• Kolom
  • CATATAN DARI BUKU HARIAN #1: Bari Lukman, Pengibar Bendera Merah Putih Pertama di Bandung

CATATAN DARI BUKU HARIAN #1: Bari Lukman, Pengibar Bendera Merah Putih Pertama di Bandung

Bari Lukman mengibarkan Bendera Merah Putih di atas Gedung Denis, sekarang Bank Jabar di Bandung, pada 18 Agustus 1945 pukul 13.00 WIB.

Kin Sanubary

Kolektor Koran dan Media Lawas

Barli Lukman (pegang pena) bersama para wartawan kemerdekaan. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)

20 Juli 2024


BandungBergerak.id – Salah satu peristiwa yang tak kan terlupakan dalam hidup penulis yaitu bisa berjumpa dan bersilaturahmi dengan wartawan era kemerdekaan Bari Lukman, pengibar Bendera Merah Putih pertama di Bandung.

Ketika surat kabar Pikiran Rakyat memuat surat dari penulis 18 tahun lalu, pada 25 Februari 2006 di kolom "Surat Pembaca". Di dalamnya menginformasikan bahwa penulis masih menyimpan dan memiliki koran lawas era tahun 50-60-an –termasuk surat kabar Pikiran Rakyat Bandung, kontan saja telepon rumah berkali-kali berdering.

Telepon tersebut datang dari sahabat, kerabat, dan sejawat. Mereka menelepon silih bergantian, para pembaca dan jurnalis, staf kantor redaksi Pikiran Rakyat, juga dari seorang ibu yang hingga tiga kali menelepon dan bertanya untuk memastikan benar tidaknya koleksi koran lawas tersebut. Si ibu itu pun mengajak berjumpa dengan penulis.

Telepon tersebut ternyata datang dari Ibu Hj. Euis istri dari Bapak H Bari Lukman, seorang wartawan di masa perang kemerdekaan dan salah seorang pelaku sejarah Kemerdekaan Indonesia di Bandung. Usia Bapak Bari Lukman ketika itu berumur 84 tahun, beliau menggunakan tongkat bila berjalan.

Yang membuat kaget ternyata beliau sudah sampai di depan halaman rumah, di Tanjungwangi, Cijambe, Kabupaten Subang. Sementara sore itu penulis belum pulang dari lokasi kerja. Bu Hj. Euis menuturkan melalui telepon genggam, bahwa setelah membaca koran Pikiran Rakyat pada pagi itu, Bapak Bari Lukman langsung minta diantar ke Subang untuk menjumpai Kin Sanubary.

Berhubung kemungkinan penulis pulang malam, kasihan bila menunggu terlalu lama akhirnya disepakati dua hari kemudian untuk berjumpa di Bandung. Sore itu tamu sepuh dari Bandung pun hanya bisa bertemu dengan istri dan anak-anak penulis yang ada di rumah.

Dua hari kemudian akhirnya penulis memenuhi undangan dari Bapak H Bari Lukman, di kediamannya di kawasan yang asri di sekitar Komplek Kodam Siliwangi tepatnya di Jalan Sumbawa, Bandung. Ibu dan Bapak H Bari Lukman menyambut penulis dengan ramah seperti sudah mengenal lama dan serasa bagai ke anak atau cucunya saja.

Bari Lukman (paling kanan) bersama para wartawan Bandung.(Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)
Bari Lukman (paling kanan) bersama para wartawan Bandung.(Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)

Baca Juga: Djuanda Kartawidjaja, Perdana Menteri Terakhir dan Terlama dalam Sejarah
Ziarah Kubur Sejarah Bandung
Catatan Sejarah Berdiri dan Bubarnya Negara Pasundan

Kisah Pengibaran Bendera Merah Putih di Bandung

Sekitar dua jam kami mengobrol akrab, beliau berkisah tentang bagaimana zaman dulu, ketika detik-detik mengibarkan Bendera Merah Putih untuk pertama kali di Bandung, tepatnya di atas Gedung Denis (De Eerste Nederland sch-Indische Spaarkas) atau Bank Tabungan Negara. Kini Gedung Denis menjadi kantor Bank Jabar, yang beralamat di sudut persimpangan antara Jalan Braga-Naripan-ABC Bandung.

Bari Lukman menceritakan bahwa dirinya yang mengibarkan Bendera Merah Putih untuk pertama kalinya di  Bandung setelah proklamasi kemerdekaan dibacakan, tepatnya tanggal 18 Agustus 1945, jam 13.00 WIB.

Dan orang yang menyebarkan informasi teks Proklamasi Kemerdekaan-pun Bari Lukman muda, dengan cara ditulis di papan tulis dan dipajang di Jalan Asia Afrika, tepat di depan kantor redaksi koran "Tjahaja" yang dipimpin oleh tokoh pers Mochammad Koerdie di mana Bari Lukman bekerja. Dan segenap warga Bandung pun menjadi tahu bahwa mulai hari itu bahwa Indonesia telah Merdeka. Keterangan tersebut sama seperti yang dimuat buku "Merah Putih di atas Gedung Denis" karya Enton Supriyatna Sind, mantan Pemred Pikiran Rakyat.

Beliau pun menuturkan bahwa yang mengumumkan Teks Proklamasi Kemerdekaan untuk Bandung dan Jawa Barat melalui corong radio (Radio NIROM) yaitu rekan sesama wartawan, yaitu Bapak Sakti Alamsjah pendiri koran Pikiran Rakyat, ayahanda dari H Perdana Alamsyah, Pimpinan Umum Pikiran Rakyat.

Bari Lukman bercerita tentang perjuangan melawan Belanda dan Jepang melalui tulisan dan informasi yang disampaikan di surat kabar di mana dia menjadi wartawannya "Harian Tjahaja" yang terbit di Bandung. Bari Lukman juga pernah menjadi agen wartawan perang di Markas Besar Tentara (MBT). Beliau juga pernah menjadi wartawan untuk "Suara Merdeka" Tasikmalaya dan Pikiran Rakjat Bandung dari tahun 1950 hingga 1962.

Di ruang tamu rumahnya terpampang beberapa bintang jasa dan penghargaan dari Presiden Soekarno dan foto-foto ketika beliau masih muda bersama beberapa rekan wartawan perang revolusi. Bari Lukman juga menyampaikan bila beliau wafat mendapatkan tempat untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra.

Akhirnya pada perjumpaan itu dipungkasi dengan menyantap hidangan yang disajikan oleh Ibu Hj. Euis Bari Lukman yang someah, darehdeh, dan halus tutur katanya.

Beliau hanya meminta foto copy-an beberapa surat kabar lawas Pikiran Rakjat yang di box redaksinya tercantum nama beliau, sambil memberikan kepada penulis beberapa foto dan artikel lama yang memuat tentang dirinya.

Perjumpaan yang penuh makna dengan Bari Lukman, sang pengibar bendera merah pertama di Bandung menjadi catatan sejarah dan suatu kebanggaan tersendiri bagi penulis.

*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain tentang sejarah

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//