CATATAN DARI BUKU HARIAN #3: Bersilaturahmi dengan Ahmad Saelan Wartawan Tiga Zaman
Pengalaman Ahmad Saelan dalam dunia jurnalistik membentang sejak masa Orde Lama, Orde Baru, hingga masa Reformasi. Ia juga aktif di berbagai organisasi dan kegiatan.
Kin Sanubary
Kolektor Koran dan Media Lawas
3 Agustus 2024
BandungBergerak.id – Bagi kalangan media cetak dan dunia pers, sosok Ahmad Saelan dikenal sebagai wartawan senior dan salah seorang tokoh pers Jawa Barat. Penulis mengenalnya melalui tulisan dan liputan beliau di surat kabar sejak tahun 80-90-an.
Perkenalan dengan Ahmad Saelan berawal dari unggahan media lawas yang penulis share di akun media sosial Facebook, sekitar sepuluh tahun yang lalu. Setiap kali penulis mengunggah halaman muka koran lawas yang pernah terbit di Bandung, beliau selalu mengapresiasi, berkomentar dan menjadi bahan diskusi, berbagi cerita serta kenangan di antara sesama wartawan masa itu.
Beliau sering merespons positif dan merasa bernostalgia bila penulis mengunggah surat kabar lawas, apalagi banyak di antara mereka pernah menjadi awak media atau wartawan dari surat kabar yang pernah beliau pimpin.
Setelah lama bersahabat dan akrab di sosial media. Akhirnya kami pun saling "japrian" lewat inbox, SMS, WA dan saling menelepon. Beberapa kali menghubungi, kami pun sepakat untuk berjumpa dan janjian untuk bertemu di Bandung.
Beberapa waktu yang lalu penulis diundang oleh H Ahmad Saelan di kediaman salah seorang putranya di daerah Buahbatu Bandung, yang juga digunakan sebagai salah satu lokasi kuliner di Kota Bandung.
Baca Juga: CATATAN DARI BUKU HARIAN #1: Bari Lukman, Pengibar Bendera Merah Putih Pertama di Bandung
CATATAN DARI BUKU HARIAN #2: Berjumpa dengan Ceu Aam Amilia Ibu Sastrawan Sunda dan Mang Ohle Abdullah Mustappa
Bertemu Ahmad Saelan
Perbincangan dengan Bapak H Ahmad Saelan, sesepuh pers Jawa Barat dan mantan Pemimpin Redaksi Bandung Pos diawali dengan obrolan menarik seputar surat kabar legendaris bagi Warga Bandung yaitu Bandung Pos.
Menurut H Ahmad Saelan, Harian Umum Bandung Pos yang diterbitkan Pemerintah Daerah Jawa Barat bekerja sama dengan Harian Umum Pikiran Rakyat sejak 4 Desember 1989 menjadi surat kabar harian pertama di Indonesia yang terbit dalam format tabloid. Tiras Bandung Pos mengalami peningkatan yang luar biasa dari 9.000 eksemplar menjadi 90.000 eksemplar dalam waktu tiga bulan, peningkatan oplahnya mencapai 1.000% sungguh angka yang fantastis.
Keterlibatannya dalam dunia jurnalistik membentang sejak masa Orde Lama, Orde Baru, hingga masa Reformasi.
Pertemuan langsung dengan Ahmad Saelan membuka lembaran kisah dan pengalaman berharga, terutama seputar dunia kewartawanan. Beliau membagikan cerita tentang media cetak di Bandung, persaingan ketat antara media lokal dan surat kabar dari Jakarta pada era 90-an, hingga akuisisi beberapa koran daerah oleh grup media besar dari ibukota. Pengalamannya menimba ilmu jurnalistik di Jerman pada tahun 1968-1969 juga menjadi bagian menarik dalam perjalanan kariernya.
Ahmad Saelan, yang lahir di Bogor pada 27 Januari 1942 itu dikenal sebagai jurnalis senior. Sebelum menimba ilmu di Jerman, Ahmad Saelan pernah mengenyam pendidikan di Alhambra Union High School (AUHS) California, USA (1963) dan berkuliah di Fakultas Publisistik dan Jurnalistik, Unpad Bandung (1967).
Ia telah menjalani perannya sebagai wartawan dan pemimpin beberapa surat kabar di Bandung. Salah satu pencapaiannya yang mencolok adalah kepemimpinan di surat kabar berbahasa Sunda “Sipatahunan”, LKBN Antara, Kujang, Bandung Pos, Hikmah, dan Koran Sunda dari tahun 1965 hingga 2007.
Jurnalis yang Aktif Berorganisasi
Pengalaman Ahmad Saelan tidak hanya terbatas pada dunia media cetak, tetapi juga melibatkan berbagai organisasi dan kegiatan. Beliau bergabung dengan Majalah Forum Keadilan bersama jurnalis senior seperti Yusril Djalinus, Karni Ilyas dan Noorca M Massardi, serta mengelola media dakwah milik PP Persis yaitu Majalah Risalah.
Ahmad Saelan juga pernah menjadi Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Barat dan menjadi Direktur PT Perfin Jabar (Peredaran Film Indonesia) dari tahun 1976 hingga 1983.
Aktif dalam Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI Jawa Barat) dari tahun 1990 hingga 2019, Ahmad Saelan juga terjun ke dunia politik sebagai Wakil Ketua Partai Bulan Bintang (PBB) Jawa Barat dari tahun 1990 hingga 2008 dan Sekretaris DPW PBB Jabar dari tahun 2015 hingga sekarang.
Dalam ranah politik, Ahmad Saelan tidak hanya menjadi bagian dari Partai Bulan Bintang (PBB), tetapi juga pernah menjadi anggota DPRD Jabar mewakili golongan profesi sebagai wartawan selama dua periode dari tahun 1977 hingga 1988. Bahkan pada era reformasi tahun 1999-2004, beliau terpilih kembali menjadi anggota DPRD Jabar dari PBB.
Kisah hidupnya yang begitu berwarna, dari dulu hingga kini, menjadi catatan perjalanan hidup Ahmad Saelan yang dirangkumnya dalam sebuah buku autobiografi yang berjudul “Catatan Perjalanan Dari Masa Ke Masa”, yang membawa pesan inspiratif.
Buku ini menjadi catatan perjalanan panjang dan kontribusi yang luar biasa seorang tokoh pers Jawa Barat yang telah menciptakan jejak berharga dalam sejarah kewartawanan Indonesia.
Ahmad Saelan kini tinggal bersama istrinya Tita Hartita S Soerianata dan dikaruniai 4 orang putra dan 1 orang putri yaitu Willy Saelan, Dicky Saelan, Dendy Triandy Saelan, Kathy Dewi Ratna Mukti Saelan dan Dion Pribadi Saelan.
Adapun aktivitas kesehariannya yaitu membukukan tulisan-tulisannya dan menulis Al-Qur'an dengan tulisan tangan. Hingga kini sudah menyelesaikan 25 juz dari 33 juz dan dalam waktu sebulan akan diselesaikannya.
Ahmad Saelan juga rajin berbagi tulisan-tulisan yang memotivasi dan menginspirasi dibagikan di media sosial Facebook dan WA-grup.
Semoga sumbangsih Ahmad Saelan bagi media cetak bisa menjadi catatan sejarah bagi dunia pers dan persuratkabaran di Bandung, Jawa Barat dan Indonesia.
*Kawan-kawan dapat membaca karya-karya lain Kin Sanubary dalam tautan berikut