• Opini
  • MAHASISWA BERSUARA: Pentingnya Rumah Nyaman untuk Kesehatan Mental

MAHASISWA BERSUARA: Pentingnya Rumah Nyaman untuk Kesehatan Mental

Memiliki rumah yang nyaman dan penuh kasih sayang serta lingkungan sosial yang mendukung menjadi hal penting untuk menjaga kesehatan mental individu.

Jagat Maulana Tirta Chandra

Mahasiswa Jurusan sastra Inggris dan Penjurusan Peminatan Jurnalistik Universitas Pasundan (Unpas) Bandung

Ilustrasi. Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. (Ilustrator: Bawana Helga Firmansyah/BandungBergerak.id)

30 Juli 2024


BandungBergerak.id – F adalah seorang pemuda berusia 21 tahun yang telah menghadapi depresi sejak usia 18 tahun. Kisahnya dimulai di saat orang tuanya sering kali bertengkar di rumah, dan pada akhirnya orang tuanya bercerai karena ibunya diketahui menjalin hubungan dengan pria lain. F juga sering di buly teman-teman sebayanya di sekolah karena ia punya sifat pendiam dan tidak mau melawan. Setelah orang tuanya bercerai dan F tinggal bersama ayahnya. F anak tunggal. Ia merasa terus ditekan oleh ayahnya agar langsung mencari pekerjaan dan berhenti sekolah padahal ia sangat ingin berkuliah di salah satu universitas di Depok. Hal-hal membingungkan, tidak ada tempat untuk bercerita, lingkungan yang buruk menjadi sebuah pukulan keras terhadap kesehatan mental F sampai-sampai ia mengalami depresi.

Tidak hanya mengalami depresi, dalam perjalanannya F mencoba mencari pelarian dari kecemasan dan tekanan yang menghimpitnya. Namun, upaya tersebut sering kali berujung pada tindakan yang merugikan dirinya sendiri. F juga melakukan self-harm sebagai bentuk ekspresi dari kecemasan dan tekanan yang ia rasakan, Bahkan F pernah membuat heboh satu perumahan setelah meminum segelas obat nyamuk sebagai usaha untuk melarikan diri dari beban yang ia rasakan.

Tidak hanya F, kasus serupa juga dialami oleh A, seorang remaja berusia 22 tahun yang mengalami depresi setelah kehilangan Ayahnya yang meninggal akibat Covid -19. Setelah kejadian tersebut A mau tidak mau harus menjadi tulang punggung keluarga bagi ibu dan 2 adik perempuannya. Merasa terbebani dengan tanggung jawab yang besar di usianya yang tergolong muda, A sering merasa stres dan tertekan, kondisinya juga diperburuk dengan tidak adanya dukungan emosional dari keluarga atau teman dekatnya.

Depresi telah menjadi salah satu masalah kesehatan mental yang meresahkan di kalangan remaja dan dewasa muda. Menurut data dari World Health Organization (WHO), prevalensi depresi di kalangan remaja telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Studi oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2022 juga menemukan bahwa sekitar 20% remaja di Indonesia mengalami gejala depresi.

Kasus F dan A menjadi salah satu cerminan dari kompleksitas masalah ini. F mengalami depresi pada usia 18 tahun, yang disebabkan oleh beberapa faktor di lingkungannya. Kurangnya kasih sayang dari orang tua yang bercerai dan lingkungan rumah yang tidak nyaman menjadi pemicu utama kondisinya. Studi psikologi telah menunjukkan bahwa lingkungan rumah yang tidak mendukung dapat memperburuk kondisi mental seseorang, terutama pada masa-masa rentan seperti masa remaja. Situasi yang dihadapi F memperlihatkan betapa kompleksnya perjalanan kesehatan mental seseorang, terutama ketika kurangnya dukungan emosional dari lingkungan sekitarnya.

Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Menimbang Kiprah Organisasi Mahasiswa Daerah dalam Pembangunan Lokal
MAHASISWA BERSUARA: Memahami Pendidikan Kaum Tertindas Paulo Freire
MAHASISWA BERSUARA: Bagaimana Sistem Pendidikan Menjadi Arena Kecurangan di Perguruan Tinggi?

Pentingnya Rumah Nyaman

Psikolog Dr. Ratna Dewi dari Universitas Padjadjaran menjelaskan bahwa rumah yang nyaman dan penuh kasih sayang memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan mental individu. "Keteraturan dalam lingkungan rumah sangat penting untuk kesehatan mental. Ketika segala sesuatunya teratur, individu merasa lebih tenang dan mampu mengatasi stres sehari-hari dengan lebih baik," ujarnya.

Selain itu, pentingnya interaksi sosial di dalam komunitas juga ditekankan oleh Dr. Budi Prasetyo, seorang sosiolog dari Universitas Indonesia. "Hubungan sosial yang positif dengan tetangga dan komunitas sekitar dapat meningkatkan rasa keterhubungan dan memberikan dukungan emosional yang sangat penting untuk kesehatan mental," tambahnya.

Kisah F dan kisah A menunjukkan betapa pentingnya memiliki rumah yang nyaman dan penuh kasih sayang, serta lingkungan sosial yang mendukung bagi kesehatan mental individu. Dalam kondisi yang semakin kompleks dan menuntut, peran rumah sebagai tempat perlindungan dan kenyamanan sangat krusial bagi kesejahteraan mental generasi masa kini.

Kasus F dan juga A juga menekankan perlunya perhatian lebih dalam bidang kesehatan mental, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda. Dukungan emosional dari keluarga, lingkungan rumah yang nyaman, dan interaksi sosial yang positif dapat menjadi faktor penentu dalam menjaga kesehatan mental dan mencegah terjadinya masalah kesehatan mental yang lebih serius terutama pada masa-masa rentan seperti masa remaja.

Dukungan emosional dari keluarga dan lingkungan sekitar sangat penting dalam mencegah dan mengatasi depresi. Studi menunjukkan bahwa kurangnya kasih sayang dan lingkungan rumah yang tidak nyaman dapat memperburuk kondisi mental seseorang. Kejadian tragis seperti yang dialami F, termasuk tindakan self-harm dan percobaan bunuh diri, menunjukkan betapa kompleksnya perjalanan kesehatan mental seseorang tanpa adanya dukungan yang memadai. Kasus ini juga menggambarkan pentingnya peran orang tua dalam memberikan rasa aman dan nyaman di rumah untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan mental.

Selain dukungan dari keluarga, interaksi sosial di dalam komunitas juga berperan penting dalam menjaga kesehatan mental. Hubungan sosial yang positif dengan tetangga dan komunitas sekitar dapat meningkatkan rasa keterhubungan dan memberikan dukungan emosional yang sangat penting untuk kesehatan mental.  Tanpa dukungan tersebut, remaja dan dewasa muda seperti A dan F dapat merasa terisolasi dan terbebani oleh tanggung jawab yang mereka hadapi.

Melalui kesadaran akan pentingnya peran rumah dan lingkungan sekitarnya, kita dapat membangun masyarakat yang lebih peduli terhadap kesehatan mental individu. Ini bukan hanya tanggung jawab individu atau keluarga saja, tetapi juga tanggung jawab bersama sebagai masyarakat yang peduli akan kesejahteraan setiap anggotanya. Dengan menciptakan lingkungan yang mendukung dan memberikan dukungan emosional yang memadai, kita dapat membantu generasi muda menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik dan mencegah terjadinya masalah kesehatan mental yang lebih serius.

*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain mengenai kesehatan mental, serta artikel-artikel lain Mahasiswa Bersuara

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//