• Foto
  • Ziarah Kubur Sejarah Bandung

Ziarah Kubur Sejarah Bandung

Penggalan sejarah yang tertera di batu-batu nisan permakaman Bupati Bandung mengajak bertamasya ke masa lalu, ketika Bandung masih dusun.

Fotografer Prima Mulia25 November 2023

BandungBergerak.idUkiran nama R. Tmg. Wira Angun Angun (Raden Tumenggung Wira Angun Angun) tertera pada batu nisan di komplek permakaman Bupati Bandung dan kerabat yang disebut Situs Luluhur Bandung di Kampung Kaum, Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, 6 November 2023.

Wira Angun Angun adalah Bupati Bandung pertama yang memerintah tahun 1640-1681. Ada 7 makam di kawasan cagar budaya ini memegang jabatan sebagai raja, bupati, patih, dan hoofd jaksa. Kesemuanya berkerabat dalam trah Wiranatakusumah.

Mereka adalah Ratu Wiranatakusumah (Raja Timbanganten 7), Bupati Bandung ke I Raden Tumenggung Wira Angun Angun, Bupati Bandung ke IV Raden Tumenggung Anggadireja II, Bupati Bandung ke V Raden Adipati Wiranatakusumah I, Patih Bandung Raden Demang Sastranegara, Patih Bandung Raden Somanegara, dan Hoofd Jaksa Bandung Raden Demang Suriadipradja.

Ada kisah unik di situs pemakaman ini. Konon makam Wira Angun Angun hanya untuk simbol saja karena jasadnya dimakamkan di suatu tempat di daerah Pasirmalang, Baleendah, Kabupaten Bandung.

Menurut juru pelihara atau kuncen situs Luluhur Bandung Jujun Hidayat, makam Wira Angun Angun di situs ini hanya berupa tanah yang dibawa dari Pasirmalang, tempat yang diyakini sebagai peristirahatan terakhir sang bupati pertama tersebut.

Pria berusia 75 tahun yang mengaku memiliki garis keturunan dari Wira Angun Angun ini digaji 700 ribu rupiah per bulan dari Yayasan Komisi Sejarah Timbanganten Bandung, dan 300 ribu rupiah per bulan dari Pemkab Bandung yang dibayarkan per 3 bulan.

Penggalan sejarah yang tertera di batu-batu nisan itu semakin menarik. Trah Wiranatakusumah sebagai bupati yang bisa disebut pendiri dan penguasa Bandung memulainya di Dayeuhkolot sebagai ibu kota, di daerah aliran Sungai Citarum. Wiranatakusumah tak bisa dipisahkan dari kerajaan Timbanganten (Garut) yang akhirnya memindahkan pusat pemerintahann ke Bandung di Dayeuhkolot.

Di masa Bupati Wiranatkusumah II, ibu kota Bandung pindah lebih ke pedalaman (sekarang jadi kawasan Alun-alun Bandung) pada tahun 1810 berdasarkan besluit Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pada 25 September 1810 yang diabadikan sebagai hari jadi Kota Bandung.

Hari semakin sore di Kampung Kaum. Lokasi situs Luluhur Bandung ini lokasi agak nyempil di perkampungan. Letaknya bersisian dengan SDN Dayeuhkolot 4. Rutenya bisa dari arah Jalan Raya Bojongsoang lalu menyeberangi jembatan Sungai Cikapundung atau melalui Jalan Raya Dayeuhkolot. Tak ada plang penanda keberadaan situs bersejarah ini di pinggir jalan raya, harus bertanya ke pedagang  atau warga di sekitar instalasi militer Zipur yang terletak di dekat situs.

Pagi keesokan harinya, penelusuran sejarah Kota Bandung lewat perjalanan ke situs makam bupati diteruskan ke Jalan Karanganyar, Kota Bandung, lokasinya di sekitar Alun-Alun Bandung. Suasana di komplek makam bupati di sini lebih asri dengan pohon-pohon rindang dan tanaman bunga warna warni. Suasananya tenang, padahal jaraknya hanya 5 menit dari hiruk pikuk pusat kota.

Di sini banyak sekali dimakamkan tokoh-tokoh nasional trah Wiranatakusumah, selain Bupati Bandung Wiranatakusumah III atau Dalem Karanganyar, beberapa bupati, hoofd jaksa, patih, istri-istri bupati, dan pejabat lain dari luar Bandung yang masih berkerabat. Makam-makam ini ada di area terpisah beratap dan berdinding mirip mausoleum dengan gapura bertuliskan makam para Boepati Bandoeng

Di area luar gapura makam bupati ada puluhan makam kerabat lainnya, salah satunya makam Pahlawan Nasional Rd Dewi Sartika dan tokoh kesehatan R Hasan Sadikin. Selain nama-nama menak Sunda yang tertera di batu nisan, banyak juga kerabat bupati dengan nama belakang beretnis Jawa dan Melayu dimakamkan di sini.

Petugas perawat makam Bupati Bandung di Jalan Karanganyar, Bandung, 2 November 2023. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Menurut Hidayat, juru kunci generasi ke-5 makam bupati Jalan karanganyar, beberapa tokoh terkenal kerap datang berziarah ke Karanganyar. Bersisian dengan komplek makam bupati, ada komplek pemakaman keluarga saudagar dan tokoh Bandung lainnya, yaitu Asep Berlian yang nenek moyangnya berasal dari Palembang.

"Seperti Uya Kuya, Rafi Ahmad, Yuma Wiranatkusumah (tokoh olahraga otomotif), dan keluarga salah satu anak Bung Karno, kerap berziarah ke sini. Kalau dulu Ali Sadikin dan Umar Wirahadikusumah suka berziarah rutin. Semuanya berkerabat dengan Dalem Bandung, bahkan yang dari luar kota sering kali tengah malam berziarah ke sini, waktunya sempit mungkin," kata Hidayat.

Hidayat mewarisi jabatan juru kunci dari ayahnya. Menurut dia, kakek moyangnya kelhairan 1871 yang pertama jadi juru pelihara atau juru kunci makam Karanganyar, lalu terus diturunkan pada anak cucunya, sampai ke Hidayat. Hidayat sendiri sedang mempersiapkan anaknya untuk jadi juru pelihara makam generasi berikutnya.

Dari Jalan Karanganyar saya berjalan kaki ke arah Jalan Dalem Kaum, ke situs pemakaman bupati yang nyempil di gang mungil terhimpit antara toko-toko dan rumah penduduk. Dari situs tersebut terlihat jelas kubah Masjid Raya Kota Bandung atau masjid agung yang ada di alun-alun.

Masuk gang lewati lapak-lapak PKL dan jajaran warung-warung makan, persis di ujung gang, area akses jalan belakang masjid agung, terdapat pemakaman Bupati Wiranatakusumah II atau dikenal dengan nama Dalem Kaum. Di sana juga dimakamkan Nyi Rd Kendran, Bupati Bandung XV Raden Tumenggung Male Wiranatakusumah, dan penghulu Bandung Rd Moch Soleh. Sayang tak ada juru pelihara saat berkunjung ke sana, gerbangnya pun terkunci.

Sejarah terbentuknya Kota Bandung saat ini bisa dirunut dari peristirahatan terakhir para bupati terdahulu dari Dayeuhkolot sampai Kota Bandung. Jauh sebelum masa trah Wiranatakusumah memimpin Bandung, nama Dipati Ukur mencuat sebagai salah satu penguasa di Bandung yang dulu bernama Tatar Ukur. Namun tak dijadikan pijakan karena tidak ada bukti otentik.

Era Wira Angun Angun-lah yang dijadikan pijakan sebagai awal mula pemerintahan Bandung sesuai dengan surat pengangkatan atau piagam dari Sultan Agung Mataram pada tahun 1641. Ada beberapa versi tentang tahun pengangkatan ini, setelah berjasa menumpas pemberontakan Dipati Ukur, Wira Angun Angun diangkat tahun 16 Juli 1633 (Prof. Dr. Soekanto) sedangkan Dr. F. De Han Wira Angun-Angun diangkat 20 April 1641. Di batu nisan malah tercetak tahun pemerintahan sejak 1640. Pemerintah Kabupaten Bandung sendiri menetapkan hari jadi daerahnya adalah 20 April 1641.

Asyik juga belajar mengenal sejarah Kota Bandung melalui ziarah ke makam-makam para Bupati Bandung terdahulu. Mengetahui para pejabat tinggi di masa lalu masih saling berkerabat karena hubungan darah atau pernikahan. Kedekatan trah Wiranatakusumah di Bandung dengan Timbanganten di Garut. Dan bagaimana hubungan kekerabatan antara keluarga para menak atau Bupati-Bupati Bandung di tanah Sunda dan suku-suku lain di Sumatera dan Jawa Tengah, semua terekam jelas di situs-situs komplek pemakaman para Dalem Bandung.

*Foto dan Teks: Prima Mulia

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//