Gerakan Literasi Digital dari Tular Nalar Mafindo untuk Orang Muda dan Lansia
Pilkada serentak akhir 2024 ini diperkirakan akan menghasilkan banjir informasi yang berbau politik. Diperlukan literasi digital untuk orang muda dan lansia.
Penulis Iman Herdiana6 Juli 2024
BandungBergerak.id - Kita tidak bisa tinggal diam di tengah membanjirnya informasi seiring pesatnya perkembangan teknologi digital. Fenomena di abad digital ini perlu diimbangi dengang literasi digital. Siapa yang memerlukan literasi digital, tentunya kita semua, tak terkecuali kalangan orang muda dan lanjut usia (lansia).
Di saat yang sama, sejumlah daerah di Indonesia kini bersiap menyongsong pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak yang akan berlangsung November 2024. Sejumlah kabupaten dan kota di Jawa Barat juga tengah bersiap menghadapi pesta demokrasi ini. Seperti pada musim-musim pilkada sebelumnya, banjir informasi yang bersifat politik selalu mewarnai perhelatan perebutan kekuasaan ini.
Dengan latar belakang tersebut, Tular Nalar Mafindo, dengan dukungan Google.org, organisasi filantropi Google, meluncurkan rangkaian edukasi khusus yang ditujukan bagi kelompok orang muda dan lansia. Program edukasi ini akan berlangsung dari bulan Juli hingga Oktober di berbagai provinsi di Indonesia.
“Melalui program Akademi Digital untuk lansia dan Sekolah Kebangsaan untuk anak muda, kami ingin meningkatkan kemampuan mereka menyeleksi berita yang tidak layak untuk diteruskan ke orang terdekat,” terang Santi Indra Astuti, Program Manager Tular Nalar, dalam keterangan resmi, Sabtu, 6 Juli 2024.
Berbekal kesuksesan uji coba program literasi di Banjarmasin, Manado, dan Purwokerto, Santi menyatakan pihaknya termotivasi untuk memperluas inisiatif ini ke kota-kota lainnya. “Saat ini, kami telah menerima pendaftaran dari 44 cabang Mafindo untuk 200 kelas pemilih pemula dan 100 kelas lansia, dengan setiap kelas terdiri dari 100 peserta,” sebutnya.
Selain dua program utama ini, Santi mengatakan, Tular Nalar juga menghadirkan Bioskop Keliling yang bekerja sama dengan Jaringan Radio Komunikasi Indonesia. Melalui platform ini, masyarakat dapat mengikuti berbagai kegiatan edukasi sederhana tentang cara memeriksa sumber berita terpercaya, termasuk pemutaran film pendek, games, dan talkshow singkat.
Film pendek yang diputar menggambarkan bagaimana berita bohong, misinformasi, dan ujaran kebencian dapat dengan mudah menyebar karena minimnya kesadaran untuk selalu mempertanyakan berita yang diterima. Penonton diajak mengenali tiga jenis kacau informasi yang sering dijumpai, terutama saat pemilu, yaitu: Kacau Isi, Kacau Diri, dan Kacau Emosi. Selain film pendek untuk kelompok anak muda, Tular Nalar juga akan segera meluncurkan film yang ditujukan bagi kelompok lansia.
Sebagai kick-off roadshow, Bioskop Keliling Tular Nalar diperkenalkan dalam acara Festival Balon Udara di Sleman pada 30 Juni 2024 lalu. Lebih dari 500 pengunjung mendapatkan edukasi tentang misinformasi dan cara menghindari penyebarannya melalui prinsip-prinsip seperti waspadai informasi yang diterima, kunjungi sumber informasi yang dapat dipercaya, dan cari informasi dari orang terdekat atau mencari pembanding.
Pada tahun 2023, Google.org telah memberikan hibah sebesar USD 2,5 juta kepada Tular Nalar untuk menjalankan program melindungi masyarakat dari misinformasi dan hoaks. Dalam dua tahun ke depan, Tular Nalar menargetkan membuka 500 kelas pelatihan di 38 provinsi di Indonesia, dengan sasaran 1,6 juta masyarakat yang terdiri dari 1,2 juta pemula, 300 ribu lansia, dan 100 ribu masyarakat umum.
Diketahui, Tular Nalar merupakan program pelatihan literasi digital yang diinisiasi oleh MAFINDO dan didukung oleh Google.org, dengan Love Frankie sebagai mitra pelaksana, telah muncul sebagai platform online pembelajaran utama yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengidentifikasi dan menyikapi hoaks melalui literasi digital dan pemikiran kritis.
Dikembangkan bekerja sama dengan Institut Kebudayaan dan Kemanusiaan MAARIF pada tahap awal, Tular Nalar telah mengalami pertumbuhan yang pesat dalam tiga tahun ini, dengan preferensi khusus untuk melibatkan first-time voters pre-lansia, dan lansia.
Sementara itu, Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) adalah organisasi nirlaba yang didedikasikan untuk memerangi misinformasi dan hoaks. Berdiri pada tahun 2016, MAFINDO memiliki lebih dari 95.000 anggota online dan 1.000 sukarelawan. MAFINDO memiliki 20 kantor yang tersebar di seluruh Indonesia dan mencakup berbagai bidang, termasuk namun tidak terbatas pada pencegahan hoax, hoax busting, edukasi publik, seminar, lokakarya, advokasi, pengembangan teknologi anti-hoax, penelitian, dan keterlibatan sosial di tingkat akar rumput.
Baca Juga: Fikom Unisba dan Tular Nalar Mafindo Menggelar Pelatihan Literasi Digital untuk Pemilih Pemula
Tular Nalar, Mengajak Pemilih Pemula Memahami Pemilu
JEJAK LITERASI DI BANDUNG #6 : Toko Buku Kebul Mughni, Penulis yang Menyamar Menjadi Tukang Buku
Literasi Digital, Keniscayaan
Gerakan literasi digital menjadi keniscayaan di tengah zaman yang semakin cepat berkat teknologi digital. Setiap orang yang hidup di zaman ini akan bersinggungan dengan teknologi digital maupun dampaknya.
Hana Silvana dan Cecep dalam PEDAGOGIA: Jurnal Ilmu Pendidikan berjudul “Pendidikan Literasi Digital di Kalangan Usia Muda di Kota Bandung” (Universitas Pendidikan Indonesia) membeberkan, sebagian masyarakat Indonesia di era digital ini sudah terbiasa berinteraksi dengan media sosial.
“Pengguna media sosial di Indonesia sebanyak 85 persen terhubung ke sosial media Facebook Group (facebook, instagram, whatsapp messenger) yang merupakan jumlah terbesar. Menurut infografis APJII, sebanyak 65 juta aktif menggunakan facebook setiap hari dan 50 persen bergabung digrup facebook. Pengguna instagram sebanyak 45 juta setiap hari dan jika dirataratakan memposting 2 kali lebih banyak dari global average (APJII, 2017),” tulis Hana Silvana dan Cecep, diakses Sabtu, 6 Juli 2024.
Kedua penulis menjelaskan, dalam situasi tersebut literasi perlu hadir untuk mengimbangi membanjirnya informasi. Literasi bertujuan untuk mengembangkan baik pemahaman kritis maupun partisipasi aktif, sehingga memampukan anak muda sebagai konsumen media membuat tafsiran dan penilaian berdasarkan informasi yang diperolehnya.
“Pelatihan literasi media diperlukan agar masyarakat memiliki sikap kritis dalam menyikapi setiap informasi dan interaksi yang ada. Masyarakat perlu di berikan edukasi berkenaan dengan aturan dan cara main yang digunakan ketika dia memanfaatkan sosial media dalam kehidupan sehari-hari,” terang kedua penulis.
*Kawan-kawan yang baik bisa membaca lebih lanjut artikel-artikel lain tentang Tular Nalar Mafindo dalam tautan berikut ini