti budaya lokal atau budaya yang berhubungan langsung dengan karakter bangsa,” tulisnya, diakses Kamis, 18 Juli 2024.

*Artikel ini merupakan kerja sama antara BandungBergerak dan INFID melalui program PREVENT x Konsorsium INKLUSI sebagai bagian dari kampanye menyebarkan nilai dan semangat toleransi, kebebasan beragama dan berkeyakinan, serta inklusivitas.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//