• Literasi
  • Urgensi Mendukung Peningkatan Literasi Digital untuk Para Lansia

Urgensi Mendukung Peningkatan Literasi Digital untuk Para Lansia

Sebanyak 40 persen responden lansia pernah membagikan konten hoaks terkait pemilu. Perlu peran-serta masyarakat tentang tantangan literasi digital pemilih lansia.

Tular Nalar - Mafindo meluncurkan Laporan Riset Formatif tentang Pemilih Lansia. Acara ini berlangsung di iHub Coworking Space, MNC Center, Park Tower, Jakarta, pada tanggal 13 Agustus 2024 (Foto: Tular Nalar Mafindo)

Penulis Tim Bergerak Project19 Agustus 2024


BandungBergerak.idPopulasi lanjut usia (lansia) di Indonesia kini mencapai 11,75 persen atau sekitar 32 juta jiwa. Populasi mereka diprediksi akan menyentuh angka 20-25 persen pada tahun 2025. Menurut rilis Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, 49,56 persen penduduk lansia menggunakan gawai. Namun seperlimanya saja yang mampu mengakses dan menggunakan internet.

Dengan besarnya angka lansia, diperlukan gerakan edukasi untuk meningkatkan literasi digital kepada mereka. Literasi digital diperlukan misalnya untuk memberikan wawasan terkait pesta demokrasi. Terlebih saat ini daerah-daerah di Indonesia sedang bersiap menyelenggarakan pemilihan kepala daerah (Pilkada) baik pemilihan gubernur maupun pemilihan walikota dan bupati.

Dengan latar belakang tersebut, Tular Nalar - Mafindo meluncurkan Laporan Riset Formatif tentang Pemilih Lansia. Acara ini berlangsung di iHub Coworking Space, MNC Center, Park Tower, Jakarta, pada tanggal 13 Agustus 2024 mulai pukul 09.30 hingga 13.00 WIB.

Isya Hanum Kresnadi, Government Affairs & Public Policy Manager Google Indonesia menyampaikan, Google secara aktif membatasi konten bermuatan hoaks terkait pemilu. Hal ini membantu masyarakat membuat keputusan tepat berdasarkan informasi yang benar. 

“Hasil riset ini diharapkan dapat membuat lansia menjadi pengguna internet yang lebih cerdas dan teliti,” tutur Isya Hanum Kresnadi, saat memberikan pengantar tentang Temuan Riset Formatif Tentang Pemilih Lansia, dalam keterangan resmi yang diterima BandungBergerak.id, 19 Agustus 2024.

Temuan Riset Formatif Tentang Pemilih Lansia memberikan gambaran tentang tantangan literasi digital yang dihadapi oleh pemilih lansia di Indonesia. Mike Wilson, Direktur Love Frankie menambahkan, program-program penguatan literasi digital untuk lansia harus mempertimbangkan dan memperhatikan peran media tradisional seperti televisi dan radio.

Terdapat beberapa temuan menarik dalam riset yang dilaksanakan oleh Love Frankie ini. Di antaranya pada masa Pemilu-Pilkada, pemilih lansia umumnya merasa nyaman mengakses informasi online. Contohnya dari jejaring sosial seperti Facebook atau situs pencarian Google.

Tercatat 78 persen responden masih mengandalkan televisi sebagai sumber informasi, dan 77 persen melalui situs-situs berita terkait Pemilu dan Pilkada. Penyebaran hoaks masih mudah terjadi karena 40 persen dari responden menyatakan pernah membagikan konten hoaks terkait pemilu tanpa memastikan kebenarannya dahulu.

Para responden ini pun mengikuti perkembangan berbagai berita lokal dan topik tren di platform media sosial seperti TikTok dan Instagram. Sayangnya mereka masih menghadapi hambatan teknis seperti keterbatasan perangkat dan pemahaman cara kerja aplikasi. Kejahatan online juga semakin merebak dan membahayakan kaum rentan digital ini.

Selain pemaparan hasil riset, digelar pula Focus Group Discussion (FGD) dan Diskusi Panel membahas hasil riset dan diskusi panel. Didampingi oleh Project Manager Tular Nalar - Santi Indra Astuti, perwakilan dari pemilih lansia, Peneliti Penuaan Populasi - Adityo Pratikno Ph.D, dengan moderator dari Love Frankie, Juli Binu.

Kesimpulan yang dapat ditarik antara lain perlunya empati dari masyarakat terhadap kaum lansia yang tengah mempelajari literasi digital. Peran keluarga dan figur publik juga dianggap penting sebagai pemandu dan role model bagi lansia dalam memahami dunia digital dengan lebih baik.

Hasil yang diharapkan dari acara ini tentunya adalah peningkatan kesadaran dan peran-serta masyarakat tentang tantangan literasi digital bagi pemilih lansia. Utamanya menghadapi Pilkada yang akan datang. Melalui hasil riset ini, pihak terkait dapat mengidentifikasi strategi inovatif untuk mengatasi tantangan dan kebutuhan para pemilih lansia.

Ivana Maida, Tim Program Literasi Digital Masyarakat Kominfo, menyuarakan dukungan penuh terhadap program Tular Nalar-Mafindo. “Melalui hasil riset ini, kami lebih banyak mendapatkan informasi tentang apa yang dibutuhkan para lansia dalam menghadapi tantangan di dunia digital,” tutupnya.

Dengan menyoroti hambatan yang dihadapi lansia dalam mengakses informasi pemilu yang andal, Tular Nalar dengan dukungan para mitra strategisnya berupaya menciptakan iklim demokratis yang lebih sehat di Indonesia.

Tular Nalar - Mafindo meluncurkan Laporan Riset Formatif tentang Pemilih Lansia. Acara ini berlangsung di iHub Coworking Space, MNC Center, Park Tower, Jakarta, pada tanggal 13 Agustus 2024 (Foto: Tular Nalar Mafindo)
Tular Nalar - Mafindo meluncurkan Laporan Riset Formatif tentang Pemilih Lansia. Acara ini berlangsung di iHub Coworking Space, MNC Center, Park Tower, Jakarta, pada tanggal 13 Agustus 2024 (Foto: Tular Nalar Mafindo)

Kiprah Tular Nalar - Mafindo

Tular Nalar - Mafindo  telah aktif menyuarakan pentingnya literasi digital dan pemikiran kritis untuk memerangi misinformasi selama empat tahun terakhir. Dengan dukungan lembaga filantropis Google.org, program yang diinisiasi oleh Mafindo dan Love Frankie ini telah menjangkau 38 provinsi dan telah mengedukasi langsung  lebih dari 55.000 peserta.

Menjelang pemilu-pilkada 2024, Tular Nalar menargetkan edukasinya pada pemilih pemula dan lansia. Fokus utama Tular Nalar adalah membekali peserta dengan kemampuan membedakan hoaks dan menavigasi lanskap digital. Membekali mereka dengan kemampuan prebunking, bagaimana mendeteksi hoaks dan misinformasi sebelum terlanjur menyebar, serta menghindari kejahatan digital yang marak terjadi.

Baca Juga: Fikom Unisba dan Tular Nalar Mafindo Menggelar Pelatihan Literasi Digital untuk Pemilih Pemula
Gerakan Literasi Digital dari Tular Nalar Mafindo untuk Orang Muda dan Lansia

Tentang Tular Nalar

Tular Nalar, program pelatihan literasi digital yang diinisiasi oleh MAFINDO dan didukung oleh Google.org, dengan Love Frankie sebagai mitra pelaksana, telah muncul sebagai platform online pembelajaran utama yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengidentifikasi dan menyikapi hoaks melalui literasi digital dan pemikiran kritis. Tular Nalar telah mengalami pertumbuhan yang pesat dalam empat tahun ini, dengan preferensi khusus untuk melibatkan first-time voters pre-lansia, dan lansia.  

Tentang Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO)

Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) adalah organisasi nirlaba yang didedikasikan untuk memerangi misinformasi dan hoaks. Berdiri pada tahun 2016, MAFINDO memiliki lebih dari 95.000 anggota online dan 1.000 sukarelawan. MAFINDO memiliki 20 kantor yang tersebar di seluruh Indonesia dan mencakup berbagai bidang, termasuk namun tidak terbatas pada pencegahan hoax, hoax busting, edukasi publik, seminar, lokakarya, advokasi, pengembangan teknologi anti-hoax, penelitian, dan keterlibatan sosial di tingkat akar rumput. 

Tentang Love Frankie

Love Frankie adalah agensi kreatif yang berkutat di bidang perubahan sosial, berkantor pusat di Bangkok, Thailand. Mereka menggunakan komunikasi kreatif, tutur cerita, dan kampanye-kampanye dalam menghadapi norma-norma sosial yang ada dan menciptakan alur menuju perubahan positif. Love Frankie bekerjasama dengan banyak entitas seperti organisasi, pihak swasta, dan pemerintahan di Asia-Pasifik dalam risetnya, dan mengkomunikasikan masalah-masalah pembangunan yang bersinggungan dengan kesetaraan gender, hak asasi, perubahan iklim, kesehatan, pendidikan, dan kedamaian. 

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//